Part 1

33.4K 860 11
                                    

Seorang anak laki-laki yang telah menginjak usia 23 tahun tumbuh begitu tampan dan ke shalehannya yang mirip seperti Uminya-Rasya dan ketampanannya yang mirip seperti Abinya-Handaya. Kehidupan yang begitu harmonis terasa begitu indah di dalam keluarga kecil itu.

Sakha Abhiyu Nugraha. Buah hati Rasya dan Handaya kini telah tumbuh menjadi pria idaman setiap wanita sejak ia menginjak usia remaja hingga saat ini usianya 23 tahun.

Sakha merupakan murid berprestasi di usianya yang ke 18 tahun ia sudah masuk ke universitas  Eagle Air Academy - Jakarta Utara. Eagle Air Academy merupakan salah satu sekolah pendidikan khusus bagi para calon pilot yang ingin menjadi pilot yang mahir, bertanggung jawab, dan berkompetensi serta profesional di bidangnya. Berbeda dengan remaja lain di usia 18 tahun mereka masih ada yang menikmati masa SMA, sementara Sakha dia sudah mengenal masa Kuliah.

*****

"Umi... Abi... Sakha pergi Kuliah dulu ya". Ucapku seraya menyalami kedua tangan orangtuaku.

"Kamu bawa mobilkan?". Tanya Handaya.

"Iya Bi, Sakha bawa mobil ko, oh iya Umi, Abi, Sakha adas tugas dan Sakha ga bisa pulang selama dua hari. Dan Sakha juga mau cari kosan di dekat tempat Kuliah Sakha apa Abi dan Umi mengizinkan Sakha?". Jelas Sakha meminta izin kepada Rasya dan Handaya.

"Itukan cita-cita kamu mana mungkin Abi dan Umi tidak mengizinkan kamu nak, belajarlah lebih giat tapi jangan pernah lupakan hafalan Surah-Surah Al-Qur'an yang sudah kamu hafalkan ya nak". Ucap Rasya yang dianggukan oleh Sakha.

"Ya udah Umi... Abi.. Sakha berangkat ya.. Assalamu'alaikum". Ucapnya seraya berjalan keluar rumah.

"Wa'alaikumussalam". Jawab Rasya dan Handaya berbarengan.

*****

Dalam perjalanan menuju tempat Kuliahnya, jalanan Jakarta sudah pasti macet dan itu membuat Sakha sedikit kesal namun, dia menghilangkan rasa kesalnya itu dengan terus berdzikir pelan selama perjalanannya.

"Astaghfirullahaladzim". Ucap Sakha saat mobil yang ia kendarai mengerem mendadak saat ada sosok wanita berhijab menyebrang secara tiba-tiba.

Sakha pun turun dari mobil dan menghampiri wanita yang tak sengaja ia tabrak tadi.

"Mba.. Ga pa-pa". Ucapku pada wanita berhijab itu.

"To-Tolong saya mas, Sa-Saya di kejar orang jahat. Saya mohon". Ucap wanita itu. Sakha mengernyitkan matanya merasaa heran, kemudian wanita itu menangis. Sakha yang melihat wanita itu menangis merasa iba dan mengangguk kemudian wanita itu langsung menuju mobil Sakha. Sakha yang melihat tingkah gadis itu semakin penasaran. Tanpa pikir panjang ia pun menuju ke dalam mobil.

"Apa yang terjadi?". Tanyaku saat aku mulai melajukan mobilku.

"A-Aku di jodohkan oleh orangtuaku dengan seseorang yang jauh lebih tua dariku. Aku ga suka". Ucap wanita itu, setelah tangisannya mulai terhenti.

"Siapa namamu?". Tanyaku lagi. Entah mengapa aku begitu penasaran dengan gadis ini.

"Nafisah". Ucap wanita itu yang tak lain bernama Nafisah.

"Ok.. Maaf tapi gue ga bisa bawa lo ke kampus gue, dan mohon maaf sekarang juga lo harus turun disini, karna kampus gue udah deket". Ucapku dengan nada dingin. Saat berfikir tidak mungkin aku membawa wanita ke dalam kampus.

"Ta-tapi aku harus kemana". Ucap Nafisah bingung sekaligus merasa tidak enak pada pria di sampingnya itu, dia memperkirakan usianya tak jauh berbeda dengannya. Wajahnya begitu tampan dan menyejukan walaupun terlihat sekali bahwa dia memiliki sifat dingin.

"Huftt... Gini ya mba saya juga ada urusan dan saya harus kuliah hari ini. Jadi saya minta mba turun dan di sini ada kosan ga jauh dari tempat ini. Saya bakalan anterin mba ke tempat kosan itu sebagai tanggung jawab saya sama mba karna ga sengaja menabrak mba di jalan tadi". Jelasku pada Nafisah.

Tak lama mobilku berhenti di sebuah rumah khas tempat kost-an.

"Turunlah kita sudah sampai". Ucapku masih dengan nada datar. Bagaimana bisa dia bertanggung jawab walau kejadian yang sebenarnya Nafisah sendirilah yang berlari ke arah mobilnya.

Saat Nafisah turun dari mobil Sakha tak sengaja kakinya terselandung sebuah batu sehingga dirinya hampir saja jatuh, jika tidak segera tubuhnya di tangkap oleh Sakha.

Cantik. Batin Sakha, saat dirinya menopang tubuh Nafisah yang oleng. Tanpa di sadari Sakha, Nafisah memiliki wajah yang cantik dan meneduhkan.

"Astaghfirullah". Ucap mereka berbarengan dan membenarkan posisi semula.

"Ma-maaf saya jalan ga lihat-lihat". Ucapku gugup pada pria yang barusan menopang tubuhku.

"Ehh..emmm.. Ga pa-pa lain kali berhati-hatilah". Ucapku dengan nada sudah tak lagi dingin, entah mengapa saat ini rasa kesal di dalam dirinya mulai menghilang.

Sakha menemui pemilik kost-an itu dan menitipkan Nafisah disana. Setelah itu Sakha kembali menghampiri mobilya hendak pergi ke tempat tujuannya.

"Tu-tunggu". Ucap Nafisah menghentikan Sakha.

"Ada apa lagi". Ucapku kembali dingin pada Nafisah.

"A-aku belum tau namamu". Ucapku gugup saat pria itu menghapirinya.

"Aku Sakha". Ucapku singkat dan kemudian melajukan mobinya meninggalkan kost-an yang di tempati Nafisah.

****

Sepanjang perjalanan entah mengapa Sakha selalu terbayang wajah Nafisah yang begitu meneduhkan.

"Astaghfirullah... Kenapa sih aku ini kenapa juga aku membayangkan wanita yang sudah menyusahkanku hari ini. Arghhh....". Ucapku seraya mengacak rambutku kasar, hari ini ia hampir terlambat ke kampusnya karna Nafisah.

****

Untuk para pembaca cerita ini diharapkan baca dulu "Kisah Cinta Wanita Bercadar". Karna ini kelanjutan dari cerita tersebut.

Vote and coment adalah penyemangat author dari kalian semua...😊

Thanks... See You Next Time...👋

TULUSNYA CINTA SAKHA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang