Chapter 11

71.9K 6.5K 274
                                    

Jangan mengharapkan sesuatu yang waahh di chapter awal. 😂😂 Aku aja baru dapet feel Callia saat memasuki chapter 27-an 😭

***

Tanpa sadar, perasaanku tidak lagi bisa aku halau. Seperti orang bodoh, aku menginginkannya.

Happy Reading


Jayden langsung melompat dari atas kap mobil dan berlari keluar gerbang setelah menit berlalu.

"Jayden, lo mau kemana?!"

"Eh, anjir... dia lari udah kayak Usain Bolt!" Seru teman-temannya yang keheranan melihat ia berlari kencang keluar mencoba menyusul. Mereka tidak tahu, apa yang Jayden kejar.

Kedua kaki Jayden tetap berlari dengan kecepatan penuh. "Ana!" Ia mengedarkan matanya mencari. "Ana!" Orang di sekitarnya menoleh penuh tanda tanya.

Beberapa saat lalu, pikirannya kosong untuk beberapa saat mengingat-ingat antara benar dan tidak, yakin dan samar paras itu tergambar menghantam ingatan bahwa yang dilihatnya barusan itu ... Ana?!

Ia berlari secepat yang ia bisa.

Beberapa meter keluar dari gerbang kampus, namun sialnya motor itu sudah hilang dari pandangan entah kemana arah tujuannya. Mesin memang sulit terkalahkan mau seberapa cepatnya langkahnya mengejar. Ia sudah terlambat. Karena kini, motor matic berwarna pink itu sudah tidak lagi terjangkau oleh mata.

Terengah-engah, Jayden menggeram sambil mengacak rambutnya kesal. Ia merutuki diri sendiri mengapa ia begitu lama mencerna situasi. Dan saat dia telah menghilang dan jauh meninggalkan, pikirannya baru terkonek sempurna dan bisa bekerja normal kembali. Sial.

Jayden agak membungkuk, memegang lututnya sambil tersengal menatap ke arah depan jalan raya yang dipenuhi kendaraan. Dan tepat di depan sana ada jalan pertigaan yang membuat ia bingung, ruas jalan mana yang perempuan itu lalui?

Untuk beberapa saat ia menerawang ke depan—bergeming—kemudian memejamkan mata. Mencoba menggambarkan paras yang tadi dilihatnya dalam ingatan. Ia tahu, beberapa pejalan kaki; dari warga maupun mahasiswa melewatinya seraya berbisik, namun tak diindahkan Jayden sama sekali. Hanya satu; Ia harus segera mengingat dan menyimpan wajah itu agar tidak ada lagi keraguan saat nanti ia melihatnya. Ia akan menemukannya. Tidak akan lama lagi, mereka akan bisa saling sapa.

Mereka satu kampus. Ini cukup menggembirakan.

Perempuan itu berambut panjang hitam, memiliki kulit putih pucat dan tubuh langsing dengan iris mata berwarna coklat, serta hidung kecil mancung ditambah bibir tipis. Hampir tidak ada cela melihat bentuk wajahnya tadi. Jika benar, itu...Ana?

Apakah dia adalah perempuan yang sama saat itu; Bermasker hitam, kacamata baca tebal dan pakaian yang tidak enak dipandang? Apakah dia seseorang yang ia tiduri...tidak...lebih tepatnya perempuan yang ia renggut paksa kehormatannya? Serius? Secantik itukah? Hatinya bergumam agak ragu.

Namun, rasanya tidak mungkin ia salah mengenali bahwa perempuan yang tadi melewatinya itu adalah seseorang yang ia cari beberapa hari ini hingga rasanya kepalanya akan meledak setiapkali ingat kejadian nahas itu. Pandangan mata perempuan itu seolah mengatakan segalanya. Ia masih ingat. Kedua netra itu terpampang jelas di hadapannya malam itu dengan dipenuhi kucuran airmata yang berulang kali Jayden seka sepanjang penyatuan berlangsung, sementara dia hanya pasrah tidak memiliki kekuatan untuk melawan.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang