08

6.8K 578 2
                                    


***

"Jeje." Suara lembut seseorang menyapu indra pendengaran Jeffrey dan kedua sahabatnya.

"Eh Lalita comel. ayo duduk." Dangke menyapa sok manis kepada Lalita ketika gadis itu berdiri disamping nya.

Lalita mendudukkan dirinya disamping Dangke yang mana membuat Afgar kesal karena melihat Dangke tersenyum kemenangan kearahnya. Awas aja lo bangke.

"Makasih Kak Dangke." Kata Lalita sambil tersenyum manis kepada Dangke.

"Kok datang sendiri? Si Tessa mana?"

"Tessa tadi ke wc kak Dangke."

Dangke mengangguk saja mendengar balasan Lalita, ia fokus memakan mie ayam di hadapannya.

Lalita memusatkan pandangannya kepada Lelaki yang sedari tadi diam yang duduk di hadapannya. "Jeje, Lita terpilih nih yang akan memerankan Cinderalla." Lapor Lalita menatap Jeffrey menunggu respon dari Lelaki datar itu.

"Lalu?" Jeffrey mengangkat satu alisnya lalu menatap gadis cantik yang duduk dihadapannya itu.

"Jeje bisa ngijinin Lita nggak?"

"Tentu neng Lalita pasti diizinin lah pasti." Sambar Afgar tanpa melihat Jeffrey yang menatapnya tajam.

Dangke menyenggol lengan Afgar yang mana membuat Afgar meringis lalu mengangkat dua tangannya bermaksud damai.

"Nggak. Aku nggak ijinin." Jeffrey berujar datar membuat Lalita memanyunkan bibirnya kesal.

"Anjir Lalita ih imut banget."

"Aduh mukanya gemes."

"Boleh bawa pulang ngak?."

"Bidadari abang."

Lalita langsung menormalkan ekspresi wajahnya kembali ketika banyak pasang mata memperhatikannya.

"Jeje please. Lita janji kok nggak ada adegan ciumannya."

"Nggak boleh. Pokoknya aku nggak bakal ngijinin kamu." Tegas Jeffrey.

"Jeje kenapa sih ih, Lita kan cuma pengen meranin peran Cinderella doang kok, itu nggak bakalan bahaya juga." Lalita mendengus kesal. Lelaki di hadapannya ini sangat sangat terlihat menyebalkan saat ini dimatanya.

"Udahlah Je, izinin aja kali." Sahut Dangke diangguki setuju oleh Afgar dan Lalita dengan cepat.

"Nggak. Aku nggak bakal izinin kamu meranin drama itu kalau bukan aku yang jadi pangerannya, pokoknya nggak boleh cowok lain." Putus Jeffrey.

Lalita dan kedua sahabat Jeffrey melongo mendengar ucapan Lelaki itu.

"Bilang aja kali kalau nggak mau Lita nya di sentuh cowok lain." Sindir Afgar.

Afgar dan Dangke mendengus kesal mendengar keputusan Jeffrey. Nggak ada deh kesempatan romantisan bareng cewek mungil di samping mereka ini. Jeffrey terjahatz.

"Ih dasar. Kalo gitu Lita ke ruang osis dulu. Dasar Jeje jelek."

Lalita kemudian berlalu meninggalkan ketiga Lelaki itu.

"Dasar lo, kan sedih Lita nya."

Jeffrey menggeleng pelan melihat kedua sahabatnya, ia menatap kepergian Lalita yang berjalan beriringan dengan anak anggota osis lainnya.

•••

Lalita bersama anggota osis lainnya sedang melakukan rapat di ruang osis. Lalita dengan serius mendengar kan arahan dari ketua osis di hadapannya.

"Jadi untuk mensukses kan kegiatan kita ini kita harus saling membantu dan ingat nggak boleh ada yang malas-malasan kalo ada yang malas-malasan gue bakal kasi hukuman yang guys. Kita disini harus kerja sama. Udah itu aja yang gue mau sampaikan, sekian rapat nya gue tutup."

Semua anggota osis menarik napas begitu pun Lalita.

"Eh Lita, ayo ke kantin."

Lalita mendengar ajakan dari gadis cantik di hadapannya -Laura Molly. Laura adalah bendahara osis, ia juga dekat dengan Lalita tetapi tidak sedekat Tessa.

"Laura duluan aja, nanti Lita nyusul. Lita masih mau ngurusin sesuatu nih."

Laura menatap Lalita yang masih mencatat, gadis itu mengangguk.

"Yaudah gue duluan ya Lit, cepat nyusul."

Lalita mengangkat jempol nya bertanda oke.

Saat ini di ruangan osis hanya tinggal beberapa orang saja termasuk sang ketua osis juga masih terlihat sibuk berbincang dengan panitia lainnya.

Lalita cemberut melanjutkan kegiatan nya yang tertunda.

Semua kegiatan Lalita tidak lepas dari pandangan seseorang yang juga masih berada satu ruangan dengannya.

***

JEFFLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang