Rasya terus memikirkan Sakha dari semalam. Ia takut bila Sandra akan terus menggoda Sakha seperti dulu sebelum kami pindah di Jakarta.
"Umi... Umi kenapa?". Tanya Nafisah pada Rasya yang sedari tadi melamun sehingga masakan yang di masaknya hampir saja hangus.
"Ehh.. Ya Allah. Maaf ya Naf... Aduh.. Masakannya hampir gosong deh". Kata Rasya sedikit terkejut dan langsung mematikan kompor.
"Umi kalau ada masalah cerita saja sama Nasfisah, insyaAllah Nasifah bisa menjadi pendengar yang baik". Ucap Nafisah sedikit khawatir karna melihat wajah Rasya yang terlihat cemas sedari menjalankan sholat subuh berjama'ah dengannya.
"Umi ga apa apa ko Naf... Kalau emang Umi ada apa apa Umi pasti cerita sama kamu". Ucap Rasya berusaha untuk terlihat tenang dengan senyumannya meski tertutup cadar.
"Nah.. Sekarang tolong taruh sarapannya di meja makan ya Naf. Nanti Abi sama Sakha keburu turun". Ucap Rasya seraya memberikan beberapa piring berisi makanan untuk di sajikan di meja makan.
"Iya Umi". Kata Nafisah meng-iyakan.
Sakha dan Handaya menuju ke ruang makan bersamaan...
"Wah... Ini semua pasti masakan Umi. Kelihatannya sangat enak dan baunya harum". Ucap Sakha saat Rasya mengahampirinya.
"Kali ini bukan Umi yang masak, tapi Nafisah yang masak". Ucap Rasya dan mengelus pundak Nafisah yang berada di sebelahnya.
"Oh...". Kata Sakha singkat dan langsung mengambil tempat duduknya.
"Ko kamu ga memuji Nafisah sih Sakha". Kata Rasya yang keheranan dengan jawaban Sakha yang singkat.
"Aku bakalan memuji setelah aku cobain makanannya Umi". Kata Sakha dengan nada datar khasnya.
"Ya sudah kamu cobain ya. Umi yakin masakan Nafisah lebih lezat di banding masakan Umi". Ucap Rasya di iringi dengan senyuman.
Sakha dan Handaya pun mengambil beberapa makanan yang di sajikan.
Enak banget masakan Nafisah... Aku ga nyangka dia bukan cuma shalihah tapi juga jago masak. Batin Sakha memuji makanan yang di buat oleh Nafisah pagi ini.
"Jadi gimana nih masakan Nafisah". Ucap Rasya ketika Sakha sudah memakan masakan yang di buat Nafisah.
"Enak banget... Kamu jago masak juga ya Naf". Kata Handaya yang menjawabnya lebih dulu sedangkan Sakha masih diam dan terus makan masakan Nafisah.
"Kamu Sakha. Bagaimana rasanya?". Ucap Rasya kembali menanyakannya pada Sakha.
"Emm... Ya lumayanlah sama seperti masakan Umi". Ucap Sakha sedikit canggung, dia berbohong sebenarnya dalam hatinya berkata bahwa masakan Nafisah melebihi masakan Uminya. Namun, karna egonya terlalu tinggi jadi begitulah.
"Lohh lumayan nih yakin". Ucap Rasya meyakinkan.
"Iya Umiku". Kata Sakha membuat Rasya menggeleng pelan.
Tak apa bila kata lumayan yang kau berikan. Setidaknya aku merasa bahagia karna kau mau makan masakanku. Batin Nafisah.
"Emm... Umi aku boleh ga keluar sebentar. Aku mau ke taman dekat sini aku bosen Mi di rumah terus". Ucap Nafisah kemudian setelah beberapa saat yang lalu mereka berempat menyelesaikan sarapan paginya.
"Ehh.. Iya ga apa apa jaga diri kamu ya walaupun jarak taman sama rumah kita ga terlalu jauh, seenggaknya kamu bisa jaga diri ya nak". Kata Rasya lembut dan tersenyum di balik cadarnya.
"Iya Umi". Ucap Nafisah meng-iyakan.
Di taman perumahan.....
Nafisah sedang duduk di hamparan luas taman yang hijau dan sejuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUSNYA CINTA SAKHA (TELAH TERBIT)
Teen Fiction{✔} Rank : #1 Calonimam #8 Islami #11 Keluarga #2 Rohani #2 Ketulusan #1 Kekasih halal #3 Kehidupan #4 Kisah cinta # 1 Religi #22 Fiksi #33 Remaja Seorang Pria tampan bernama Sakha Abhiyu Nugraha. Lahir di keluarga yang menjunjung tinggi nilai agama...