Part 24

7.7K 311 2
                                    

Aku mencintaimu karena DIA.
Dan karena DIA aku bisa bersamamu hingga saat ini.

~Nafisah Cantika Rahmadani~

                                        ^^^

Hari ini Sakha telah memutuskan bahwa dirinya akan mengundurkan diri sebagai seorang pilot. Awalnya Nafisah memberinya sebuah masukan agar dia tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang pilot. Namun, Sakha berfikir keras akan hal itu, ia benar-benar tidak ingin meninggalkan Nafisah terlalu lama karna tugasnya sebagai seorang pilot.

Hari ini juga Sakha mengirimkan surat pengunduran dirinya ke kantor pusat penerbangan. Dan bertepatan dengan hari ini juga Sakha dan Handaya ada sebuah pertemuan besar antara keluarga dari beberapa CEO yang masih berhubungan dengan kantor milik keluarga Sakha. Sakha sengaja mengajak Nafisah karena ia tahu bahwa seluruh CEO mengadakan pertemuan besar dan sudah pasti mengajak pasangannya masing-masing termasuk Handaya sendiri yang mengajak Rasya ikut serta juga.

"Sayang, 20 menit lagi kita berangkat ke hotel tempat pertemuan ya". Sakha melirik jam di tangannya yang menunjukan waktu pukul 20:00 wib. Keduanya baru bersiap setelah melaksanakan sholat isya.

"Aku sudah siap mas". Sakha yang masih merapihkan kemejanya menoleh ke arah Nafisah. Nafisah begitu cantik dengan baju gamis berwarna hitam disertai dengan hijab berwarna mocca dan riasan wajah yang tidak berlebihan memberinya kesan begitu natural. Sakha begitu ternganga melihat penampilan Nafisah hingga dia tidak dapat memalingkan wajahnya dari Nafisah.

"Ka-Kamu... Cantik....". Ucapnya gugup dengan mata yang masih melihat Nafisah dari kepala hingga ujung kakinya, sedangkan Nafisah mulai merasakan panas dikedua pipinya. Sakha mendekati Nafisah dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Nafisah.

"Kita... Kita.. Berangkat yuk mas, sudah malam". Nafisah sedikit gugup dan melepaskan tangan Sakha dari pinggangnya dan menyadarkan Sakha bahwa sekarang mereka hampir terlambat.

Sakha menyadari ucapan Nafisah dan membetulkan kembali jasnya. Nafisah pun membantu Sakha merapihkan kemeja dan jas yang dipakainya.

"Ayo, kita berangkat". Sakha menggenggam tangan Nafisah dan berlalu menuju mobilnya.

Dalam perjalanan keduanya dalam fikiran masing-masing, dan tak ada yang membuka suara, hingga suara telepon dari handphone Nafisah yang memecahkan keheningan.

Drtt... Drtt...

"Siapa sayang?". Sakha mengalihkan pandangannya sebentar kemudian kembali fokus pada jalanan di hadapannya.

"Umi". Nafisah melihat tulisan yang tertera di hpnya dan kemudian mengangkat sambungannya.

"Assalamu'alaikum Umi".

"...."

"Iya Umi, Aku dan Sakha dalam perjalanan".

"....".

"Iya Umi, Wa'alaikumussalam".

Sepertinya Sakha tahu apa yang Nafisah dan Uminya bicarakan.

"Umi sudah sampai?". Ucapnya masih fokus mengendarai mobilnya.

"Iya, katanya disana sudah mulai ramai". Jelas Nafisah.

"Mas...".

"Iya..".

"Aku sangat gugup". Nafisah meremas tangannya sendiri menahan kegugupan setelah Rasya bilang disana sudah ramai. Sakha melihat tangan Nafisah yang gemetar perlahan memberhentikan mobilnya disisi jalan. Ia melirik Nafisah dan menggenggam tangan Nafisah.

"Jangan gugup, aku selalu di sampingmu". Mendengar penuturan Sakha, Nafisah tersenyum dan hatinya merasa sedikit lebih baik. Setalah melihat Nafisah yang mulai membaik, Sakha melajukan kembali mobilnya.

TULUSNYA CINTA SAKHA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang