5. Musuh?

100 6 5
                                    

Udin berjalan menuju toilet setelah aksi konyolnya di kantin. Dia malu karena berteriak tanpa sadar saat ramai orang.

"Apa kurangnya gue coba? sampai cewek-cewek kabur waktu gue deketin." Udin berbicara sendiri dihadapan kaca yang ada di toilet.

"Muka gue lumayan mulus, jerawat cuman satu dua. Manis jangan di tanya! jelas gue manis kayak madu baru di ambil." Udin mengusap pelan mukanya.

"Aah... gue tau kenapa gue jomblo." Udin tersenyum dengan apa yang dia pikirkan. "Tuhan sayang sama gue, makanya gue jomblo. Dia mau memberi gue cewek yang luar biasa. Kayak Raisa misalnya, 'kan butuh waktu agak lama buat dapet cewek kayak gitu." Udin terkikik geli dengan apa yang barusan dia katakan.

Seseorang masuk ke dalam toilet dan melihat Udin aneh karena tertawa sendiri menatap kaca. Kemudian orang tersebut tersenyum geli karena berpikir Udin mentertawakan wajahnya sendiri saat berkaca.

Udin melihat orang itu tersenyum, dia mengangkat bahunya tak peduli. Udin berjalan ke luar toilet. Ketika baru melewati pintu toilet, Udin menabrak seseorang.

"Kalau jalan liat-liat dong!" kesal Udin. Baru saja dia bahagia dengan hayalannya di toilet, sekarang sudah di buat kesal.

"Maaf... maaf banget gue enggak sengaja." Seseorang itu meminta maaf. Seharusnya yang meminta maaf Udin, karena dia yang menabrak seseorang itu yang ternyata Sasa.

Udin melihat Sasa melongo. Jarak mereka hanya sebatas kedua kaki mereka yang saling bersentuhan.

Kau bidadari...🎵
Jatuh dari surga...🎵
Di hadapanku...🎵
Eaaa🎵

Udin tersadar setelah lagu itu habis di putar dari dalam pikirannya.

"Ooh Tuhan... apakah ini Raisa yang kau kirimkan padaku?" gumam Udin pelan.

"Ha?" Sasa bingung dengan perkataan Udin.

"Eh...," kata Udi kaget. "Bukan apa-apa. Lo temennya Gebi 'kan?" tanya Udin basa-basi.

"Iya, lo teman sekelas gue 'kan? gue inget pas lo ngelempar, Bilal di kelas," ucap Sasa sambi tersenyum.

"Dia tau gue. Sumpaah... demi apa." Udin berteriak histeris di dalam hatinya. Kemudian dia melamun memikirkan bagaimana rasanya berpacaran dengan Sasa.

Sasa yang melihat Udin bengong melambaikan tangannya ke muka Udin.

Udin tersadar dari hayalannya. "Gue mau!" kata Udin tersenyum.

"Mau apa ya?" tanya Sasa bingung. Perasaan dia tidak bertanya dengan Udin yang mengharuskannya menjawab mau.

"Huh?" Udin bingung. "Bukannya tadi dia ngajak pacaran ya?" tanyanya dalam hati.

Bel masuk berbunyi.

"Gue duluan ya, sekali lagi maaf, Din." Sasa memita maaf kepada Udin.Sasa berniat mengatakan sesuatu ke pada Udin. Dia membuka mulutnya, kemudian di tutup lagi.

"Kenpa, Sa?" Udin yang melihat Sasa seperti itu bertanya.

"Eem... itu... sleting celana lo, Din. Eem... kebuka." Sasa langsung berlari menuju kelasnya setelah mengatakan itu. Dia tidak berani menampakkan mukanya yang bersemu.

Udin kaget mendengar perkataan Sasa. Matanya melihat ke arah celananya. Kemudian menarik ke atas sleting celananya. Dia mengangkat bahunya cuek. 

"Apa yang salah dengan sleting yang lupa dinaikkan. Lagian gue pakai daleman." Udin tak ambil pusing dengan sletingnya. Dia heran kenapa muka Sasa bersemu hanya gara-gara sleting celananya.

Gebi #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang