25.

448 56 4
                                    


Pastiin mencet tombol bintang sebelum baca :))









“uh, Seongwoo?” aku menutup mulutku karena terkejut.

“kenapa kau keluar malam-malam?” dia membuka maskernya sehingga aku bisa melihat wajahnya.

“aku keluar untuk membeli sesuatu. Dan oppa, kenapa kau bisa sampai sini?”

“kau lupa? Jika hanya ada kita berdua jangan memanggilku oppa”

“ah, benar. Mian” aku tersenyum malu, kenapa dia masih saja mengingatnya.

“aku hanya ingin jalan-jalan naik bus. Dan lalu kuputuskan turun disini untuk duduk di halte ini. Malah tiba-tiba hujan turun” dia tersenyum sambil menjelaskan ini. Senyumnya Ya Tuhan, apakah dia ini manusia? Dia terlalu tampan untuk ukuran manusia.

“kenapa halte ini?”

“dulu aku sering bertemu gadis yang aku sukai, menunggu bus di halte ini”

“ah, manis sekali”

“kau menunggu bus juga di halte ini kan?”

“eo. Mau ke apartemenku dulu? Busnya masih lama jika kau menunggu”

“baiklah, gomabta Aera. ngomong-ngomong kau lumayan tinggi juga kalau memakai celana pendek seperti ini”

“kumohon jangan membicarakan ini. Aku sangat tidak nyaman memakai ini, celana panjangku di laundry semua”

“kau selalu memakai celana robek-robek itu”

“kau juga sedang memakainya, Seongwoo-ssi” kami tertawa bersama, andai saja dia Daniel. Aku pasti akan sangat bahagia. Berhentilah memikirkan Daniel, Aera pabo. Kalian sudah tidak ada hubungan.

Aku dan Seongwoo berjalan bersama menuju apartemenku. Karena Seongwoo tidak membawa payung jadi kami berjalan dengan satu payung. Payungku dipegang Seongwoo dan aku hanya berjalan membawa belanjaanku tadi.

“Aera-ssi” tiba-tiba seorang wanita paruh baya memanggilku. Ah, dia tetangga apartemenku. Apartemen kami hanya berjarak beberapa blok.

Aku menarik lengan jaket Seongwoo agar dia ikut berhenti. “nee, ahjumma?”

“apa itu pacarmu?” aku melihat ke arah Seongwoo yang tidak memakai masker lagi, dia hanya memakai kacamatanya.

“nee?” aku masih bingung dengan perkataan ahjumma berpayung polkadot ini.

“dia tampan sekali seperti artis”

“ah, ani-ya…” aku panik karena ahjumma ini melihat Seongwoo. Tapi kurasa dia tidak tau kalau Seongwoo anggota Wanna One.

“semoga kalian bahagia selalu”

“mwo?” aku terpaku ditempat mendengar ucapan ahjumma itu. Dan tiba-tiba…

“nee, kamsahamida” Seongwoo malah berterima kasih. Apa maksudnya? Ketika aku melihat ke arahnya dia malah tertawa. Aku masih saja bingung dan berusaha memahami apa yang sedang terjadi.

“kenapa wajahmu lucu sekali ketika bingung?” dia mencubit pipiku dan aku hanya bisa mengaduh pelan.

“apakah kita terlihat seperti pasangan muda?” aku dan Seongwoo bertatapan. Kurasa pipiku sudah menjadi merah sekarang.

“apa kau malu, Aera-ssi?”

“ani, ayo jalan lagi. Disini dingin” elakku sambil menundukkan wajahku.

My Boyfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang