26.

455 45 2
                                    




“Daniel, apa yang kau lakukan disini?” dengan panik aku bertanya ke Daniel saat itu. Bagaimana dia bisa sampai sini disaat Seongwoo ada disini juga. Aku takut kalau Daniel bisa sampai tau Seongwoo ada di apartemenku. Aku berani bersumpah dia akan salah paham jika sampai tau ini.

“Aera, jangan tinggalkan aku. kau suka membuatku memohon seperti ini kepadamu?” wajahnya terlihat memelas saat mengatakan itu. Aku pun tak tega melihat namja kesayanganku ini seperti ini.

“Daniel-ah, aku…” belum sempat kulanjutkan kata-kataku. Suara Seongwoo terdengar dari dalam “Aera, siapa di luar?” pikiranku langsung kacau menyadari raut wajah Daniel yang berubah. Tiba-tiba saja Seongwoo ikut keluar dan dia pun sama terkejutnya denganku saat melihat Daniel. Seongwoo berdiri disampingku dan Daniel menunjukkan ekspresi yang tidak percaya.

“apa yang kau lakukan disini hyung?” Daniel masih saja nampak tak percaya. Aku berusaha untuk menjelaskan namun belum sempat ku jelaskan. Daniel sudah memukul Seongwoo hingga terjatuh. Kenapa dia tidak bisa menahan emosinya sedikit.

Aku langsung melerai keduanya, Seongwoo yang tampak tidak membalas namun Daniel yang terlihat ingin menghabisi Seongwoo membuatku spontan meninggikan nada suaraku, “Daniel, hentikan”

“wae? Kau membelanya? Aku ini namjachingu-mu, Aera” dia mengatakannya dengan cukup keras dan itu membuatku menangis ditempat. Ku pejamkan mataku karena kepalaku mulai terasa sakit lagi. Ini sudah terjadi sejak beberapa hari yang lalu.

“jangan pernah berteriak kepadanya” Seongwoo tanpa kusadari menarik kerah Daniel dan itu membuatku harus melerai mereka lagi. Aku tidak memedulikan rasa sakit ini karena melihat mereka seperti ini lebih menyakitkan.

“kau menyukainya? Jangan bertingkah berlebihan Seongwoo” Daniel tidak memanggil Seongwoo-hyung, apa dia benar-benar kehilangan akalnya.

“aku tidak suka melihatnya menangis. Apalagi karenamu, Daniel” suara Seongwoo terdengar diantara suara deras hujan malam ini.

Seongwoo sudah melepaskan tangannya dari  kerah Daniel, “terserah kalian saja”. Daniel tiba-tiba pergi begitu saja dan membuang bunga yang dibawanya tepat didepanku.

“Daniel, kau mau kemana? Ini masih hujan” teriakku yang terdengar tidak jelas karena aku masih menangis.

Dia tidak menjawab dan masih tetap saja pergi. Sontak melihatnya aku pun berlari mengejar Daniel. Aku harus menyelesaikan semua ini. Bagaimana bisa mereka bertengkar hanya karena aku. Aku akan merasa bersalah seumur hidup jika mereka tidak segera berbaikan.

Hujan masih saja turun dan aku tau Daniel tidak membawa payung. Aku terus mengejar Daniel yang ada di depanku. Dia terlihat sudah menyeberang jalan raya di depan apartemenku. Malam yang dingin dan sepi hanya beberapa kendaraan yang lewat disini.

Aku tidak peduli jika kehujanan, Daniel juga merasakan betapa dinginnya malam ini. Kuputuskan untuk tetap mengejar Daniel. Aku langsung saja berlari menyeberang jalan agar dapat mengejar Daniel. Namun tiba-tiba kepalaku berdenyut dan aku berhenti di tengah jalan untuk memejamkan mata sesaat agar rasa sakitnya mereda.

Terdengar suara klakson mobil dengan jarak yang dekat dan itu membuatku membuka mata kembali. Sebuah sorot lampu dari samping kananku terlihat begitu menyilaukan, aku spontan menengok ke kanan dan sayang sekali aku terlambat menyadari.

Aku memejamkan mata karena terlalu takut untuk melihat apa yang terjadi padaku selanjutnya. Sesaat tubuhku terasa seperti ditabrak dan remuk. Sesaat kemudian aku berasa seperti melayang, aku sudah tidak bisa merasakan apapun.

My Boyfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang