Chapter 16

72K 7K 350
                                    

Hai... apa kabar? Lama banget ya hampir 3 minggu nggak update 😭 Parah sih ini susah nyari waktunya 😫

Ini aku nyempetin ngetik di tempat kerja. Kalau ada kata rancu, atau typo dsb. Koreksi aja ya. Belum sempet dikoreksi ulang. Thankies~~

Mulmed: There's Nothing Holding me Back by Shawn Mendes
❤️

Happy Reading



Hujan deras mengguyur ibu kota disertai angin kencang yang berembus membuat Lovely memeluk tubuhnya di belakang orang-orang yang antre keluar dari bus tepat di depan halte Universitas Swasta pagi itu.

Saling berdesak-desakkan sudah menjadi bagian dari paginya beberapa hari ini ketika banyak mahasiswa yang ikut keluar di sana. Padahal waktu sudah mendekati pukul sepuluh. Namun, karena keterbatasannya, ia terus menerus mengalah dan memberikan jalan pada mereka yang hendak turun lalu berlarian menerjang hujan. Ada pula yang membuka payung— baru menapakan kaki pada aspal.

Ia mengembuskan napas pendek menerawang keluar jendela bus. Benar-benar deras. Rasanya tidak mungkin ia menerjang hujan, sementara jarak dari Halte ke kelasnya cukup jauh. Ia lupa tidak membawa payung lipat. Biasanya, saat masih menggunakan sepeda mesin, jas hujan selalu siap sedia. Siapa yang sudi menolongnya? Menatapnya lebih lama saja mereka tak rela. Kebanyakan selalu melayangkan tatapan tidak mengenakkan karena kekurangan fisiknya.

Pasrah, Lovely mendesah lemah. Tidak ada pilihan lain kecuali tetap melangkah karena kelas akan segera dimulai. Jika menunggu hujan reda, sudah jelas ia akan terlambat. Ia menempatkan ranselnya ke depan tubuh ketika hanya tinggal dua orang lagi di depannya yang sudah bersiap keluar.

"Apa setiap pagi selalu kayak gini?" Jayden bertanya seraya mencoba membatasi tubuh Lovely dari desakkan para penumpang lain. Ia hampir lupa saat ini Jayden tengah mengungkungnya di belakang. Membatasi beberapa orang agar tidak lagi mendahului sebelum mereka berhasil turun. Dari suaranya lelaki itu terdengar tidak nyaman dan risih. Dia bahkan begitu mendempetkan tubuh mereka berdua barangkali mencoba menghindar dari tubuh penumpang lain.

Sekarang, ia yang merasa risih dan tidak nyaman merasakan hangat tubuh Jayden menempel pada punggungnya. Aduh...

Lovely hanya berdeham menjawab dengan perasaan agak gugup.

Jayden sedikit membungkuk ke bahu Lovely, lalu berbisik, "Cewek di belakang aku gesek-gesekin tubuh kami terus. Sumpah, aku merinding. Kamu majuan dong," pinta Jayden hampir memohon.

Seketika itu Lovely menahan tawa mendengar sarat kefrustasian dari nadanya. Jayden mendorong dengan pelan supaya Lovely maju ke depan agar ada jarak antara dia dan perempuan di belakang tubuhnya.

"Ya udah sih nikmatin aja. Nggak usah sok jual mahal segala padahal doyan," Lovely berdecih, dalam hati menertawakan. Oh, jadi benar desas-desus kata mereka mengenai Jayden.

Kebanyakan dari mahasiswa yang menggilai Jayden pasti mengatakan wajahnya selalu datar dan nampak tidak nyaman saat berdekatan dengan para wanita dan segala printilannya. Dia selalu memperlihatkan tampang alergi ketika mereka mendekati. Bahkan ada yang mengisukan dia seorang Gay. Biasanya kalau lelaki lain yang normal, mereka akan dengan senang hati menyambut sentuhan. Tapi, tidak dengan Jayden.

Meski begitu, Lovely sangat yakin anak orang kaya di belakangnya bukanlah seorang Gay mengingat si brengsek itu telah menyentuhnya dan terlihat berpengalaman bagaimana melakukan hubungan seksual bersama wanita.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang