Chapter 19

85.9K 7.3K 1.2K
                                    

Hai... Mohon koreksinya kalau ada typo 👌🏻

Warning! Chapter panjang, sampe 5.100 kata. Saya nulis apaan dah 😩😩


Happy Reading



Drett... Drett...

Jayden membuka mata merasakan getaran di bawah telinganya. Sadar bagaimana posisinya kali ini, dengan sangat hati-hati Jayden mengangkat kepala dari pangkuan Lovely. Menatap wajah tidurnya sebentar yang tampak pulas, lalu getaran kembali terdengar lagi.

Ia mengambil bantal sofa, dan mencari sumber getar itu. Ternyata bunyi ponsel Lovely yang setengahnya telah keluar dari saku celananya. Pelan-pelan, ia mengambil ponsel itu, melihat nomor neneknya yang ada di layar menghubungi.

Ia menjauh dari sana dan berjalan ke kamar untuk mengangkatnya. Pasti neneknya khawatir sudah hampir jam setengah sebelas, cucunya belum pulang.

Dalam detik pertama, nada khawatir dari suaranya merasuki indera pendengaran Jayden. "Halo, Nak. Kamu di mana? Kenapa belum sampai rumah udah larut gini?!"

Ia berdeham membasahi kerongkongan. "Ha-halo, Nek."

"Ini siapa?!"

"Aku Jayden, tetangga di depan. Anaknya..."

"Jayden? Kamu lagi sama Lovely?!" Oktaf suara neneknya lebih naik, memotong ucapannya. Tadinya ia berniat menjual nama ibunya lagi. Barangkali Neneknya lupa siapa Jayden.

"Nenek jangan khawatir. Kebetulan Lovely tadi ada tugas. Jadi...," Apa tidak apa-apa kalau berbohong lebih dari ini? Ah sial! Ia gugup setengah mati sekarang. "...jadi dia baru pulang dari kampus. Beneran, baru aja." Harus banget lo bilang baru aja pulang dari kampus? Siapa yang ngampus sampe jam segini, Bego! Nggak ada alasan yang lebih bodoh dari ini?!

"Kok tumben malam banget?"

"Oh iya, ya. Kok malem banget. Nggak ngerti juga aku, Nek." Ia menggaruk kepala yang tidak gatal. Ia bingung harus melontarkan kebohongan yang seperti apa lagi pada sesepuh seperti ini. Kewalat nggak sih gue nanti?

"Terus, Lovely-nya dimana?"

Ia merasa sedang diintrogasi. "Dia lagi tidur," Jayden tersedak ketika tidak sengaja mengucapkannya. Ampun, Tuhan... "Maksud aku, kita kebetulan udah di mobil mau arah pulang. Lovely ketiduran di dalam mobil. Nenek jangan khawatir, aku antar sampe ke rumah. Dia kelelahan banget kayaknya."

Suara helaan napas panjang terdengar di seberang sana. "Ya sudah, Nak. Makasih banyak sudah mau nemenin cucu nenek. Hati-hati kalian di jalan."

Embusan napas lega Jayden terurai. Sepertinya introgasi ini sudah berakhir. "Iya, Nek. Udah malem, Nenek tidur dulu aja. Lovely pasti sampai rumah dengan selamat."

"Nenek tunggu kalian sampai rumah,"

"Ya udah, oke, Nek."

Panggilan telepon dimatikan. Buru-buru Jayden mengunduh aplikasi salah satu taksi online lalu memesan kendaraan. Kemana-mana ia selalu menggunakan mobil pribadi. Hampir tidak pernah ia menggunakan taksi.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang