9. Tak Terduga

71 4 0
                                    

Setelah Bilal pergi dari hadapannya, Gebi membuka pagar rumahnya kemudian masuk ke dalam. Dia pergi menuju kamarnya untuk berganti baju. Ponsel Gebi berbunyi tanda ada Line masuk.

Sasa Andriani
Lo jadi pulang bareng, Bilal?

Gebi Sanjaya
Iya

Sasa Andriani
Ciee... gue pikir dia enggak bakalan mau nganter karung beras kaya lo. 😂

Gebi Sanjaya
Sialan lo! 😡

Sasa Andriani
Wkwkwk... gimana perasaan lo di anter sama temen ribut lo? deg degan kah? atau mules?

Gebi berpikir sejenak untuk mengerti pesan dari Sasa. Emang dia harus merasakan apa. Setelah menemukan jawabannya, Gebi membalas pesan Sasa.

Gebi Sanjaya
Enggak ada. Biasa aja.

Sasa Andriani
Masa sih? bohong lo!

Gebi berpikir lagi, tiba-tiba kepalanya mengingat ketika Bilal mengacak rambutnya dan mengedipkan mata. Gebi merasakan ada yang aneh pada perutnya. Seperti ada kupu-kupu terbang. Aah... tapi enggak mungkin ada kupu-kupu di dalam perut pikir Gebi. Yang ada cacing.

Gebi Sanjaya
Enggak ada. Lo kurang-kurangi deh tingkat kekepoan lo.

Setelah membalas pesan Sasa, Gebi tertidur.

Ting...
Satu notif dari Line masuk ke ponsel Gebi.

Bilal Saputra add your friend

Bilal Saputra
Yang

***

Gebi terbangun dari tidurnya, dia melihat jam beker di meja samping kasurnya.  Jam menujukkan pukul tujuh malam.

Gebi segera mandi ketika dia mengingat bahwa dia belum mandi dari pagi hingga saat ini.

Setelah selesai Gebi berjalan keluar kamarnya menuju meja makan yang sudah ada kedua orang tuanya.

Gebi duduk kemudian mengambil piring untuk mengisinya dengan nasi dan lauk. Papanya berdehem.

"Ehm... gimana sekolah kamu, Geb?" Papa Gebi bertanya.

"Biasa aja, enggak ada yang menarik," ucap Gebi menatap Papanya sekilas.

"Pelajaran kamu gimana?" tanya papa Gebi lagi.

"Enggak gimana-gimana," balas Gebi.

"Kamu harus giat belajar, Geb. Kamu kelas sepuluh rengking lima, sekarang harus lebih lagi dong," kata Papa Gebi sambil menatap anaknya lembut.

"Iya, Pa," balas Gebi singkat.

Mamanya yang melihat Gebi seperti itu hanya pasrah. Salah merka juga kenapa membiarkan Gebi tumbuh tanpa perhatian dari mereka.

Gebi berdiri dari kursi. "Gebi udah selesai. Gebi ke kamar dulu, Ma, Pa." Gebi mengambil piringnya kemudian dia letakkan di antara piring kotor lainnya.

Papa Gebi mendesah pelan. Di dalam hatinya dia berpikir kenapa anaknya sangat sedikit berbicara saat bersamanya. Tapi ketika dengan sahabatnya Sasa, dia berubah menjadi orang yang sedikit lebih banyak berbicara. Sementara di rumah bibirnya tidak pernah tersenyum, paling-paling hanya tersenyum tipis.

***

Gebi berjalan menuju meja belajarnya. Dia termenung memikirkan tentang interaksi bersama papanya tadi. Tidak ada yang istimewa, mungkin ketika orang lain melihat mereka saling berbicara, meraka akan merasakan kerenggangan antara anak dan ayah. Gebi menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan.

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang