14.

581 58 11
                                    

Kami baru saja selesai mengerjakan ujian masuk. Aku dan Namjoo memutuskan untuk makan dahulu. Aku harap nilaiku cukup baik agar bisa masuk Seoul University. Sementara Namjoo, dia hanya bisa pasrah. Kurasa dia tidak terlalu memikirkan ini

"Namjoo-ya, bagaimana dengan ujian masukmu?"

"kurasa lancar. Aku yakin kau akan masuk ke Seoul University"

"kita akan satu universitas Namjoo"

"semoga saja"

Tuntingtung...tungtingtung...

"Aera, ponselmu berdering"

"nugu?" aku tidak mengenal nomor ini. "molla, aku tidak kenal. Biarkan saja"

"jangan seperti itu, siapa tau itu penting" aku menuruti kata-kata Namjoo.

"Yoboseo? Nugu?"

"Ini Woojin"

Aku langsung berjalan menjauh dari Namjoo. bisa gawat jika mendengar percakapan kami. "Namjoo, aku angkat telfon dulu"

"ada apa oppa?"

"Daniel diopname di rumah sakit"

"mwo? Dimana kau sekarang? Aku akan kesana"

"kau dimana? Biar ku jemput"

"aku? Di restaurant kimbap dekat perempatan sekolahku"

"tunggu diluar"

"nee"

Aku langsung kembali ke tempat Namjoo. "Namjoo, aku rasa aku akan pulang duluan. Temanku sedang dirawat di rumah sakit"

"eo, baiklah. Kau akan naik apa?"

"aku akan dijemput temanku"

"nee, hati-hati"

Aku melambaikan tangan dan langsung keluar dari restaurant. Aku menunggu di halte dekat perempatan. 15 menit kemudian ponselku berdering. Aku langsung mengangkatnya.

"yoboseo"

"aku sudah sampai di perempatan. Kau dimana?"

"aku dihalte. Ah, aku melihatmu oppa. Aku akan kesana" aku melambaikan tanganku dan menghampiri Woojin-oppa. Dia terlihat mengenakan jaket putih dan celana ripped jeans. Dia tidak membuka helmnya karena semua orang bisa tau kalo dia Woojin. Aku naik ke motor sportnya.

"Woojin, hati-hati saja"

"motor seperti ini tidak bisa kalau hati-hati" aku menepuk pundaknya. Dia tidak berubah semenjak kami tinggal di Busan. Woojin dan Daniel mereka teman masa kecilku.

Kami sampai di parkiran basement rumah sakit. Aku turun dari motornya. Dan Woojin mulai memakai masker dan topinya.

"pakai ini" dia menyodorkan topi dan masker yang sama.

"untuk apa? Aku bukan idol"

"kalau orang lain tau, kau masuk ke kamarnya Daniel akan menjadi gosip lagi"

Aku langsung menuruti kata-kata Woojin. Kami berjalan menuju lift. Dan Woojin terlihat menekan sebuah tombol. Hanya ada kami berdua di lift.

"Woojin-ah, Daniel sakit?" aku tidak memanggilnya oppa, karena kami sudah akrab dari dulu. Bahkan aku lebih akrab dengannya daripada dengan Daniel. Kami juga pernah satu sekolah.

"iyalah, kau kira aku bohong"

"ani-ya, maksudku Daniel sakit apa?"

"dia.." belum sempat Woojin menjawab, ada orang lain yang masuk ke lift kami. dan kami hanya bisa diam saja. Beberapa detik kemudian, lift berhenti dan Woojin keluar. Aku mengikutinya. Dan dia masuk ke sebuah kamar yang di pintunya tertulis VVIP.

My Boyfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang