***
Brukk
"Ohh shit!."
Grey terjatuh, dengan cara yang tidak etis. Disambar oleh beberapa pria dewasa yang sepertinya ketinggalan pesawat. Membuat Jeffrey dan Alex rasanya ingin membunuh Grey menggunakan RX-517. Bisa-bisanya Pria itu tidak berhati-hati.
"Cepat Grey!! 1 minutes again." Seru suara di balik sana, suara Alex yang menyadarkannya bahwa ia terlalu lemah, masih dengan mengusap lututnya yang perih Grey berlari kembali.
Grey berada di barisan ke-5 untuk mengantri di tempat scan. Sedangkan Jeffrey mengawasinya dari seberang sana, pura-pura melihat barang pernak-pernak di seberang. Namun ekor matanya menatap Grey tajam.
"Lari pelan mendekat ke arah Client, jatuhkan paketnya di kolong kursi dan berikan ia kode. Kemudian cepat lari dari tempat ini. Gue akan segera menuju mobil." Kata Jeffrey cepat lewat earphone sambil menjauh pelan-pelan, bahkan Jeffrey menggunakan bahasa formal. Hingga saat ia melihat Client mengambil paket, ia kemudian lari dengan sangat cepat melewati tangga darurat, yang disusul Grey. Yang pasti tidak membuat banyak orang menaruh curiga kepada mereka yang sedang berlari.
"Berhasil." Guman Alex.
•••
E Caffe, 02.50 PM
"Ahh sial kaki gue sakit banget. Kagak patah kan?" Ringis Grey sambil menggoyangkan kaki nya pelan.
"Gue nggak bisa bayangin cara lo tadi jatuh men. Nyungsep." Alex membekap mulutnya agar tak tertawa tapi karna melihat muka masang Grey ia sudah tak sanggup dan langsung menyemburkan tawa menggelegarnya.
"Parah lo bang sama sodara lo sendiri ini!." Rutuk Grey kesal.
"Woi ngapa lo diam diam bae?" Tegur Grey pada Jeffrey yang sedari tadi hanya diam mendengar perdebatan mereka, Pria itu sibuk sendiri dengan handphone nya.
"Nggak ada. Gue cuma rindu aja sama Cewe gue." Ujar Jeffrey datar tetapi mendapat tanggapan oleh Alex dan Grey dengar memutar kedua bola mata nya.
"Etdah lebay. Cewe lo aja belum tentu rindu keless."
Pletak
"Sakit bego!." Ujar Grey kesal kepada sodara nya itu siapa lagi kalau bukan Alex fernama.
"Diam kagak lo." Sahut Alex.
Jeffrey terdiam. Ia akan pulang besok dan akan bertemu Lalitanya. Sedang apa gadis itu saat ini?
"Gue cabut dulu." Pamit Jeffrey tiba tiba berdiri dari tempat duduk nya.
"Yoi tiati." Ujar Grey dan Alex yang di balas acungan jempol dari Jeffrey yang sudah berdiri di depan mobilnya.
•••
Lalita melamun dibalkon kamarnya sambil memandang foto Jeffrey di ponsel miliknya. Ia merindukan pria dingin dan datarnya itu.
Dret
Dret
Alis Lalita menyerngit heran memandang nomor yang tidak dikenal nya sedang menghubunginya tanpa menunggu lama Lalita langsung menggeser ke tombol hijau.
"Halo?" Sapa Lalita Pelan.
"........."
Tangan Lalita langsung gemetar mematikan sambungan telfon itu.
"Nggak itu bukan dia." Tekan Lalita dalam hati nya sambil menggelengkan kepala nya berulang kali. Lalita mencengkram pagar balkon nya dengan kuat.
•••
Jeffrey terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang membuat matanya silau. Ia terduduk lalu menoleh kearah jam yang menunjukkan pukul 7 pagi.
Jeffrey menggapai ponsel miliknya lalu menghubungi Grey untuk memesankan ia tiket untuk pulang ke indonesia.
"Pesanin gue tiket ke indonesia penerbangan pagi." Ujar Jeffrey to the point setelah panggilan tersambung.
"Sudah ada tiketnya, sudah gue pesanin dan sudah ada ditangan Bibi Yen." Sahut Grey di sebrang sana.
"Oke." Ujar Jeffrey lalu memutuskan telfon sepihak.
Pintu kamar diketuk membuat Jeffrey beranjak untuk membukanya.
"Pagi Tuan Jeffrey, ini tiket milikmu. Kau baru bangun?" Ujar Bibi Yen melihat keadaan Jeffrey yang belum bersih bersih.
"Sudah, aku akan segera mandi." Ujar Jeffrey yang diangguki oleh Bibi Yen.
"Baiklah. Kami menunggu di bawah untuk sarapan." Pesan Bibi yen sebelum berlalu.
•••
"Kau sudah akan pergi?" Tanya Suami dari Bibi Yen - Liu. Ketika mereka sudah selesai sarapan, matanya melihat Jeffrey yang sudah bersiap dengan tas hitam kecilnya, hanya itu saja?
"Sudah. Terimakasih sudah menampung ku beberapa hari ini." Ujar Jeffrey tetap dengan wajah datarnya.
"Baiklah. Hati hati jangan lupa datang lah kesini kembali."
Jeffrey menggangguk setelah itu lalu berlalu dari hadapan paman dan bibi nya, setelah berpamit diri.
•••
"Halo Gar." Jeffrey menjauhkan sedikit ponsel nya dari telinganya mendengar suara berisik di dalam telfon.
"Berisik sekali." Gerutu Jeffrey.
"Halo Je? Sorry bising gue sekarang lagi nonton Dangke balapan." Sahut Afgar setelah lama terdiam.
"Jemput gue di bandara sebentar pagi."
"Tentu saja. Gue bakal menjemput dan mengajak Lalita juga tentunya." Beritahu Afgar dengan suara nya yanh terdengar senang di seberang sana.
"Oke." Lalu memutuskan telfon sepihak.
"Ck kebiasaan." Gerutu Afgar, setelah melihat panggilan sudah di matikan secara sepihak padahal ia ingin memberitahu Jeffrey bahwa Afgar melihat banyak cewek cantik di tempatnya berada sekarang ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JEFFLA [END]
Teen FictionBagi seorang Jeffrey Deneo Alexanel tidak ada yang paling penting selain membuat seorang Lalita Anameli Sanders bahagia, Jeffrey tidak akan berpikir dua kali jika ada yang menyakiti Lalita. Tapi mengapa justru dirinya yang menjadi alasan Lalita men...