Sekarang mereka semua berbaris di lapangan basket. Setelah kejadian kejar-kejaran tadi akhirnya mereka selesai berganti baju. Pak Budi guru olahraga mereka sudah menunggu dari tadi.
"Kenapa kalian lama sekali," kata Pak Budi lelah, dia tidak marah hanya saja menunggu itu tidak enak. Umur Pak Budi sekarang dua puluh tiga tahun, tidak jauh dari mereka. Guru tersebut juga sangat santai dalam megajar dengan murid-muridnya seolah teman sebaya. Tingkah lakunya juga terkadang tidak jauh beda dari mereka.
"Anak cowok yang buat lama, pak!" kata Caca kepada Pak Budi. Dia masih kesal dengan anak cowok, jadi sekalian saja dia mengadu pada guru tersebut.
"Enak aja! bukan kita, pak," ucap Rafi tak terima dengan tuduhan Caca.
"Iya, bukan kita, pak," kata anak cowok lainnya.
Anak cewek yang mendengar itu langsung saja melihat tajam anak cowok. Mereka mengepalkan satu tangan mereka. Kemudian meremas tangan mereka yang terkepal dengan tangan satunya seolah mereka ingin meremas anak cowok.
Anak cowok yang melihat itu bergidik takut. Nyali mereka langsung menciut. Mereka mengalihkan tatapan mereka dari anak cewek seolah tidaknada yang terjadi.
Pak Budi yang melihat itu terkekeh pelan. Dia juga dulu pernah mengalami situasi seperti ini.
"Sudah-sudah," kata Pak Budi mencoba mencairkan suasana. "Karena kalian semua sudah membuat saya menunggu, maka kalian lari keliling lapangan 3 kali," kata Pak Budi dengan raut muka serius.
"Yaaah... enggak bisa gitu, pak." Anak cewek mengeluh bersamaan. Jujur saja mereka malas berlarian apa lagi nanti berkeringat.
Sementara di sebelah barisan anak cewek, anak cowok santai-santai saja. Seolah itu sudah makanan sehari-hari mereka. Mereka melihat ke barisan anak cewek yang sedang melihat mereka. Langsung saja mereka menjulurkan lidah mereka untuk mengejek anak cewek.
"Sudah tidak ada bantahan, cepat laksanakan," kata Pak Budi tegas.
Anak cewek mendengus melihat ke arah anak cowok. Kemudian mereka mulai berlari keliling lapangan yang diikuti anak cowok di belakang mereka.
***
"Gila, capek banget gue, Geb. Walau pun guru olahraganya cakep gue tetep ogah pelajaran olahraga," keluh Sasa kepada Gebi.
Setelah selesai pelajaran olahraga mereka berdua menuju kantin untuk membeli air minum. Tidak mereka saja, ternyata semua anak kelas mereka menuju kantin.
"Iya, Sa. Gue setuju sama lo," balas Gebi. Mereka berjalan menuju penjual minuman. Gebi mengambil air dingin yang ada di pendingin. Sedangkan Sasa mengambil air biasa.
"Enggak bagus minum yang dingin loh, Geb." Sasa mengingatkan sahabatnya itu.
"Gue gerah, Sa. Kali ini aja deh," kata Gebi membujuk sahabatnya agar memperbolehkan dia meminum air dingin.
"Yaudah, sekali ini aja loh." Sasa mengingatkan Gebi.
"Siap kapten," balas Gebi dengan semangat.
Setelah membayar minuman mereka berjalan menuju kursi yang ada di kantin. Gebi membuka tutup botol minumannya kemudian meminumnya. Belum sempat minuman itu menyentuh bibirnya sudah ada yang menariknya menjauh. Gebi melihat siapa yang sudah mengabil minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gebi #ODOCTheWWG
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] Ini lucu, sungguh menggelikan, di saat aku berjuang untuk mendapatkan sesuatu malah orang lain yang mendapatkan. Bukankah takdir ini lucu. Gebi salah satu siswi di SMA Harapan Jaya, sekarang duduk di bangku XI Ipa 1. Kebiasaan Gebi...