Pokoknya kamu itu milik aku dan aku itu milik kamu titik nggak pake koma.
-Lita
***
Jeffrey mendengus kesal melihat apartemen miliknya seperti kapal pecah akibat kedua sahabatnya siapa lagi kalau bukan Afgar dan Dangke yang berlarian seperti perempuan saja.
"Jangan sentuh gue. Najis ih."
"Anjir."
"Woy njing bagi woy pelit amat dah."
"Kagak mao kagak mao nggak rela lahir batin gue." Dangke menggeram kesal akibat kelakuan Afgar yang tak ingin membagi makanan miliknya.
"Diam njing." Jeffrey mengangkat suara kesal melihat kelakuan Afgar dan dangke.
"Bersihin apartemen gue cepetan yang udah lo berantakin sebelum lo berdua gue lempar keluar." Jeffrey sudah trauma melihat apartemennya kotor.
Pernah waktu itu Jeffrey membiarkan saja apartemen miliknya kotor toh akan ada cleaning service yang akan membersihkannya. Tapi sialnya Jeffrey ia tidak menduga bahwa Lalita akan datang berkunjung ke apartemennya dan membakar semua barang yang Jeffrey berantakan karena gadis itu sangat membenci sesuatu yang berantakan. Dan disitulah Jeffrey trauma ia akan cepat mengamankan barang yang ia berantakan sebelum gadis itu datang.
"Iye Je. selow dah." Dangke menyahut santai saat ia sudah duduk disamping Jeffrey yang sedang nonton film action.
"Gue baru ingat." Afgar menyahut sambil menjektikan jarinya.
"Ingat apaan lo?." Dangke menatap heran kearah Afgar begitupun Jeffrey yang tetap memasang wajah datarnya.
"Sekolah kita bakal ngadain pensi."
"Terus? Pentingnya apaan?." Sahut Dangke santai yang mana mendapat jitakan cantik dari Afgar.
"Ogeb. Ini seru njir pasti ada drama gitu dan adegan kisingnya."
Tuk
"Tobat woy neraka panas kagak dingin, lo nggak punya orang dalem."
"Anjing sakit woy." Afgar mengusap kepalanya pelan bekas jitakan dari Dangke.
"Eh Je. Pasti banyak yang bakal ngusulin kalau Lalita yang jadi Cinderella." Jeffrey menatap Afgar tajam.
"Etdah. Beneran woy lo bisa bayangin nggak Lalita yang bakal di cium. Menang banyak dah tuk cowoknya." Seru Afgar sambil membayangkan wajah cantik Lalita.
Tuk tak
"Asu sakit. Gila ya lo berdua."
•••
"Itu apaan ya Lalita yang di mading?" Tanya Tessa saat tadi melihat Lalita seperti menempel sesuatu di mading sekolah.
"Itu pemberitahuan Tessa untuk pensi minggu depan."
"Ada drama dong kalau gitu."
Lalita mengangguk sambil merapihkan buku miliknya yang berantakan di atas mejanya.
"Temanya apa?."
"Cinderella, Tessa."
"Wuih. Udah dapat pemerannya belom?."
Lalita menggeleng tanda belum mendapat pemeran untuk drama Cinderella.
"Gimana kalau Cinderella nya elo aja Lit? Kalau pangerannya sih biar si ketos aja." Usul Tessa kepada Lalita yang terdiam sepertinya sedang memikirkan ucapan Tessa.
"Iya. Lo aja kali Lalita yang jadi Cinderella nya."
"Lalita lo aja deh kita pasti nonton."
"Setuju cocok kok. Pasti bakal banyak adik kelas yang minat nonton." Sahut teman kelas Lalita tanda menyetujui usulan Tessa.
Lalita tersenyum, ia pasti tidak di izinkan oleh Jeffrey.
"Kita cara dulu ya pemerannya nanti kalau nggak ada yang mau baru aku aja." Kata Lalita lembut. Bukan ia tak mau hanya saja jangan sampai banyak yang berminat untuk memerankan Cinderella.
Brak
Pintu kelas yang di buka kasar membuat semua penghuni kelas mengelus dada kaget akibat kelakuan Jeffrey. Mau marah? Punya nyawa berapa mereka melawan seorang Jeffrey.
Jeffrey berjalan santai diikuti Afgar dan Dangke dibelakangnya menuju kearah meja Lalita berada dimana disana ada Lalita yang duduk dan Tessa yang tertidur nyenyak sepertinya. Afgar menatap Tessa jahil berniat ingin mengagetkan Tessa yang sedang tidur.
Brak
"Pak Dadang botak, Afgar buaya darat eh. Anjritt jantung gue!." Tessa menatap lelaki yang mengagetkan nya dengan tajam sedangkan Afgar sudah asik tertawa dan diikuti Dangke dan penghuni kelas lainnya. Sedangkan Lalita hanya meringis pelan melihat kelakuan Afgar yang memukul meja sehingga Tessa terjengkit kaget dari tidurnya.
"Afgar anjing sini lo." Tanpa basa-basi Afgar berlari keluar menghindari serangan Tessa kepadanya.
"Ada apa Jeje?." Tanya Lalita dengan suara lembut miliknya, menatap Jeffrey yang setia berdiri di hadapannya.
"Kantin. Udah jam istrahat nanti kamu sakit." Jeffrey menarik tangan Lalita lembut untuk mengikuti langkahnya kekantin diikuti Dangke dibelakangnya.
"Jeffrey sos wet banget."
"Uh. Aku padamu babang."
"Yangk kamu gitu juga dong kayak Jeffrey romantis-in aku."
"Najong lo mau sono sama pak Dadang noh." Sahut Erdi sang ketua kelas XI Sains. Erdi berlari keluar diikuti oleh Epik si cewe berbadan tambung. Sedangkan seisi kelas sudah menyemburkan tawanya melihat kelakuan si Epik dan ketua kelas mereka.
"Ih Erdiku kok tega banget sama baby nya."
"Babi kali maksud lo." Erdi menjawab ngeri, terus berlari menghindar dari Epik yang masih mengejar nya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JEFFLA [END]
Teen FictionBagi seorang Jeffrey Deneo Alexanel tidak ada yang paling penting selain membuat seorang Lalita Anameli Sanders bahagia, Jeffrey tidak akan berpikir dua kali jika ada yang menyakiti Lalita. Tapi mengapa justru dirinya yang menjadi alasan Lalita men...