21. Terkejut

45 4 0
                                        

Bel istirahat pertama berbunyi. Semua murid berhamburan di koridor untuk menuju kantin. Tidak beda dengan penghuni kelas XI Ipa 1, mereka bergegas keluar untuk memenuhi kebutuhan cacing yang ada di dalam perut mereka.

"Kantin yuk, Geb." Sasa mengajak Gebi. Dia berdiri dari kursinya kemudian melihat ke arah Gebi yang masih membereskan buku di atas mejanya.

"Enggak deh, Sa," jawab Gebi tanpa melihat Sasa. "Gue di bawain bekal sama mama."

Sasa yang mendengar jawaban Gebi lemas seketika. Tidak ada temannya untuk mengunjungi kantin. Perutnya sudah berbunyi dan harus di isi. Dia memutuskan untuk ke kantin sendirian saja.

"Yaudah deh gue ke kantin dulu ya," kata Sasa yang di angguki Gebi. "Caaa... tungguin gue." Sasa berteriak ketika melihat Caca dan Rina keluar kelas.

Gebi yang mendengar teriakan Sasa hanya menggeleng. Dia sudah kebal dengan suara Sasa yang cempreng itu. Dia mengambil bekal yang di berikan mamanya tadi pagi. Lalu di bukanya, ternyata nasi goreng. Sebenarnya dia ingin berbagi dengan Sasa. Tapi karena porsi makan mereka banyak tidak seperti cewek lain yang menjaga pola makannya, mereka berdua pasti tidak kenyang.

Dia melahal nasi goreng buatan mamanya dengan lahap. Dia tersenyum mengingat dulu mamanya bahkan tidak pernah menawari dia membawa bekal, tapi sekarang semua berubah. Mamanya sudah menjadi seperti ibu yang di inginkan Gebi. Tengah asik memakan bekalnya, Gebi tidak sadar ada yang masuk ke kelasnya. Kelasnya sepi, hanya ada tiga orang termasuk dirinya.

Gebi melihat orang tersebut yang sudah berdiri di depan mejanya. Gebi mendongak untuk melihat wajah orang tersebut. Dia tersentak kaget melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang. Dia Putri, mantan Bilal yang dulu-dulu membully Gebi.

"Mau apa dia kesini." pikir Gebi di dalam kepalanya.

Putri duduk di samping Gebi. Dia menduduki kursi Sasa yang sekarang sedang berjuang untuk mengisi perutnya. Putri menatap Gebi yang masih menampilkan raut terkejut.

"Segitunya lo lihat gue. Kayak lihat hantu aja," kekeh Putri karena melihat tampang Gebi yang enggak banget.

"Lo... mau ngapain ke sini?" Gebi bertanya dengan bingung. Di dalam kepalanya sudah terpikir hal buruk apa yang akan dilakukan Putri kepadanya.

"Gu...." Belum sempat Putri menyelesaikan perkataanya, Gebi sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Lo kalau mau bully gue tunggu dulu." Gebi menampilkan lima jarinya seolah menandakan stop. "Beri gue waktu buat abisin bekal buatan mama gue," kata Gebi sambil melihat nasi gorengnya.

Putri yang mendengar perkataan Gebi langsung saja tertawa. Lucu sekali pikir Putri. Masa iya mau di bully meminta waktu terlebih dahulu. Ada-ada saja.

Gebi yang melihat Putri tertawa memandangnya heran. Seperti ada yang lucu saja pikir Gebi. Apa salahnya dia menghabiskan makanannya dulu baru bertempur dengan Putri. Lagian jarang-jarang dia mendapat bekal dari mamanya.

"Lo tenang aja, gue ke sini bukan untuk nge bully lo kok," kata Putri menenangkan Gebi. Tak lupa Putri menampilkan senyum anggunnya.

Gebi menatap Putri dengan kening berkerut. Apa dia tidak salah mendengar barusan Putri mengatakan tidak akan mem bully dirinya. Dia juga terheran melihat Putri yang tersenyum padanya. Apa dia salah minum obat pikir Gebi lagi.

"Eem... jadi... lo ke sini tujuannya apa dong?" Gebi bertanya dengan ragu-ragu. Nasi goreng yang ingin dihabiskan terpaksa harus tertunda. Dia menjadi penasaran dengan kedatangan Putri yang kali ini terlihat bersahabat. Atau ini hanya perasaannya saja.

"Gue mau minta maaf sama lo," kata Putri sambil menatap Gebi dengan tulis. Dia juga serius dengan perkataannya.

"Lo... apa? min...ta maaf?" Gebi tergagap bertanya pada Putri. Dia kaget tentu saja mendengar Putri yang meminta maaf padanya. Karena sebelum-belumnya Putri selalu melihatkan raut sinis ketika melihat Gebi. Seolah Gebi ini virus yang harus di basmi.

"Iya. Lo pasti kaget ya," ucap Putri yang langsung di angguki Gebi. Siapa yang tidak kaget coba. Orang yang selalu memusuhinya meminta maaf.

Putri tersenyum melihat respon Gebi yang mengiyakan bahwa dia kaget. "Maaf buat yang kemaren-kemaren, Geb. Maaf buat seragam lo yang udah basah. Maaf banget karena perbuatan buruk gue kepada lo." Putri manatap Gebi dengan penuh penyesalan. Dia sungguh menyesal karena mem bully Gebi hanya karena cinta monyetnya.

"Eeh...." Gebi linglung untuk sesaat. "Enggak apa-apa kok, Put. Gue maklum kok sama perbuatan lo yang kemarin-kemarin." Gebi tersenyum melihat Putri. Dia juga membalas genggaman tangan Putri ketika dia meminta maaf.

"Lo... beneran maafin gue, Geb." Putri menatap tak percaya Gebi. Padahal dia sudah berbuat jahat pada Gebi. Tetapi dengan mudah Gebi memaafkan kesalahannya.

Gebi mengangguk dengan yakin. Dia juga tersenyum untuk meyakinkan Putri bahwa apa yang dia katakan serius. Lagi pula untuk apa menyimpan dendam pada orang lain. Itu hanya akan membuat hati kita kotor. Gebi juga selalu mengingat perkataan "Tuhan selalu memaafkan hambanya". Dia sebagai hamba tuhan juga harus memaafkan hamba Tuhan yang lain kan.

"Makasih, Geb. Gue enggak percaya lo langsung maafin gue dengan mudah." Putri menitikkan air matanya. Ternyata dia salah menilai Gebi. Sebenarnya dia sudah ingin meminta maaf pada Gebi sebelum hari ini. Tapi dia tidak percaya diri juga rasa malu yang mendera hatinya. Tapi dengan semangat yang diberikan mamanya dia bertekat untuk meminta maaf.

"hahaha... santai aja, Put." Gebi tertawa untuk mencairkan suasana. "Tapi kalau boleh gue mau nanya," kata Gebi sedikit ragu-ragu.

"Mau tanya apa, Geb? tanya aja, enggak apa-apa kok." Putri menghapus air matanya.

"Lo kenapa tiba-tiba datang terus minta maaf sama gue?" tanya Gebi hati-hati takut menyinggung Putri.

"Ooh... itu." Putri terkekeh sendiri ketika mengingat kenapa dia bisa meminta maaf pada Gebi.

Gebi mengernyitkan dahinya. Dia menatap Putri heran.

"Gue cerita sama mama gue semuanya. Terus gue dapet pencerahan dari mama. Katanya gue enggak boleh kayak gini. Jahat sama orang itu enggak baik. Kita berbuat baik aja belum tentu orang juga baik sama kita. Itu yang ngebuat gue sadar sama perlakuan gue sama lo, Geb. Gue juga sebenarnya udah mau minta maaf sama lo dari kemarin tapi gue malu buat ketemu lo." Putri menunduk malu teringag akan semua perbuatannya.

"Kenapa mesti malu? sekarang kita teman 'kan?" Gebi menjulurkan ibu jarinya kepada Putri.

Putri yang melihat ibu jari Gebi bingung. Dengan tidak sabar Gebi menarik ibu jari Putri untuk ditempelkan ke ibu jarinya.

"Teman," kata Gebi semangat sambil tersenyum melihat ibu jari mereka berdua.

Putri tersenyum bahagia. Dia lega telah meminta maaf, dan sekarang dia mendapat teman baru.

Sasa masuk kedalam kelas, dia melihat Putri yang ada di tempat duduknya. Dia langsung berlari menghampiri Gebi takut temannya di celakai oleh Putri.

"Ngapain lo ke sini," kata Sasa sinis melihat Putri.

"Sasa enggak boleh gitu." Gebi menegur Sasa yang baru saja tiba di dekat mejanya.

Sasa memanyunkan bibirnya.

"Yaudah deh, Geb. Gue ke kelas dulu, makasih sekali lagi ya, Geb." Putri meninggalkan Gebi dan Sasa.

Sasa langsung duduk di kursinya. Dia menatap Gebi dengan serius. "Dia ngapain nyamperin lo?"

"Putri minta maaf sama gue," kata Gebi kalem tanpa memperdulikan Sasa yang sudah syok. Mulutnya nganga lebar.

"Enggak mungkin," kata Sasa tak percaya.

Gebi yang melihat ekspresi menggelikan Sasa tertawa. Lalu dia bercerita tentang Putri yang meminta maaf padanya.

****

Maaf typo dan segala kekurangan yang ada di dalam cerita ini.

Dumai, 6 April 2018

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang