1. Awal

289 28 161
                                    

Gebi berjalan menuju parkiran sekolah. Setelah bel berbunyi Gebi tidak langsung pulang, dia menunggu kelasnya sepi baru kemudian beranjak dari duduknya keluar kelas.

Awal semester ini Gebi masuk di kelas XI Ipa 1, untungnya dia sekelas dengan sahabatnya Sasa yang sudah pulang terlebih dahulu. Walaupun tadi di kelas hanya tahap perkenalan, menurut Gebi itu sudah melelahkan.

Tiba di parkiran Gebi harus menunggu sepupunya yang belum terlihat batang hidungnya. Jangankan batang hidungnya, baunya juga belum tercium.

"Adi mana sih, padahal gue udah lama keluar kelas dia belum muncul juga," gerutu Gebi, dia sungguh bosan harus menunggu sepupunya yang selalu lama itu.

Gebi melihat sekitar parkiran, kemudian dia melihat pasangan yang ada di sampingnya, kelihatannya mereka sedang bertengkar pikirnya.

"Aku enggak mau putus sama kamu, Bil. Kamu jahat banget sama aku, Bil." Cewek itu memeluk lengan siswa yang disapa Bil sambil merengek.

"Yaelah, Put. Lo sama gue udah putus satu bulan yang lalu dan lo masih ngarepin gue? yang bener aja deh, lagian lo yang selingkuhin gue, jadi jangan minta kita pacaran lagi." Cowok itu melepas lengan cewek itu dengan pelan agar tidak menyakiti cewek tersebut. Lalu dia membuang muka.

"Tapikan, Bil...."

"Udah!! cukup, Put!! gue enggak bisa balikan sama lo." Siswa itu menatap tegas ke cewek itu, "lagian gue udah punya pacar baru jadi jangan ganggu gue lagi. Please!" mohon Bilal.

"Siapa? siapa pacar baru kamu itu, Bil?" cewek itu kelihatan marah.

Gebi merasa ada tarikan dilengannya. Belum sempat Gebi protes, cowok itu sudah lebih dulu mengalungkan lengannya ke leher Gebi. "Kenalin, dia pacar baru gue, jadi jangan ganggu gue lagi."

"Lo berani rebut Bilal dari gue." Marah cewek itu.

Gebi melihat nama cewek itu Putri Anjani.

"Apaan sih, Put. Siapa yang ngerebut siapa? lagian kita udah putus." Tegas cowok itu.

Gebi melirik nama cowok di sampingnya Bilal Saputra.

"Kamu kok gitu sih, Bil. Aku masih sayang sama kamu, kita jangan putus ya, Bil," rengek Putri yang terasa menjijikkan ditelinga Gebi.

"Gak bisa!! gue udah enggak sayang sama lo, lagian siapa suruh lo selingkuhin gue, itu katanya masih sayang? lo sakit, Put?" tanya Bilal muak.

"Aku enggak selingkuh, Bil. Yang kamu lihat itu enggak benar, aku mau sama kamu," rengek Putri memegang lengan Bilal satunya.

Bilal melepaskan tangan Putri. "Udah deh, Put. Gue capek sama lo, mending lo pergi dari sini!!" Usir Bilal.

"Tapi Bil...," Ucapan Putri terpotong.

"Berisik!" Gebi melepaskan rangkulan Bilal. "Kalian berdua kalau mau main drama jangan bawa-bawa gue, mending ke ruang teater!!" Gebi melipat tangan di dada.

"Gue enggak kenal lo jadi jangan ngaku-ngaku jadi pacar gue." Tunjuk Gebi ke pada Bilal. "Dan lo," Gebi beralih ke Putri. "Gue enggak mau ikut campur masalah kalian, tapi lo sebagai cewek jangan mau ngerendahin diri cuman buat ngemis cinta ke cowok, harga diri lo di mana?" muka Putri merah menahan marah mendengar ucapan yang di lontarkan Gebi.

Putri mengepalkan tangannya. "Jangan sok deh lo, lo itu enggak tahu apa-apa, dasar perebut cowok orang." Putri mendorong Gebi.

"Emang gue gak tau apa-apa dan gak mau tau juga. Gue cuman kasih masukan, kalau diterima syukur kalau enggak yaudah, gampang 'kan?" kata Gebi acuh.

"Lo ya...." Geram Putri mengepalkan tangannya.

"Udah, Put. Mending sekarang lo pergi!! Bilal memijat keningnya lelah.

Putri mengentakkan kakinya kemudian beranjak pergi.

"Maaf gue enggak maksud narik lo ke masalah gue, tapi gue udah capek di buntuti cewek itu terus, sampai ke toilet gue enggak tenang. Maaf sekali lagi ya," sesal Bilal.

"Oh," jawab Gebi lalu pergi dari hadapan Bilal.

"Gila, sok cuek banget itu cewek, belum liat aja dia pesona gue gimana." Bilal menaikkan jambulnya kemudian mengejar Gebi.

"Lo mau kemana? mau pulang ya? yuk gue anterin, jarang-jarang loh cogan kayak gue nganter cewek." Bilal tersenyum manis ke pada Gebi. Sedangkan Gebi tidak merespon, melirik ke arahnya saja tidak.

" Jangan jutek-jutek dong jadi cewek, oh iya nama lo siapa?" tanya Bilal. "Bodoh lo Bil, dari tadi lo ajakin ngomong tapi enggak tau namanya," umpat Bilal dalam hati.

Bilal geram sendiri melihat Gebi tidak meresponnya. Bilal menarik rambut kuncir satu Gebi.

"Aduuh... sakit," ringis Gebi. "Lo apa-apan sih, jangan cari perhatian deh. Lagi pula gue enggak kenal sama lo ya, jangan ikutin gue, bisa!" kesal Gebi.

"Sialan banget ini cowok, ngapain juga dia ngikutin gue, kenal juga enggak. Adi lo di mana kampret," rutuk Gebi dalam hati.

"Naah... ginikan enak, dari tadi di ajakin ngomong diem aja, gue pikir lo bisu tapi enggak mungkin, soalnya lo tadi 'kan ngomong." Bilal nyengir.

Gebi mendengus.

"Diem lagikan, lo sariawan ya? coba gue lihat." Bilal memegang bibir Gebi dan sudah ingin menariknya.

Gebi menepis tangan Bilal. " Lo apa-apan sih, jangan sentuh gue kampret!" Gebi memukul lengan Bilal.

"Katanya enggak boleh di sentuh, tapi barusan lo nyentuh gue, orang lain enggak boleh nyentuh lo, tapi lo boleh nyentuh orang lain gitu? waah... parah lo." Tunjuk Bilal dengan ekpresi seperti tersakiti.

"Lo terlalu berisik untuk ukuran seorang cowok. Ganti kelamin gih!" kesal Gebi.

"Gue cowok aja banyak yang naksir, apalagi kalau gue ganti kelamin ya? kalah saing lo entar." Tawa Bilal pecah karena lelucon recehnya sendiri.

Gebi menggeleng tak habis pikir melihat Bilal, kok ada ya manusia cerewet kayak dia. Apa jangan-jangan waktu hamil emaknya ngidam buntut ayam.

Sebuah motor berhenti di samping Gebi. "Loh, kok lo jalan Geb? tumben," kata Adi si pengendara motor itu. "Terus kok lo bareng cowok ini." Tunjuk Adi ke muka Bilal.

"Sialan lo Di, lo dari mana aja sih," Gebi memukul bahu Adi. "Capek gue nungguin lo dari tadi, mana gue terlibat drama sama cowok cerewet kayak dia lagi." Sinis Gebi melihat Bilal.

"Yaa maaf Geb, tadi ada urusan bentar. Lo ikutan drama Geb? bukannya kita baru masuk ya? kok udah mulai eskul?" tanya Adi polos.

Gebi menatap Adi kesal. "Bodo amat Di, udah ayo pulang." Gebi menaiki motor Adi. "Yaudah, pulang dulu ya bro." Pamit Adi ke pada Bilal.

"Hati-hati bro, soalnya lo bawa karung beras di belakang." Bilal dan Adi tertawa, sedangkan Gebi menatap Bilal tajam. Kemudian Adi mengegas motornya.

***

Maaf typo dan segala kekurangan yang ada di cerita ini.

Dumai, 14 Maret 2018

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang