Kringg…
“jangan lupa untuk mempelajari bab selanjutnya anak-anak, ibu akan mengadakan ulangan untuk bab ini minggu depan. Dan untuk Jeongin dan Seungmin, ibu harap nilai kalian akan naik. Silahkan istirahat. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya anak-anak”
“nee, ssaem”
Hari yang melelahkan. Pertama, jam olahraga. Jujur saja aku tidak menyukai mata pelajaran itu. Aku tidak terbiasa dengan kegiatan outdoor. Lalu, jam seni yang diisi dengan pelajaran dance. Aku lumayan menyukainya bila dibandingkan dengan mata pelajaran olahraga. Mungkin aku menyukainya karena… ya kau taulah. Namjachingu-ku sangat menyukai dance. Aku juga ingin bisa sepertinya, namun aku tau itu hanya salah satu imajinasiku yang berujung kepada ketidakmungkinan.
“AERAAA!!”
Hampir saja jantungku berhenti berdegup karena teriakannya. Siapa lagi… Kim Namjoo.
“Mwo?”
“Ayo ke kantin. Aku sangat lapar”
“Kau saja sendiri, Namjoo-ya. Aku harus ke perpustakaan. Aku menyelesaikan rangkumanku”
“Baiklah, aku akan ke kantin bersama Sorim. Kau jangan lupa makan”
“Nee, chagi”
Tanpa sengaja, aku mendengar percakapan Felix dengan Jeongin dan Seungmin dibelakangku..
“Felix-ah, apa kau mau ke kantin?” –Seungmin
“Mwo?” –Felix
“Eo, you…eat?” –Jeongin
Aku berusaha untuk menahan tawaku karena bahasa Inggris Jeongin yang menurutku salah kaprah. Jujur saja aku lumayan dalam pelajaran Sastra Inggris, namun jika aku disuruh untuk berbicara langsung mungkin akan sama dengan Jeongin. Gagap…
“Oh, ani. Aku rasa aku akan disini saja” –Felix
“Eo, kami duluan Felix” –Seungmin
Mereka meninggalkan Felix yang –menurutku sedari tadi duduk di bangkunya. Aku mencari buku rangkumanku yang kurasa ada di meja tadi. Aku melihat ke laci dan tas, namun aku tak menemukannya juga. Aku yakin bahwa tadi buku itu sudah kubawa jadi tidak mungkin ketinggalan.
Aish, kemana buku ini? Apa dia bisa berjalan?
“Kau mencari ini?”
“Eo, gomawo”
“Kau tidak pintar dalam mencari barang, itu jatuh dibawah kursimu”
“Kau Aera kan?”“Nee”
“Kau mau ke kantin?”
“Ani, aku akan ke perpustakaan”
“Boleh aku ikut?”
“Mwo?” aku tidak percaya dengan pendengaranku. Tidak, maksudku dia tadi menolak ajakan Seungmin ke kantin. Namun sekarang dia malah mengjakakku ke kantin. Dan ketika aku menolaknya, dia malah mengikutiku ke perpustakaan. Ah, mungkin ini hanya perasaanku yang berlebihan.
“Eo, tentu saja. Aku sekalian akan menunjukkan tempat-tempat yang aku suka”--
“Ini tempat kesukaanku”
“Aku baru tau dibelakang sekolah ad ataman seindah ini”
“Aku lebih menyukai ketenangan disini, tidak banyak anak-anak yang kesini. Jadi aku menyukainya jika sepi seperti ini”
“Apa kau mau membantuku?”
“Membantu apa?”
“Aku mendengar dari anak lain, kau ini pintar berbahasa Inggris. Setidaknya kau harus membantuku tentang bahasa Korea”
“emm, baiklah” aku menyukai kepribadiaannya. Dia jujur, ramah dan tidak sombong. Lee Felix. Dia berbeda dari yang lain. Aku harap kami bisa lebih akrab dan saling membantu.
“ini perpustakaannya. Bagus kan?”“lumayan” dia tersenyum. Aku baru pertama melihat senyumnya. Bahkan saat kami berkenalan dia tidak mengukir senyum semanis ini. Ya baik, aku akui bila dia tersenyum itu cukup manis.
AERA POV END
DANIEL POV
“Oke, nice. Kalian boleh beristirahat. Syuting kali ini sampai disini”
Ahh, akhirnya selesai juga. MV Energetic yang berhasil menjadi trending membuatku cukup puas. Kali ini, aku dan groupku –Wannaone menggarap MV baru untuk album pertama, Burn It Up. Aku menyukai lagu ini, tapi jujur saja aku lebih menyukai Energetic, karena kurasa part rap Energetic lebih cocok denganku.
“Daniel, kau melakukannya dengan sangat baik”
“Kamsahamida, Sajangnim”
“Tak salah kau menjadi Center di Wannaone”
“Ini berkat bantuan dari member lain dan latihan terus, Sajangnim”
“Geure, istirahatlah”
“Nee”
Istirahat. Aku merindukan suaranya. Aku tau kami akan sulit bertemu semenjak aku masuk MMO Entertainment dan menjadi trainee di Produce 101. Dan sekarang aku debut. Itu akan mempersulit kami untuk bertemu. Bahkan untuk saling mengabari. Lagipula dia bilang juga ingin fokus untuk ujian masuk.
“Apa kau tidak mengabarinya, Daniel?” –Seongwoo
“Aku akan keapartemennya saja. O ya hyung setelah ini antarkan aku kesana ya”
“Aku malas menyetir. Minta saja kepada Minhyun-hyung”
“Minhyun-hyung akan bersiap untuk syuting iklan. Jadi aku meminta tolong kepadamu hyung”
“Eo, baiklah kalau begitu”
DANIEL POV END
AERA POV
“Apa kau selalu pulang sendirian?”
“Eo, Felix-ah. Kau mengejutkanku”
“Wae?”
Dia tertawa. Entah kenapa aku menyukai senyumnya. Ah, Pabbo Aera. Kau sudah memiliki Kang Daniel. Lagipula oppa-ku juga tampan dan mencari idola para yeoja. Ya itulah beratnya. Menjadi idola para yeoja.
“Kau kearah mana?”
“Um, ke barat”
“Ah, sayang sekali Aera-ya. Kita berlawanan arah. Kalo begitu sampai jumpa besok”
“Sampai jumpa”
Membosankan. Menunggu bus sendirian karena memang kebanyakan temanku pulang ke arah timur. O ya aku hidup di sebuah apartemen sederhana, terpisah dari keluargaku yang berada di Busan. Busan… kota asalku dan Kang Daniel.
--
Aku berjalan menuju apartemenku yang kira kira berjarak 150 meter dari jalan raya. Dia bahkan belum membalas pesanku. Apa dia memang sibuk sekali. Aku mencoba mengecek handphoneku lagi, siapa tahu dia sudah membalas. Tapi nihil. Tanpa kusadari aku sudah dekat dengan kamar apartemenku.
“YAAA! KENAPA KAU BISA ADA DISINI?”
Aku tak percaya dengan penglihatanku. Dia berdiri di dekat pintu apartemenku. Dia tersenyum manis…
hayo siapa nih :v
vomment pls. kadang gue ngerasa putus asa, yang baca segini yang ngevote segitu. setidaknya hargailah para author disini ya gaes :)
butuh niat yang kuat buat nulis disini, gak cuman buat story gue. tapi juga story para author lainnya :)
btw kalo kalian mau chat, boleh kok. sekalian nambah temen hehehe :))
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend [✔]
FanfictionHighest rank: #101 with hastag Friend (11.05.2018) #946 in Short Story (14.05.2018) ° ° [PRIVATE] (n). follow dulu baru baca. Follbek? Ask aja. Memiliki namjachingu seorang idol(?) mustahil untuk dibayangkan. Apalagi untuk Aera yang statusnya hanya...