Gebi masih duduk di kursi yang ada di atap sekolah. Setelah Bilal pergi, Gebi masih betah duduk di sini sendirian. Cuacanya juga bagus untuk di lihat, perasaannya jauh lebih baik setelah Bilal datang. Ternyata masih ada yang percaya padanya.
Gebi mengayunkan kedua kakinya yang bergantung di kursi. Dia menunduk melihat ke bawah sambil memikirkan Sasa, ketika di kelas tadi dia melihat Sasa yang menatapnya kecewa. Seolah dia percaya bahwa Gebi yang mencuri uang kas kelas.
Gebi kecewa melihat Sasa yang seperti itu. Dia tidak percaya bahwa Sasa tidak percaya padanya. Padahal mereka sudah kenal dari kecil . Tapi tampaknya Sasa tidak mengenal Gebi dengan baik. Gebi menarik napas untuk menghilangkan sesak di dada.
Bel pulang sekolah berbunyi. Gebi tidak beranjak dari sana. Dia malas harus bertemu dengan teman sekelasnya yang sudah membuatnya kecewa. Dia melihat pemandangan yang ada di bawah. Sekarang Gebi berada di pinggir atap sekolah. Banyak pohon-pohon yang dia lihat udaranya juga segar. Pemandangan ini membuat Gebi nyaman. Apa lagi malam hari, pasti lebih indah melihat pemandangan dari sini pikir Gebi.
Gebi melirik jam tangan merah jambu bermotif Hello Kitty. Sudah lima belas menit semenjak bel pulang berbunyi. Dia berjalan meninggalkan atap sekolah. Tak lupa menutup pintunya. Dia menuruni tangga dengan perlahan.
****
Setelah sampai di koridor Gebi melihat-lihat sekitar yang sudah sepi. Gebi sudah mengirim pesan kepada Adi bahwa dia pulang sendiri ketika berada di atap sekolah. Dia tidak mau Adi melihatnya kacau seperti ini. Pasti bakalan banyak pertanyaan yang di lontarkan Adi. Jadi dia memilih untuk pulang sendiri.
Tiba-tiba Gebi terjatuh sendiri. Dia mengaduh kesakitan. Pantatnya yang indah itu jatuh lebih dulu ke lantai.
"Siapa sih yang buang kulit pisang sembarangan," gerutunya kesal, suasana hatinya sedang tidak bagus saat ini tapi malah kena musibah.
"Lagian di sekolah ngapain makan pisang sih!! kayak monyet aja!" Gebi berdiri dengan pelan-pelan. Dia membersihkan rok sekolahnya yang terkena debu di lantai. Pantanga juga masih tersa sakit.
Dia masih menggerutu di sepanjang koridor hingga sampai ke kelasnya. Gebi menatap pintu kelasnya yang tertutup. Dia heran sesaat. Tumben-tumbenan pintu kelasnya tertutup ketika sudah pulang sekolah. Biasanya juga terbuka lebar. Gebi mengangkat kedua bahunya cuek.
Dia membuka pintu kelasnya lalu masuk. Ketika dia berjalan selangkah bajunya seketika basah. Ada ember yang di letakkan di atas pintu. Ember tersebut sebelumnya berisi air, tapi sekarang air itu sudah pindah ke tubuh Gebi. Untungnya dia tidak memakai seragam putih abu-abu, kalau tidak pasti sudah tembus pandang.
Gebi mendongak setelah dari tadi menunduk melihat bajunya yang basah. Kemudian dia melihat semua teman sekelasnya yang sekarang menatap ke arahnya.
Happy birthday to you...🎶
Happy birthday to you...🎶
Happy birthday... 🎶
Happy birthday...🎶
Happy birthday Ge... bi🎶Suara tepuk tangan terdengar setelah teman sekelasnya menyanyikan lagu tersebut. Gebi yang melihat itu menangis terharu. Dia tidak menyangka teman-temannya akan melakukan hal seperti ini untuknya.
Sasa yang membawa kue menghampiri Gebi. Dia tersenyum melihat Gebi yang sedang berusaha menahan agar berhenti menangis.
"Tiup lilinnya, Geb," kata Sasa masih sambil tersenyum dan menampilkan giginya yang putih. Gebi meniup lilin setelah berdoa. Dia menatap teman sekelasnya lagi. Dia berjongkok kemudian menangis lagi, bahkan suara tangisannya lebih kuat dari pada sebelumnya.
"Kalian jahat... gu... gu... e... pikir." Gebi tidak bisa menyelesaikan perkataannya karena sengguguan. Dia masih berjongkok sambil kepalanya melihat ke arah teman-temannya.
Caca datang menghampiri Gebi. "Maaf ya, Geb. Ini semua ide sahabat lo," kata Caca menujuk Sasa sambil menyesal karena sudah mengerjai Gebi.
Gebi melirik Sasa sinis, dia masik kaget karena di tuduh mencuri dan sekarang dia mendapatkan kejutan lagi. Dia mengutuk Sasa yang sekarang sedang cengengesan.
"Potong kuenya dong, Geb. Udah laper ni," kata Udin tak tau malu. Tak lupa juga Udin mendapat toyoran dari Rafi yang ada di sebelahnya.
Mereka semua tertawa karena perkataan Udin. Gebi yang mendengar juga ikutan tertawa. Dia berdiri kemudian memotong kue yang sedang di pegang Sasa. Setelah di potong menjadi kecil-kecil dia menyuapkan kue tersebut ke semua teman-temannya.
Bu Yanti masuk ke kelas mereka sambjl tersenyum melihat kebersamaan anak didiknya. Dia menghampiri Gebi.
"Maafin ibu ya, Geb. Ini semua permintaan teman-teman kamu," kata Bu Yanti menyesal.
"Iya, enggak apa-apa, bu. Bukan salah, ibu kok," balas Gebi tersenyum. Dia bahagia karena mendapat kejutaan di hari ulang tahunnya.
"Yaudah kalau gitu, ibu pulang dulu ya semua. Ooh... jangan lupa di bersihkan kelasnya ya," kata Bu Yanti yang di angguki mereka semua. Lalu guru tersebut berjalan keluar kelas.
"Pulang-pulang yuk!!" ajak Udin kepada mereka semua. "Biarin yang ulang tahun yang bersihin," sambung Udin lagi. Gebi memasang muka cemberut sementara teman-temannya tertawa.
****
"Gila lo, Sa. Gue enggak ngangka lo bakalan segininya." Gebi menggeleng takjub melihat sahabatnya itu.
Jujur saja dia sendiri lupa dengan tanggal lahirnya. Dia tidak menyangka Sasa akan membuat kejutan seperti ini. Ini semu benar-benar luar biasa menurut Gebi. Sampai wali kelas mereka juga ikut mengerjainya.
"Gimana? keren 'kan gue," kata Sasa membanggakan dirinya sendiri. Dia tersenyum bahagia karena berhasil memberikan Gebi kejutan.
Sekarang mereka berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor Sasa. Setelah membersihkan kelas dengan di bantu teman-temannya kini mereka berjalan menuju parkiran. Teman-temannya sudah pulang lebih dulu. Kini hanya Gebi dan Sasa yang tertinggal.
Mereka bersenda gurau di sepanjang koridor yang sepi. Sesekali gelak tawa mereka terdengar. Gebi pulang dengan Sasa, bajunya basah jadi tidak mungkin baginya untuk pulang najk angkot.
Bilal datang dari belakang mereka berdua. Lalj dia menarik tangan Gebi agar mengikutinya. Sasa yang melihat Gebi di tarik Bilal tidak mengejarnya.
"Apalah daya gue yang jomblo ini," kata Sasa miris kepada dirinya sendiri.
"Gue juga jomblo, jangan-jangan kita...." Terdengar suara dari sebelah Sasa.
Sasa melihat kesamping, ternyata manusia yang berbicara barusan adalah Udin.
"Lo lagi lo lagi," kata Sasa pelan. Dia mendesah malas karena bertemu Udin.
"Pacaran yuk." Udin mengajak Sasa berpacaran seperti membeli permen di kantin.
"Ogah," balas Sasa cuek. Dia berlari menjauhi Udin. Dia takut ketularan gilanya Udin karena terlalu lama berdekatan denganya.
Awal dia bertemu Udin di toilet, dia menganggap Udin itu lucu. Karena ketika bersama Bilal Udin kelihatan humoris. Dia suka cowok yang humoris. Tapi makin kenal dengan Udin, Sasa tau kalau Udin itu sama dengan Bilal yang ngeselin. Sementara Udin yang ditinggal Sasa bernyannyi.
Apa salah ku...🎶
Kau buat begini...🎶"Apa lagi ya liriknya," Udin menggaruk kepalanya yang gatal. "Lupa ane."
****
Maaf typo dan kekurangan yang ada di dalam cerita ini.
Dumai, 29 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Gebi #ODOCTheWWG
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] Ini lucu, sungguh menggelikan, di saat aku berjuang untuk mendapatkan sesuatu malah orang lain yang mendapatkan. Bukankah takdir ini lucu. Gebi salah satu siswi di SMA Harapan Jaya, sekarang duduk di bangku XI Ipa 1. Kebiasaan Gebi...