Part 8

9.5K 425 7
                                    

Sudah hampir satu minggu Nafisah dirawat di RS. Perhatian yang diberikan oleh Rasya dan Handaya begitu nyaman bagi Nafisah. Betapa beruntungnya ia jika saat kondisinya seperti ini orangtua kandungnya pun memberi perhatian yang sama seperti Rasya dan Handaya padanya. Namun, semua itu hanya hayalan Nafisah, faktanya kedua orangtua Nafisah tidak pernah mencarinya lagi setelah kejadian sebulan yang lalu.

Tapi.. Ada satu yang tak luput dari perhatian Nafisah, ya... Siapa lagi kalau bukan Sakha. Selama seminggu terakhir ini Sakha bersikap begitu lembut pada Nafisah. Bahkan saat Nafisah hendak mengambil minum Sakha tidak mengizinkan Nafisah untuk bergerak sedikitpun, Sakha selalu meminta Nafisah untuk beristirahat dan apapun yang ia minta harus dengan izin Sakha. Dan mau bagaimana lagi Nafisah selalu saja menurutinya.

"Umi... Abi... Nafisah mau pulang". Rengek Nafisah merasa sudah tak nyaman lagi berada di Rumah Sakit ini.

"Ga... Naf.. Kamu harus istirahat dulu. Ingat apa kata Dokter, kamu boleh pulang 2-3 hari lagi". Ucap Sakha dengan cepat.

"Iya Naf.. Sakha benar kamu harus istirahat 2-3 hari lagi ya... Supaya kamu sehat benar". Kata Rasya lembut seraya mengelus lembut pucuk kepala Nafisah yang tertutup jilbab.

Tok...tok...

"Permisi... Nona Nafisah sudah waktunya makan siang". Ucap Suster yang masuk ke ruangan Nafisah dengan lembut dan sopan.

"Iya sus.. Terimakasih, biar saya yang menyuapinya". Kata Sakha langsung mengambil beberapa makanan dari troli yang dibawa suster tersebut.

Setelah suster itu berlalu meninggalkan ruangan Nafisah. Sakha mendekati Nafisah dengan membawa makanan yang di berikan suster tadi, dan benar saja yang Sakha ucapkan tadi bahwa ia yang akan menyuapi Nafisah.

"Ayo makan. Aaaa....". Ucap Sakha dan menyodorkan satu sendok ke arah Nafisah. Rasya dan Handaya yang melihat perlakuan Sakha terhadap Nafisah menilai bahwa mereka memang cocok untuk dipersatukan.

"Aku ga laper Sakha...". Elak Nafisah dan memalingkan wajahnya kasar menjauhi sendok yang di arahkan Sakha padanya.

"Nafisah.... Ayo makan". Kata Sakha berusaha menyodorkan sendok ke arah Nafisah.

"Ga mau.... Umi... Aku ga mau makan". Ucap Nafisah manja kepada Rasya.

"Makan... Nak... Katanya mau cepet pulang.. Nafisah harus makan ya..". Kata Rasya lembut dan mendekati Nafisah.

"Tuhh.. Denger.. Ayo makan". Kata Sakha kemudian menyodorkan kembali satu sendok makanan ke arah Nafisah, dan Nafisahpun memakannya.

"Nah... Gitu dong... Itu baru Nafisahku". Yasalam... Keceplosan lagi.. Nih mulut ga ada remnya apa. Sakha membatin setelah ia telah salah bicara dengan kalimat terakhir, dan Sakha pun mulai salah tingkah karna Nafisah menatapnya dengan tatapan inteogasinya.

"Apa?". Tanya Nafisah memastikan.

"Aduhh... Sakha katakan aja kalo kamu emang sukakan sama Nafisah". Goda Handaya membuat Sakha menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Nak... Umi mau bicara sama kalian dengan serius". Ucap Rasya kemudian membuat pandangan Sakha dan Nafisah mengarah padanya.

"Apa Mi". Kata Sakha dan Nafisah berbarengan.

"Umi lihat sikap kalian berdua begitu lekat dan umi rasa kalian berdua sama-sama nyaman dengan kedekatan itu, dan....". Ucap Rasya menggantung beberapa saat.

"Dan... Umi dan Abi ingin kalau kalian dipersatukan dalam hubungan yang halal". Ucap Rasya.

Uhuk..uhuk...

"Duhh... Batuk aja barengan". Kata Handaya kembali menggoda mereka.

"Maksud Umi... Kita.... Menikah". Ucap Sakha sedikit gugup, walaupun memang sebenarnya ia pun memiliki rasa nyaman bila Nafisah selalu disampingnya.

TULUSNYA CINTA SAKHA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang