Chapter 18

84.3K 7.1K 406
                                    

Hai... balik lagi. ☺️☺️

Mohon koreksinya ya kalau ada typo atau ada kata yang tidak efektif. Aku ngetiknya ini tengah malem sampe dini hari jam 4 😂 Soalnya kalo pagi-sampe sore, nggak selesai-selesai. Udah tersendat sama kerjaan.

Happy Reading



Senja yang berwarna kemerahan dan semilir angin sore berembus menyapa kulit. Bersandar pada dinding, Jayden menatap keindahan yang tercipta di atas sana. Hujan lebat pagi tadi mengguyur kota. Namun, warna jingga matahari senja yang siap kembali keperaduan masih dapat menyapa— mengintip di balik gelapnya awan mendung.

Jam setengah enam sore. Ia berdiri di depan pintu kelas menunggu Lovely yang belum selesai merampungkan tugasnya sebagai mahasiswa. Padahal sudah hampir tiga jam perempuan itu berada di sana dari terakhir tadi siang mereka bercengkerama.

Sesekali, pikiran Jayden terlempar pada beberapa kejadian yang barangkali menjadi alasan mengapa ia kesulitan tidur akhir-akhir ini. Membuka ponsel dan membrowsing apa yang menjadi kegelisahannya kali ini sudah dilakukan. Harap-harap cemas. Seperti menunggu kapan petir akan menyambar ketika ia berjalan di tengah badai.

Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya? Apakah ia sanggup menanggung konsekuensi yang ada dan membiarkan semua itu menghancurkan rencana masa depan yang telah ia rancang sedemikian rupa? Itu kesalahannya. Seharusnya memang ia bertanggung jawab penuh atas risiko apapun yang akan terjadi pada perempuan itu. Iya. Seharusnya....

Pikiran itu segera Jayden enyahkan pergi ketika ponsel di tangan bergetar. Lihat saja nanti. Untuk apa memikirkan hal yang belum terjadi. Semuanya masih berbentuk rahasia langit. Ia hanya perlu menunggu seiring berjalannya hari. Lovely ada di sisinya. Dia berada dalam jangkauan matanya. Ia seharusnya berusaha untuk menjadi orang terdekat yang dipercayainya. Sebagai teman atau apapun itu sambil menunggu jawaban yang ingin diketahuinya. Bukan malah memusingkan hal yang belum jelas akan seperti apa ke depannya.

Lagipula, ia merasa nyaman saat bersama perempuan itu. Ada keingintahuan yang besar untuk mengenalnya lebih jauh. Ada keinginan untuk melindunginya dari mereka yang membuli dan menyisihkannya. Ia ingin berada di dekatnya. Agar sepasang mata coklat Lovely yang kadangkala terlihat seakan menyimpan begitu banyak misteri bisa tersenyum hangat bak mentari pagi. Perempuan itu... dia tidak dalam keadaan baik-baik saja. Ada kehancuran yang pernah dirasakannya. Ia harap, kehancuran itu bukan dia penyebab utamanya.

Membuka layar ponsel, Jayden masuk ke ruang obrolan LINE-nya.

Jason D
Jayden, lo dimana? Hp lo knp susah bgt dihubungi, sih jing. Gw WA  juga belum lo buka2 dari siang!

Jayden Xder
Y?

Jason D
Eh si tai. Coba itu jari diolahragain dikit jangan cuma buat bikin lo merem-melek aja!!

Jayden berdecak kecil ketika melihat balasan kotornya. Ia hanya membaca, lalu mengabaikan tanpa membalas. Selang tiga menit, ada pesan di LINE yang kembali masuk.

Jason D
Mas, kamu emang tega sama aku. :') Cuma dibaca aja ya. Jgn syok nanti klo tiba-tiba PUNYAMU memendek tidak lagi sama seperti terakhir kali kami bertemu!

Jayden Xder
Ada apa? Gue masih di kampus.

Jason D
Gercep jir. Sawan kan lo! Ternyata abang takut lintangannya jadi tergulung mengerut. ☺️

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang