"Selamat siang anak-anak." Bu Linda berjalan keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi.
"Selamat siang, bu...," ucap murid kelas XI Ipa 1 dengan semangat. Mereka langsung berhamburan keluar kelas.
"Geb!" panggil Sasa kepada Gebi yang ada disampingnya.
Gebi menoleh ke arah Sasa. "Kenapa, Sa?"
Sasa memasukkan bukunya yang ada di atas meja ke dalam tasnya. Setelah selesai dia melihat ke arah Gebi yang sedang melakukan hal serupa seperti dirinya.
"Nanti temenin gue ke toko buku ya," pinta Sasa agar dia pergi tidak sendirian. Dia menatap Gebi penuh harap. "Ya...ya," rengek Sasa sambil menggoyangkan lengan Gebi.
Gebi berpikir sejenak, lalu mengangguk. Dia juga ingin membeli sebuah novel karya Alnira yang berjudul Friendzone: Lempar kode sembunyi hati. Sudah lama dia mengingankan novel itu, tapi baru ada uang sekarang. Itu pun uang yang untuk beli sepatu dari mamanya. Aah... ketika mengingat sepatu yang tidak jadi dibelinya rautnya berubah menjadi kusam.
"Kenapa lo?" tanya Sasa saat menyadari raut muka Gebi sudah berubah.
"Itu... gue sebel kalau ingat sepatu yang mau gue beli tapi enggak jadi." Gebi memajukan bibirnya tanda kesal.
"Kenapa bisa?" Sasa mulai penasaran. Masalahnya, Gebi ini manusia yang jika dia menginginkan sesuatu harus bisa dia capai. Tapi kalau tetap tidak bisa ya apa boleh buat.
"Jadi...." Gebi menceritakan semua yang terjadi di mall pada saat itu. Dia juga menceritakan bahwa dia sempat marah dan cemburu karena Bilal bersama orang lain. Hingga sampai dia tau bahwa cewek yang bersama Bilal adalah sepupunya. Gebi selesai menceritakan semua yang terjadi.
"Hahaha... dasar dodol lo." Sasa tertawa geli mendengar cerita Gebi. Dia juga menoyor kening Gebi.
"Sialan lo." Gebi memukul Sasa karena kesal di tertawakan. Dia juga kesal di toyor.
"Abisnya lo sih... cemburu tidak pada tempatnya." Sasa terkekeh melihat Gebi yang sudah mencebikkan bibirnya. Gebi juga sudah mulai merutuki Sasa yang terkekeh.
"Males gue cerita sama lo! enggak dapet apa-apa, tapi malah di ketawain. Ciih...," decih Gebi sinis. Dia berdiri dari kursinya, kemudian menatap Sasa.
"Ayo ke kantin!! Laper nih." Gebi mengusap-usap perutnya di balik seragam putih abu.
Sasa beranjak dari kursinya lalu menggandeng lengan Gebi. Dia menyengir karena telah membuat Gebi kesal tadi. Mereka berdua melangkah keluar kelas dan menuju kantin yang pastinya sudah ramai.
*****
Gebi dan Sasa berjalan di koridor dengan tas yang berada di punggung mereka. Bel pulang sudah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu. Mereka tidak langsung keluar kelas karena Sasa piket. Jadi Gebi menunggu Sasa yang sedang mengerjakan tugasnya. Sebenarnya Sasa mau lari dari tugasnya tadi. Tetapi sudah keburu di tahan Udin yang juga piket bareng Sasa.
"Jadi 'kan lo temenin gue ke toko buku, Bi?" tanya Sasa untuk meyakinkan bahwa Gebi akan menemaninya dan tidak berubah pikiran. Dia sungguh malas harus pergi sendiri, berasa jomlo padahal memang jomlo.
"Jadi kok, tenang aja. Tapi beliin gue novel dong." Gebi menyengir.
"Tunggu gue nikah sama Zain Malik baru gue beliin lo novel sebanyak-banyaknya," ucap Sasa sesuka hatinya. Dia mulai senyum-senyum menghayal bila menikah dengan Zain Malik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gebi #ODOCTheWWG
Genç Kurgu[BELUM DIREVISI] Ini lucu, sungguh menggelikan, di saat aku berjuang untuk mendapatkan sesuatu malah orang lain yang mendapatkan. Bukankah takdir ini lucu. Gebi salah satu siswi di SMA Harapan Jaya, sekarang duduk di bangku XI Ipa 1. Kebiasaan Gebi...