Part 26

7.7K 322 5
                                    

Rasa cinta ini perlahan sirna dalam hati.
Dan kini hanya ada kata benci dalam diri ini.
Akankah aku menemukan kekasih hatiku kembali?
Atau aku akan terus merasakan sakit di dalam hati ini.
Aku akan terus berjuang, meski aku harus menyakiti hati yang lain.

~Sandra Gemilang~

ΔΔΔ

Sakha kini berada di balkon kamar hotelnya bersama dengan Nafisah menikmati suasana sore di jakarta.

Sakha mendapatkan telepon dari kantornya. Ia pun segera mengangkat sambungan telepon itu, disana tertera nama Daniel.

"Selamat sore pak". Sautan dari seberang sana.

"Sore". Singkatnya.

"Pak, saya hanya ingin menyampaikan informasi mengenai pegawai baru kita yang kemarin". Sakha mengernyitkan dahinya mencerna ucapan Daniel barusan.

"Sandra? Ada apa?". Tanya Sakha penasaran. Sementara Nafisah yang duduk di samping Sakha tak sengaja mendengar ucapan Sakha tadi, dan mulai penasaran.

"Begini pak, baru saja dia mengundurkan diri. Dan alasannya saya juga tidak tahu pasti". Sakha sedikit terkejut mengetahui Sandra mengundurkan diri dari kantornya. Sakha mulai berfikir mungkin ini karna Abinya yang saat ini menggantikannya di kantor. Dan Sakha pun belum memberitahu Handaya bahwa Sandra telah menjadi pegawai di kantornya.

"Bisa saya bicara dengan Ayah saya disana?". Sakha langsung meminta Daniel agar menyambungkan telponnya dengan Handaya.

"Baik pak". Sakha menunggu beberapa Saat, hingga telponpun tersambung pada Handaya.

"Abi, apa Abi yang memecat Sandra?". Tanya Sakha, ia masih belum sadar kalau saat ini istrinya memperhatikannya dengan lekat. Entah mengapa Nafisah merasakan sebuah sayatan kecil di hatinya, Sakha seperti tak ingin bila Sandra pergi dari kantornya.

"Harusnya kamu memilih pegawai yang berpengalaman Sakha. Dan apa kamu tahu kalau selama ini hubungan Umi-mu dan keluarga Sandra sedang memburuk, dan seharusnya kamu tahu perasaan istrimu Sakha. Sandra itu sahabatnya dan Sandra juga masa lalumu yang kelam. Ingat Sakha, Abi melakukan ini untuk kebaikanmu dan Nafisah". Sakha hanya terdiam mendengar ucapan Handaya. Tanpa menunggu putranya menjawab, Handaya memutuskan sambungan telponnya.

"Mas...". Nafisah menyadarkan lamunan Sakha yang sedari tadi menatap layar teleponnya.

Sakha menghela napasnya panjang, ia menatap Nafisah sendu. Entah apa yang kini ia rasakan.

"Kita masuk, ini sudah mau maghrib". Nafisah merasakan perbedaan sikap Sakha yang kini berucap datar padanya. Nafisah hanya mengangguk dan masuk ke dalam mengikuti Sakha.

Akan lebih baik, jika aku diam dulu untuk saat ini. Batin Nafisah.

^^^

Setelah melaksanakan sholat isya. Sakha masih tetap diam begitupun Nafisah, ia tak berani membuka suara setelah melihat raut wajah Sakha yang begitu dingin. Nafisah merasakan kesedihan dihatinya, ia mulai memejamkan matanya. Biasanya Sakha akan merengkuh tubuhnya dalam pelukannya, namun kini Sakha tertidur dengan sendirinya tanpa ucapan atau kecupan manis yang biasa mendarat di kening Nafisah.

"Mas... Aku tidak ingin kamu seperti ini... Katakanlah jika masalahmu terlalu berat bagimu, aku siap menjadi penopang untukmu". Ujar Nafisah pelan berharap dia tak mengganggu Sakha yang sudah terlelap tidur.

Maafkan aku Nafisah... Batin Sakha. Tanpa di sadari Nafisah, ternyata Sakha mendengar ucapannya.

^^^^

TULUSNYA CINTA SAKHA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang