Hai... selamat menunggu waktu berbuka puasa untuk yang menjalankan. Chapter ini masih aman. Menurutku, ya. 😅
Btw, kemaren aku sempet mikir untuk revisi chapter sebelumnya. Cuma kata sebagian orang, nanti aja. Coba dilanjut dulu nyari nyamannya gimana. Oke, lah👌🏻
Mulmed: Imagination Shawn Mendes
Lagu ini cocok bgt sama chapter ini 😍
✨Happy Reading✨
Ada buncahan yang sekarang tengah menyerang seluruh saraf, menggelung logika, dan menelan harga dirinya. Tubuh Lovely bergetar hebat hingga rasanya ia nyaris pingsan. Tangannya berada di kedua sisi tubuh—terkepal kuat. Tidak lagi sok berani menangkup wajah Jayden. Perpaduan antara deg-degan dan perasaan menakjubkan. Ia merasa seperti sedang berada di atas nirwana kala lidah Jayden bermain di dalam mulutnya seperti seorang pro yang terlatih. Ia tidak tahu rasanya berciuman dengan orang lain, memang. Tapi, ini terasa memabukan dan ia tidak ingin dia melepaskan meski udara teraup sebanyak-banyaknya meninggalkan badan.
Sebentar lagi ia akan mati. Napasnya semakin menghilang, tapi ini enak. Nggak bisa berhenti. Tolong...
Jayden melepaskan lidahnya dari rongga mulut Lovely. Memberikan kecupan-kecupan singkat pada kulit pipinya hingga menghasilkan suara yang merdu di telinga. Persis seperti ibu yang menciumi bayi mereka. Satu tangannya menangkup wajah Lovely, sementara tangan yang lain turun ke sisi tubuh membuka kepalan tangannya yang sudah basah oleh keringat dingin—kemudian saling menautkan jemari mereka. Ia yakin Jayden bisa merasakan bahwa saat ini tubuhnya bergetar seperti orang bodoh.
Matanya masih tertutup. Ciuman Jayden beralih pada bibirnya, menggigiti kecil permukaannya dan dimanfaatkan Lovely untuk menarik napas perlahan-lahan. Ia terkapar kaku seolah pasrah dengan permainan yang dimainkan Jayden. Bukan seolah. Ia memang pasrah sepasrah-pasrahnya. Mengapa ia semudah ini terperdaya oleh pesona seorang Jayden sama seperti para perempuan lain di luar sana? Seharusnya tidak seperti ini.
Pikiran Lovely terlempar pada banyak sekali momen ketika ia hanya mampu mengamati sosok di atasnya ini dari kejauhan dan secara diam-diam. Dia yang selalu unggul dalam berbagai hal. Dia yang selalu bersama para geng popular kampus dan tidak pernah sudi keluar dari area batasan yang sepertinya telah ditetapkan. Dia yang paling pendiam dan sangat jarang sekali tersenyum pada sekitar. Sekalinya senyum, hanya berupa senyum tipis, terlalu tipis untuk ditangkap oleh indra penglihatan. Dan dia, yang hampir setiap pagi Lovely perhatikan di balik tirai jendela kamar ketika tengah menikmati pemandangan taman di halaman rumahnya sambil meminum secangkir kopi atau teh. Ia tidak tahu.
Sebelum paginya berubah kosong jarang melihat keberadaan Jayden dua tahun belakangan di sekitar sana. Hanya sesekali dia berkunjung. Jika beruntung, ia bisa berpapasan meski yakin Jayden tidak pernah memerhatikan orang. Dia tidak pernah menyadari keberadaannya. Terlalu banyak wanita sempurna di sisinya sehingga perempuan seperti dirinya bukanlah level yang pantas untuk diperhatikan seperti ia memerhatikannya. Pathetic, isn't it?
Dulu, Jayden pernah menjadi pemanis saat terbitnya matahari menaungi di bawahnya. Kulit sawo matang, tubuh atletis, perawakan yang sempurna, hampir sulit untuk menemukan cela. Banyak lelaki yang lebih tampan darinya. Tapi, dia ... hanya berbeda. He just special dengan dua telor. Atau, tiga. Dan damn, dia sedang di atasku sekarang!
Ia bisa merasakan debaran jantung Jayden yang tidak kalah cepat dengan miliknya. Bergemuruh saling bersahutan di dalam rongga dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars
RomanceLOVELY ARIANA. Sejak kecelakaan yang merenggut nyawa sang Ayah, hidupnya dihabiskan lebih banyak di rumah atau di kampus dengan jadwal dua kali seminggu. Ia tidak suka bersosialisi. Ditambah, cacat pada kakinya karena kecelakaan itu membuat hampir s...