Chapter 13

84.7K 7.8K 608
                                    

Hai, akhirnya bisa update lagi 😭😭 Untuk menebus keterlambatan, chapter ini agak panjang 3500 kata 😘

Makasih untuk vote dan komennya di chapter lalu. Mohon koreksinya jika ada typo betebaran 🙏🏻

Foto ini pas banget sama gambaran Lovely 😂 Ini cast-nya juga pake kacamata tebal dan masker hitam.

✨Happy Reading✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Happy Reading

Beberapa orang mahasiswa berbondong-bondong bangkit dari tempat duduk memotong obrolan bersama teman-temannya saat santap siang sedang berlangsung di kantin. Tujuan mereka adalah tempat di mana keributan tengah terjadi di salah satu kelas sesuai foto yang tersebar dalam grup chat masing-masing jurusan.

Sementara Yuji dan Jason kebingungan, Jayden dengan santainya tetap memakan bakso yang terhidang di meja karena tidak sempat sarapan di apartemen gara-gara ada kelas mendadak pagi ini. Seraya mengamati berbagai chat yang dikirimnya barusan pada kontak perempuan asing itu, ia tampak tidak memedulikan keriuhan di sekitarnya seperti biasa.

11.25
Kamu udah makan siang? Aku lagi di kantin. Mau bakso?

12.05
Sibuk banget ya? 😞

Beberapa pesan yang biasanya langsung dibaca perempuan itu, siang ini terabaikan padahal sudah dari dua jam lalu, disusul chat yang baru diketik dan dikirimkannya. Harusnya Jayden tidak boleh merasa risau. Ini sama sekali bukan dirinya. Ada banyak hal yang harus ia kerjakan. Dan memikirkan dia seharusnya tidak boleh ia lakukan. Apalagi secara berlebihan. Lagipula, mungkin saja dia sedang sibuk kuliah sehingga tidak bisa membalas semua pesannya.

Setelah tahu wajah jelasnya, mengapa ia jadi gila sampai ke titik ini sih? Mengesalkan!

Tapi fakta menyebalkannya, ia menunggu. Ia tidak bisa mengendalikan kepalanya untuk berhenti memikirkan. Ia berharap pesan yang dikirimnya ada tanda bahwa telah dibaca meski tidak pernah dibalas. Ia sudah terbiasa, dan berbicara sendiri menertawakan geli isian chatnya menjadi satu hal yang...kata apa yang pantas untuk sebuah ungkapkan atas semua kegilaannya? Ia sendiri bingung. Tapi, ini menyenangkan. Setidaknya perempuan itu mendengarkan.

Jayden melirik arloji yang melingkari lengan, waktu makan siang sudah hampir habis. Ia mengedarkan pandangan ke segala sudut di kantin, tapi perempuan dengan gambaran yang berada di benaknya tidak ia temukan. Dia tidak menyinggahi kantin. Mungkin benar dia sedang sibuk dan ada kelas. Ia berharap, semesta bisa segera mempertemukan mereka bagaimanapun caranya.

Menunduk lesu, Jayden meraih air mineral di botol dan menenggaknya kembali melanjutkan santap siang.

"Anak-anak mau pada kemana?" tanya Yuji bercelingak-celinguk memerhatikan semua orang yang keluar dari kantin.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang