Part 16

8.4K 354 7
                                    

Sakha mengantarkan kembali Nafisah ke tempat duduknya setelah Sakha menyelesaikan nyanyiannya. Nafisah masih tertunduk malu melihat tingkag Sakha kepada dirinya saat di atas panggung.

"Duh duh... Menantunya Umi pipinya sampe merah gitu". Goda Rasya saat Nafisah sudah duduk di sebelahnya.

"Umi juga gitu saat Abi deketin Umi, Umi tersipu malu". Handaya justru menggoda Rasya dengan alisnya yang terangkat, Rasya menatap Handaya kesal sementara Handaya dan Nafisah justru tertawa melihat tingkahnya.

"Umi, Abi, Nafisah ke toilet sebentar ya". Nafisah bangkit dari posisi duduknya dan melangkah menuju toilet wanita yang letaknya tak jauh dari acara.

Nafisah membasuh wajahnya lembut. Entah kenapa kini kepalanya terasa pusing, ia menatap dirinya di cermin nampak wajahnya yang mulai memucat dan cairan merah mengalir dari hidungnya. Pandangan Nafisah perlahan mulai kabur, ia berusaha menahan rasa pusing yang begitu hebat sehingga membuat dirinya terduduk lemas di teras toilet.

"Mba... Mba... Kenapa". Seorang wanita menghampiri Nafisah dan mengguncangkan tubuh Nafisah pelan. Namun, Nafisah tak dapat melihat dengan jelas wanita itu, Nafisah sudah tak dapat menahan sakitnya lagi dan terbujur kaku di lantai toilet.

"Bi,ko Nafisah lama banget ya di kamar mandi. Umi cek Nafisah dulu ya Bi". Rasya berdiri dan melangkah menuju toilet untuk menjemput Nafisah yang tak kunjung keluar dari toilet.

Seorang wanita memakai pakaian khas wisudawati datang menghampiri Rasya yang mengarah tak jauh darinya.

"Tante.. Tolong saya didalam ada wanita yang pingsan". Ucap wanita itu dengan wajah khawatir. Rasya yang mendengar ucapan wanita itu langsung melangkah cepat mengikuti petunjuk wanita itu.

Rasya melihat Nafisah yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai toilet. Rasya mengguncangkan tubuh Nafisah berharap Nafisah akan sadar, namun hal tersebut tak berhasil akhirnya Rasya memutuskan untuk menelpon Handaya dan Sakha. Dengan cepat Rasya meraih ponselnya dan mencari nama Sakha. Sakha mengangkat telponnya tak lama.

"Assalamualaikum..Sakha cepat ke toilet sekarang. Nafisah pingsan. Dan cepat kabari Abi juga". Ucap Rasya dengan nada khawatir.

"Astaghfirullahaladzim.. Iya umi Sakha kesana sekarang Umi jaga Nafisah". Sakha tak kalah khawatir setelah mendengar ucapan Rasya. Sakha berlari menghampiri Handaya dan merekapun langsung menuju toilet yang dikatakan Rasya di telpon tadi.

"Nafisah... Bangun Naf". Sakha langsung membopong tubuh Nafisah dan membawanya ke mobilnya. Bahkan acara wisudanya pun kini tak ia pedulikan, piala yang dibawanya pun pia taruh di mobilnya begitu saja. Sakha membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, rasa khawatir menyelimuti pikirannya saat ini Nafisah belum juga sadar dan yang semakin membuat Sakha khawatir adalah ada bercak darah di hidung Nafisah.

Sesampainya dirumah sakit, Sakha langsung membopong tubuh Nafisah dan meminta suster untuk memanggil dokter secepatnya. Tak lama dokter pun langsung masuk keruangan rawat Nafisah dan memeriksanya.

10 menit

20 menit

30 menit

Dokter baru saja keluar dari ruangan dan Sakha langsung menghampirinya untuk menanyakan kondisi Nafisah.

"Dok, bagaimana kondisi Nafisah". Ucap Sakha khawatir.

"Nafisah kelelahan sehingga kadar trombositnya menurun dia harus banyak beristirahat total selama masa terapi leukimianya". Dokter Irwan menjelaskan kondisi Nafisah pada Sakha.

"Jadi dok, apakah dia bisa sembuh secara total?". Sakha kembali bertanya pada Dokter Irwan.

"Untuk kesembuhan secara total dibutuhkan masa terapi yang sangat panjang. Bahkan hampir 5 tahun untuk pasien Leukimia, tapi beruntungnya Nafisah sudah terdonor dan kini kesembuhannya mungkin tak akan lama. Tetapi tetap saja Nafisah harus menjalankan terapi secara rutin". Jelas Dokter Irwan kembali.

TULUSNYA CINTA SAKHA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang