Chapter 22

74.5K 7K 593
                                    

Hai... ada yang masih nunggu?
Maaf ya baru bisa update 😫😫


Happy Reading

Dia menciptakan keindahaan untuk hatinya yang selalu dipenuhi kegelisahan.
Dia adalah Indah yang dikirimkan Tuhan untuk mengobati semua kehilangan.

***
Dari pagi sekali, Jayden sudah tiba di halaman rumah Lovely seperti biasa. Ia menyandarkan punggung ke pintu mobilnya seraya menunduk menatap ponsel untuk menghilangkan bosan dengan berselancar di instagram. Biasanya ia akan ikut sarapan. Namun, tidak untuk kali ini meski Mira—nenek Lovely— sudah menawari. Ia tidak lapar.

Tiga puluh menit menunggu, Jayden mulai jengah mengapa Lovely tidak kunjung keluar? Biasanya tidak butuh waktu lama untuknya bersiap-siap. Sudah jam setengah delapan. Jalanan di pagi hari ke arah kampusnya pasti padat merayap.

Ia memasukan ponsel ke saku celana jinsnya, hendak menyusul. Baru satu langkah dihela dan mengangkat wajahnya menatap ke arah depan, kakinya terpaku di tempat. For God's Sake, dia terkesima!

Lovely baru keluar dari balik pintu rumahnya sambil berjalan kaku ke arahnya. Dia berpenampilan sangat berbeda hari ini. Rambutnya diikat ke atas dan membiarkan anak-anak rambut tersampir di sisi wajah dan kening. Mengenakan tanktop putih dipadukan dengan jaket bomber merah marun. Ke bawah, kaki jenjangnya dilapisi celana jins berwarna biru dongker serta sneakers putih. Dia terlihat ... luar biasa memesona dan fresh pagi ini hingga rasanya kaki Jayden tidak lagi dapat digerakkan. Seperti orang idiot, ia hanya menatap Lovely tanpa mengeluarkan sepatah kata pun menunggu perempuan itu menghampiri.

Jelas. Tiga bulan mengenalnya, ini adalah pertama kalinya Lovely membiarkan wajahnya terlihat secara penuh untuk umum, padahal biasanya rambut panjang itu selalu menutupi kedua sisi wajah Lovely.

"Hai, kayak kenal kamu deh," goda Jayden. "Siapa ya? Boleh kenalan? Aku agak lupa-lupa ingat,"

"Aku kelihatan aneh ya?" Lovely bertanya ketika tiba di hadapan Jayden sambil menatap ke bawah tubuhnya sendiri.

Jayden mengerjap. "Heng...Enggak." Kakinya masih diam di tempat, belum puas memerhatikan penampilan baru Lovely.

"Udah jam setengah delapan lebih. Kita berangkat?" Lovely ikut gugup melihat mata Jayden memusatkan pandangan terlalu intens. Lovely berjalan canggung ke arah pintu mobil, Jayden segera menghentikan dan memegang lengannya.

"Tunggu di sini dulu," Jayden membuka pintu mobil belakang, lalu kembali lagi dengan kamera di tangannya. "Love, can i take picture of you?" Pintanya. Momen ini harus diabadikan.

"Huh? Buat apa?"

"Untuk aku cetak terus dipasang di kulkas dapur buat nakut-nakutin tikus," cetusnya. Lovely memukul bisep lengannya.

"Apaan sih. Ayo, kita udah siang."

"Serius. Satu...aja," Pinta Jayden penuh harap.

"Nggak mau. Cari yang lain aja buat nakutin tikusnya!"

"Tikusnya aku." Jayden terkekeh sambil menuntun tangan Lovely ke arah besi pagar yang melintang di halaman rumah. "Buat penyemangat bangun di pagi hari juga," ia bergumam pelan.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang