12

7.2K 523 3
                                    


***

Ceklekk!

"Kak Kelvi?"

Lelaki di hadapannya mengangguk dengan semangat.

Lalita tersenyum senang lalu memeluk Pria dihadapan nya yang sedang tersenyum manis. Saat membuka pintu utama rumah ternyata sang kakak sepupu yang datang dari jerman.

"Eh- maaf Lita ngajak masuk, yuk kak masuk yuk." Lalita lalu menggandeng tangan Kelvi menuju meja makan.

"Kakak kok nggak bilang sih kalau mau datang, kan Lita sama Mommy bisa jemput ke bandara."

"Nggak usah dek. Kakak sengaja pengen buat kejutan aja." Ujar Kelvi sambil meraup muka Lalita yang sedang cemberut.

"Kelviiiiii."

Anna berteriak girang lalu memeluk keponakan tampan nya itu.

"Tante."

Kelvi langsung balas memeluk Anna menyalurkan rasa rindu nya kepada Tante yang sudah ia anggap sebagai Mama itu.

"Kamu kok nggak telfon Tante sih kalau mau datang." Ujar Anna setelah melepaskan pelukan.

"Sengaja tan, supriase aja." Cengir Kelvi lalu melirik Lita mengacak rambutnya gemes.

"Ihh kak Kelvi. Mommy kak Kelvi tuh "Adu Lalita lalu menata kembali rambutnya setelah di buat berantakan oleh tangan jahil Kelvi.

"Udah-udah. Kamu sarapan dulu atau langsung mau istrahat dulu? kamu pasti capek banget perjalanan jauh." Ujar Anna yang mendapat anggukan dari Kelvi.

"Istrahat dulu Tan, Yaudah Kelvi langsung ke kamar aja ya." Pamit Kelvi sebelum itu ia menarik pipi Lalita kencang sehingga menimbulkan bekas kemerahan pada pipi gadis itu.

Anna hanya bisa dapat menggeleng melihat kelakuan Kelvi.

"KAK KELVIIII."

•••

Jeffrey melirik jam yang melingkar indah ditangannya. Sekarang sudah siang, saat ini Jeffrey berada di apartemen miliknya sedari tadi pagi ia belum keluar untuk bertemu Lalita akibat kerjaan yang di urusinya. Anjrit lama banget!

Tok tok

Jeffrey menghembuskan nafasnya kesal lalu beranjak membuka pintu apartemen nya menyambut tamu yang sedari tadi dirinya tunggu seolah sengaja tamu itu mengulur waktu dengan nya.

"Apa kabar tuan Jeffrey yang terhormat." Sapa tamu itu dengan nada beratnya tanpa memerdulikan eksperesi Jeffrey, Pria itu menyelonong masuk meninggalkan Jeffrey yang sedari tadi memasang wajah dinginnya.

"Sekarang jelasin ke gue apa yang harus gue lakuin." Ujar Jeffrey dingin sambil menatap Pria lebih tua dari nya 5 tahun darinya.

"Santai bung. Ini pekerjaan gampang kok dari yang dulu juga udah lo lakuin buat gue."

"Terus?"

"Lo hanya perlu ngantar ini barang di markas milik bajingan itu."

"Heh gila lo bang? Lo pengen gue mati?"

Jeffrey benar-benar sudah tidak mengerti dengan jalan pikiran Pria didepan nya ini.

"Lo nggak bakal mati kalau hanya tiga pukulan di tubuh lo, kecuali lo ngizinin lebih dari itu."

"Anjing! Lo kira gue-."

"Lo butuh duit kan?"

"Nggak. Gue nggak butuh duit."

"Lalu buat apa lo ngejalanin ini kerjaan, kalau lo nggak sedang butuh duit." Ujar Pria itu heran. Gila ni anak satu!

"Nggak ada, buat bikin sibuk aja sih."

Jeffrey menyahut santai tanpa memerdulikan wajah kaget Pria dihadapannya ini.

"Ebuset nak."

"Gue serius Bang G."

Gerald berdehem pelan lalu mengangguk kan kepala mengerti.

"Ok klo gitu. Jangan sampai lo ke tangkap aja sama mereka."

"Ini bukan tugas gampang." Sahut Jeffrey dingin sedangkan Gerald hanya tersenyum miring menatap Jeffrey.

"Yang bilang gampang siapa bung? Ini nyawa taruhannya keless."

"Kapan gue bisa ngelakuin nya."

"3 hari lagi lo harus berangkat pagi-pagi banget biar lo sampai di sana nggak kesiangan. Kita bakal ketemu disana."

Jeffrey megangguk mengerti.

"Kalo gitu gue balik dulu. Lo hati-hati aja." Ujar Gerald sambil beranjak dari duduk nya disusuli oleh Jeffrey untuk mengantar Gerald kedepan.

Gerald berjalan meninggalkan apartemen Jeffrey, nggak habis pikir sama pikiran anak yang ia temui tadi, duitnya banyak tapi hobi nya ngeri banger.

***

JEFFLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang