20. Menyukainya

45 5 0
                                        

"Dasar brengsek, sialan, cowok gila, sinting." Gebi terus mengutuk Bilal di atas motornya. Dia sekarang jalan menuju pulang ke rumah. Hatinya masih kesal, jengkel, panas semua campur aduk.

"Sok cakep dasar!! modal jambul doang belagu. Sok-sok mau jadi playboy." Gebi turun dari motornya kemudian membuka helmnya dengan kasar. Dia meletakkan helm itu sembarangan. Setelah itu dia masuk kedalam rumahnya. Hatinya masih panas dongkol.

Gebi menarik napas, lalu di hembuskan. Dia duduk di kasurnya sambil mengelus dadanya. Dia mencoba meredakan rasa marahnya atau lebih tepat dia rasa cemburunya karena Bilal bersama cewek lain.

"Gue kenapa ya? kok jadi kaya gini." Gebi menunduk menatap kakinya yang menggantung. Dia berpikir kenapa dia marah Bilal bersama cewek lain.

"Masa iya gue suka sama dia sih," kata Gebi pada dirinya sendiri. "Enggak, enggak mungkin gue suka sama manusia berjambul itu." Gebi menggeleng untuk menyingkirkan pemikarannya itu. Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak mungkin dia menyukai Bilal.

Gebi beranjak dari kasurnya untuk mengambil ponselnya yang ada di meja belajar. Dia mencari kontak Sasa sambil berjalan kembali menuju kasur, lalu duduk kembali dengan kaki yang dilipat.

Gebi Sanjaya
Sa... kalau marah sama cowok karena dia bareng cewek lain itu kenapa ya?

Gebi ragu harus bertanya pada Sasa. Dia takut sahabatnya bertanya kenapa dia menanyakan pertanyaan seperti itu. Dengan bimbang Gebi menekan tulisan kirim. Pesan tersebut terkirim kepada Sasa. Tidak butuh waktu lama Gebi mendapat balasan dari Sasa.

Sasa Andriani
Kenapa lo nanya gitu? suka sama orang ya lo!!

Tuh kan apa yang Gebi pikirkan tadi terjadi. Sasa pasti balik bertanya bukan menjawab pertanyaan yang dia berikan. Dia menghela napas mencoba sabar.

Gebi Sanjaya
Enggak kok, gue cuman nanya doang.

Sasa Andriani
Bohong!!!!!!!!!

Gebi terkekeh melihat tanda seru yang di kirim Sasa begitu banyak. Sebenarnya sih tidak lucu, tapi entah mengapa Gebi tertawa melihatnya.

Gebi Sanjaya
Mungkin iya gue suka. Tapi gue enggak tau juga gimana.

Gebi menyampaikan kebingungannya kepada Sasa. Lebih baik dia bercerita saja dari pada harus bingung dengan apa yang dia rasakan.

Sasa Andriani
Siapa? gimana sih ceritanya? yang lenkap dong kalau mau cerita.😁

Gebi mendengus malas melihat Sasa yang sudah ingin tau.

Gebi Sanjaya
Gue tadi ke mall mau beli sepatu, terus gue ketemu sama sepatu yang mau gue beli. Waktu gue pegang sepatu itu ada tangan lain yang juga megang. Gue liatkan siapa. Ternyata cewek terus di sebelahnya ada cowok. Dan cowok itu Bilal. Gue tarik-tarikan sepatu sama itu cewek. Terus gue jatuh karena mau narik kenceng. Gue malu terus gue natap mereka sinis abis itu pergi. Tapi yang bikin gue heran kenapa gue ngerasa kesel sama Bilal sama cewek lain ya Sa? apa beneran gue ada perasaan sama dia?

Gebi menarik napas kemudian di hembuskan perlahan. Dia sedikit lega menceritakan ini semua pada sahabatnya. Dia tidak tau harus bagaimana jika dia dan Sasa bertatapan muka ketika bercerita ini. Mungkin saja Gebi tidak akan pernah bercerita jika Sasa ada di hadapannya. Dia pasti malu.

Sasa Andriani
HAHAHAHA

Gebi melongo melihat balasan Sasa yang hanya tertawa. Dia mengerik panjang kali lebar dan Sasa hanya mengirimnya tulisan HAHAHAHA. Gebi menatap tak percaya. "Lo sahabat yang luar biasa, Sa." Gebi bergumam pada dirinya sendiri. Kemudian ponselnya berbunyi tanda ada notif.

Sasa Andriani
ENGGAK SALAH LAGI GEB. LO EMANG SUKA SAMA MANUSIA BERJAMBUL ITU.
HAHAHAHA

Gebi mendengus melihat isi pesan Sasa yang menggunakan huruf kapital semua. Dia meletakkan ponselnya di meja belajar. Dia sungguh lelah hari ini. Lelah batin lebih tepatnya, dia tidak membalas pesan Sasa. Dia berbaring untuk tidur dan ingin mengistirahatkan pikiran dan hatinya.

****

"Ciie... Gebi ciee...." Sasa meledek Gebi yang baru saja duduk di kursinya. Sasa yang sudah lebih dulu datang menyambut Gebi dengan meledek sahabatnya.

Gebi menatap Sasa sinis. Salah bercerita dengan Sasa pikir Gebi. Dia menaruh tasnya di kursi kemudian menelungkupkan mukanya di lipatan tangannya yang sudah ada di meja.

"Ciee..." ledek Sasa lagi tanpa lelah. Dia terus saja meledek Gebi dengan semangat. Sampai dua orang masuk ke kelas. Dia Bilal dan Udin.

"Bil... ada yang nak–" ucapan Sasa terpotong karena Gebi buru-buru menutup mulut Sasa yang ember.

Bilal melihat Sasa mencoba melepaskan tangan Gebi di mulutnya. Sementara Gebi berusaha dengan sekuat tenaga menutup mulut Sasa agar kata kramat itu tidak keluar.

"Mereka kenapa sih?" Bilal bertanya pada dirinya sendiri.

"Mereka mau ngejar gue tapi malu-malu." Sahut Udin yang ada di sebelah Bilal dengan percaya diri.

Bilal terkekeh mendengar penuturan Udin yang super sekali. Dia memukul belakang kepala Udin sambil berjalan menuju kursinya.

"Kurang ajar ya lo, Bil." Udin berteriak kesal karena kepalanya di pukul. "Turunan thailand tapi nama Indonesia banget," gurutu Udin tidak nyambung.

Bilal menoleh ke belakang untuk melihat Gebi. Sasa dan Gebi sudah duduk dengan tenang. Sesekali dia mendengar Sasa mengatakan "Ciee" kepada Gebi. Bilal jadi bingung melihat mereka. Jujur saja dia penasaran apa yang ingin Sasa katakan padanya. Tapi sayang Gebi keburu mencegah Sasa.

Gebi mencoba mengabaikan Sasa yang terus meledeknya. Dia mendiamkan Sasa sedari tadi. Gebi merasa ada yang menatapnya. Kemudian dia mencari siapa yang sedang memperhatikannya. Matanya bertemu dengan mata Bilal. Dia terdiam beberapa detik lalu mengalihkan tatapnny kemana saja selain ke arah sana. Dia masih malu untuk melihat Bilal dengan kejadian yang dia alami semalam di depan Bilal.

Bilal yang menatap Gebi dari tadi tidak sadar bahwa Udin sedang memperhatikan dia. Udin melihat Bilal lalu melihat Gebi. Saat Udin melihat mereka, kebetulan keduanya sedang tatap-tatapan. Udin menyeringai dengan pemikiran yang ada di kepalanya. Dia menepuk bahu Bilal kuat hingga sang korban hampir terjengkang. Dia terbahak karena melihat Bilal yang seperti itu.

"Udiiin...," geraman Bilal terdengar di telinga Udin.

****

Maaf typo dan segala kekurangan yang ada di dalam cerita ini.

Dumai, 6 April 2018

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang