10. Salah Sasaran

69 4 0
                                    

Udin masih kesal dengan Bilal yang kentut tepat disamping mukanya. Dia berjalan jauh-jauh dari Bilal ketika mereka berjalan menuju kantin. Sekarang waktunya istirahat, jadi mereka memilih mengisi perut mereka dari pada melakukan hal lain.

"Yaelah, Din. Udah enggak ada baunya kali. Lagian gue enggak enak badan, masuk angin deh gue kayaknya," kata Bilal kepada Udin yang berjarak sepuluh langkah. Dia menepuk-nepuk perutnya yang kembung.

"Alah, alasan aja lo! Lo enggak malu apa kentut di kelas? ada, Gebi lo," balas  Udin. "Lagian nih ya, mana ada masuk angin, yang ada angin masuk." Udin menatap Bilal sinis. Dia sangat jengkel karena mencium bau kentut Bilal yang udah kayak bangke tikus.

"Kenapa malu? manusiawi kali buang angin," kata Bilal tak peduli dengan pendapat orang lain. "Masuk angin yang sering gue denger, angin masuk mana ada," ucap Bilal heran dengan perkataan Udin.

"Di rapor aja tulisannya juara dua, tapi otaknya dangkal," ejek Udin kepada Bilal, dia memandang Bilal dengan cemooh.

"Alah... gaya lo, Din." Kini Bilal sudah berada di samping Udin.

"Masuk angin, berarti lo yang masukin angin, bukan angin yang masuk ke tubuh lo. Sekarang angin masuk yang lo alami, karena angin yang masuk ke tubuh lo. Gitu aja enggak tau." Udin membusungkan dada di hadapan Bilal. Dia senang telah mengalahkan Bilal kali ini. Biasanya dia yang selalu kalah.

"Iya juga ya." Bilal tampak berpikir sejenak. "Tumben otak lo ada isinya." Bilal terkekeh melihat kepala Udin yang sekarang bentuknya kayak tempurung kelapa. Rambutnya di buat poni, sehingga tambah kelihatan seperti tempurung.

"Sebenernya gue pinter, tapi gue aja yang enggak mau," kata Udin tak lupa dia tersenyum licik. Tidak tau saja Bilal kalau Udin mendengar tentang angin masuk disalah satu siaran tv.

Bilal dan Udin sampai di kantin dan sekarang sedang menunggu pesanan mereka. Teteh Desi menghampiri Bilal dan Udin yang sedang mengobrol tentang konser Isyana tadi malam.

"Gila, Bil. Coba aja gue yang nemenin Isyana dipanggung tadi malam, pasti pada heboh!" Selain mengagumi Raisa, Udin juga mengagumi Isyana Saraswati. Menurutnya suara mereka berdua itu luar biasa menakjubkan di mata Udin.

"Iya heboh, penonton heboh pingin nimpuk muka lo," kekeh Bilal. Sementara muka Udin kembali datar.

Teh Desi menaruh bakso pesenan mereka di meja.

"Makasih, Teteh Desi yang paling cakep di antara, teteh-teteh yang lain." Udin menggombali Teh Desi. Sedangkan Teh Desi menampilkan raut muka masam.

"Bayar utang kamu dulu, Din!" sungut Teh Desi. Bilal yang mendengaar Udin mengutang terbahak.

"Yaelah, teh. Cuma sepuluh ribu aja udah di tagih." Udin menatap Teh Desi melas.

"Cuma kamu bilang! kalau cuma bayar makanya, heran deh penampilan lumayan oke tapi kok hobinya utang." Teh Desi menatap Udin sengit. Kemudian dia berbalik pergi ke tempat jualannya.

"Mak jleb. Nusuk di empedu," ujar Udin dramatis sambil tangannya memegang dada. Bilal yang mendengar omelan Teh Desi yang tertuju kepada manusia yang ada dihadapannya tertawa puas melihat Udin yang kicep.

***

Di kelas Gebi dan Sasa sedang memakan bekal yang dipersiapkan mama Gebi. Karena banyak Gebi berbagi kepada Sasa. Mereka memakan nasi goreng tersebut dengan lahap.

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang