6. Memalukan

77 7 0
                                    

Gebi dan Sasa keluar dari perpustakaan dengan membawa buku yang mereka pinjam. Sasa menunggu Gebi yang sedang memasang sepatunya.

"Buruan, Geb. Lama amat lo kayak keong," kata Sasa tak sabar.

"Sabar kali, Sa. Orang sabar bokongnya lebar nanti." Gebi terkekeh sendiri. Sedangkan Sasa memutar bola matanya malas.

Gebi selesai memakai sepatunya. Dia berdiri dan bersiap menggandeng Sasa untuk pergi. Baru beberapa langkah Gebi berjalan, dia terjatuh akibat salah satu kakinya terpelekok.

"Aduuh...," ringis Gebi.

Sasa yang melihat Gebi terjatuh kaget, kemudian dia tertawa keras.

"Haha... Kenapa lo, Geb? oleng?" tanya Sasa masih dengan ketawanya.

"Sialan lo, Sa. Bukannya bantuin malah ketawa." Gebi menatap Sasa kesal.

"Sahabat adalah dia yang mentertawakan di saat sahabatnya terjatuh, setelah puas tertawa baru dia mengulurkan tangan untuk membantu sahabatnya." Sasa nyengir bangga dengan apa yang dia katakan barusan. Padahal dia mengutip kata-kata itu dari quotes yang dibacanya.

Bilal yang dari tadi di belakang Sasa tak kuat menahan tawanya lagi. Sasa yang mendengar ada yang tertawa di belakangnya terperanjat kaget. Kemudian mengelus dadanya.

"Kampretos lo, Bil. Bikin gue kaget aja." Sasa menepuk bahu Bilal kuat.

"Haha... sorry, Sa. Gue udah enggak tahan liat temen lo yang ngenes itu." Bilal menunjuk Gebi. Dia masih tertawa melihat keadaan Gebi yang masih terduduk di lantai.

Sasa yang mendengar perkataan Bilal kembali tertawa sambil mengapus sudut matanya yang berair.

Gebi menatap mereka berdua kesal. "Orang jatuh bukannya ditolongi malah diketawain," sungut Gebi menatap tajam mereka berdua.

Gebi mencoba berdiri perlahan. Dia meringis setelah berhasil berdiri. Bilal yang melihat Gebi meringis tak tega. Dia mencoba memapah Gebi.

"Mau ngapain lo?" tanya Gebi sewot, matanya juga melotot ke arah Bilal.

"Mau bantuin kamu lah, yang." Bilal menatap Gebi polos.

"Yang, yang. Lo pikir gue eyang lo." Gebi bertambah kesal dengan Bilal.

"Udah sini gue bantu jalannya." Bilal mencoba mengalungkan lengan Gebi kelehernya.

Gebi menerima bantuan Bilal. Lagi pula dia tidak bisa berjalan sendiri. Saat hendak berjalan, Gebi melihat sekitar.

"Loh, Sasa kemana? kok enggak ada?" Bingung Gebi. Perasaannya Sasa ada di sebelah Bilal tadi.

Bilal mengangkat kedua bahunya tak tau. Lalu mereka berdua berjalan bersama dengan Bilal yang memapah Gebi. Sadar akan tujuan Bilal yang bukan ke kelas. Gebi memutuskan bertanya kepada Bilal yang dari tadi diam saja.

"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Gebi was-was. Matanya melihat kearah Bilal tajam.

"Mau ke KUA," balas Bilal singkat dengan muka datarnya.

"Haa..." Gebi berteriak di telinga Bilal. Tinggi Gebi hanya sebatas telinga Bilal. Jadi ketika dia berbicara otomatis sangat dekat dengan telinga Bilal.

"Aduuh... telinga gue pengang nih." Bilal mengusap telinganya yang berdengung.

"Eh... maaf-maaf," kata Gebi meminta maaf. "Tapi lo mau bawa Gue kemana, sapu?" Gebi tidak bisa membendung rasa penasarannya.

"Sapu?" tanya Bilal bingung. Kenapa Gebi bawa-bawa sapu.

"Iya, sapu. Saputra, Bilal Saputra. Nama lo terlalu bagus untuk ukuran orang kaya lo. Jadi sapu lebih baik." Gebi terkekeh dengan apa yang dia ucapkan.

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang