Chapter 34

69.9K 7.2K 2.5K
                                    

Makasih untuk yang udah pada nodong update 😂🙏🏻 Nih update-an dipersembahkan untuk para jomblo yang kalah sama tiang listrik di luar.

Tiang listrik aja di luar, kok kamu... (isi sendiri)

Mulmed: Ailee - Tears Stole the Heart



Happy Reading


Setelah membuka gorden kamar dan puas menatap langit yang membentang—berharap damai dapat singgah sejenak di hatinya—Lovely melepaskan kembali sepatu putih yang dikenakan hadiah dari Anonim.

Haruskah ia menyebut lelaki itu sebagai Mr. D? Tapi, bagaimana jika dia seorang perempuan? Sungguh, ia amat sangat penasaran, siapa pemilik aslinya. Hanya saja, setiap kali bertanya pada Dokter Dharma, beliau tidak pernah merespon dengan serius. Beliau sepertinya cukup mengenal seseorang berinisial D itu. Namun, dia memilih bungkam tetap merahasiakan.

Jawaban, "Pengagum Rahasia" itu adalah kalimat yang senantiasa dia dilontarkan. Hingga akhirnya Lovely bosan bertanya, dan cukup menerima hadiah apapun yang dikirimkan selama itu bukan bom untuk memporak-porandakan.

Lovely pernah sempat mengira keponakannya yang seumuran dengannya lah yang mengirimkan, tetapi kemudian Dokter Dharma selalu menyangkal. Penyangkalan itu cukup masuk akal mengingat lelaki 22 tahun—keponakan beliau— memang telah memiliki kekasih dari yang ia dengar dari bibir istrinya sendiri.

Lalu ... siapa?

Rumah ini dan Rumah Dokter Dharma kebetulan hanya terhalang beberapa blok sehingga ia cukup dekat dengan keluarga itu di samping terapi tulang kaki yang beberapa tahun belakang ini dijalani, dan sekarang telah membuahkan hasil maksimal. Mimpinya untuk bisa berjalan dengan normal kembali sudah di depan mata. Tapi, ia belum mampu melepaskan kenangan lama bersama Ayahnya. Ia mulai betah hidup dengan seretan kaki ini. Pandangan rendah dari orang-orang seperti teman yang sudah biasa mendampingi. Hatinya pun telah terbiasa untuk disakiti.

Ia masih menunggu waktu yang paling tepat untuk memberitahukan kabar baik ini pada Neneknya. Entah kapan ia akan menujukkan pada semua orang bahwa kakinya telah bisa digunakan seperti sedia kala. Rasanya, tidak ada yang peduli juga.

Rasa sakit membuatnya merasa hidup. Meski kadang ia bertanya-tanya, apakah kehidupannya hanya tentang rasa sakit sementara mereka mengatakan 'bahagia' adalah alasan yang membuat mereka hidup. Mengapa ia berbeda dan tidak searah? Mengapa bahagia yang dimaksud mereka begitu sulit singgah?

Ia harus merasakan kehilangan hangatnya sentuhan dari perempuan yang melahirkannya saat usianya menginjak sepuluh tahun. Ibunya berselingkuh dengan atasan di kantornya, hingga detik ini hilang tanpa kabar berita. Lovely pun tidak mau tahu juga seperti apa kehidupan perempuan itu di masa kini. Bisakah ia mengatakan, dia adalah wujud sampah sesungguhnya? Sebelas tahun telah berlalu, entah bagaimana kabar perempuan itu sekarang.

Bagaimana bisa seseorang melangkahkan kaki seperti raga tak memiliki hati? Bagaimana dia dengan tega mencampakkan lelaki yang seharusnya untuk sehidup - semati bisa dia sakiti sedemikian keji?

Ayahnya...

Masih terngiang jelas ketika dia akan diam-diam menangis di samping tempat tidur Lovely saat ia terlelap. Masih terekam jelas ketika Ayahnya tidur dengan foto lecek di tangan yang dicengkeramnya begitu erat. Masih tergambar jelas ketika saat malam menyapa dia termenung sendirian menunggu kepulangannya meski bibir mengatakan ibunya tak lebih dari kepingan rusak yang harus segera ia hempaskan. Iya. Lovely dan Ayahnya, mereka terpuruk bersama. Berusaha mengumpulkan serpihan yang pecah dan merekatkan kepingannya walau tidak pernah kembali seperti sedia kala. Hingga tahun berganti, hidup mereka mulai tertata kembali.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang