00. prologue

10.5K 849 66
                                    







Wendy


Sore ini, seperti biasa, aku harus mengikuti kegiatan rutinku—ekskul dance di sekolah. Sebetulnya, jujur aku merasa aku tidak terlalu jago dalam hal-hal terkait menari. Ah, mungkin bukan 'tidak terlalu jago' lagi, tapi sudah 'tidak bisa sama sekali'.

Yah, namun apa daya, kalau bukan karena sahabatku, Seulgi—cewek cantik yang sangat hiperaktif dan badannya paling lentur saat menari—yang mengajakku untuk mengikuti ekskul ini, aku mungkin akan lebih memilih untuk tidak mengikuti ekskul apapun sama sekali. Lagipula, bukankah rasanya lebih enak jika langsung pulang ke rumah saat jam sekolah selesai? Aku sih, lebih suka yang seperti itu.

"Wendy!"

Oke, yang barusan memanggilku itu Kak Hyoyeon, pelatih dance-ku. Walaupun terbilang masih muda, Kak Hyoyeon yang lebih akrab disapa Kak Hyo itu mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi. Tak heran jika ia sudah pernah melatih di beberapa sekolah sebelum akhirnya pindah ke sekolahku.

"Iya, Kak?"

"Tahu, nggak?" cewek itu bertanya. "Kayanya kamu cocok sama Suga, deh!"

Aku dapat merasakan dahiku spontan mengernyit. Hah? Suga? Suga siapa? Kakak kelasku itu?

"Cieee, dijodohin!" cibir Seulgi, dilanjutkan dengan sorakan dari mulutnya yang terdengar mendukung. Hei, aku saja tidak begitu mengenal Kak Suga. Yah, kurang lebih aku hanya tahu bahwa dia adalah kakak kelasku. Selain itu, tidak.

Aku dapat mendengar Kak Irene menertawakanku. "Hahaha, hayo, lo baper nggak, Wen?" tukasnya seolah aku tak dapat berkata sedikitpun. Padahal, andaikan Kak Irene itu bukan seniorku, aku pasti akan membalasnya, walaupun hanya dalam maksud bercanda.

Aku membuat wajah ngeri. "Ih, enggak lah, Kak! Yang bener aja!"

"Masa, sih? Halah, Wendy mah lemah, dijodohin ginian doang baper," sahut Joy. Ah, cewek itu—aku tidak terlalu bisa mendeskripsikannya. Intinya, dia tinggi, cantik, tapi jomblo, dan seangkatan denganku dan Seulgi.

"Nggak mungkin lah, Joy," jawabku.

"Jangan nggak mungkin-nggak mungkin Kak Wendy. Nanti kena karma lho," kali ini datang dari Yeri, dengan wajah sok polosnya. Terkadang, anak itu suka lupa kalau dia merupakan adik kelasku, karena saking dekatnya kami. Mungkin, itulah mengapa omongannya terlalu ceplas-ceplos. Anehnya, Yeri yang 'sok polos' seperti itu bisa-bisanya sudah mempunyai pacar. Aku kan jadi merasa tertandingi. Eh, bercanda kok.

Sementara, cowok yang sedari tadi namanya terucap itu—iya, siapa lagi kalau bukan Kak Suga—hanya diam di tempatnya, bahkan tak sekalipun ia menunjukkan sebuah ekspresi. Wajahnya benar-benar datar, layaknya orang tak berdosa. Padahal, anak-anak grupnya, seperti Jungkook, Taehyung, Jimin, Kak Hoseok, Kak Namjoon, dan Kak Seokjin, sudah sibuk menyenggol-nyenggol sikut cowok itu sambil menyorakinya. Namun, tetap, cowok itu terlihat tidak peduli.

"Suga!"

Cowok itu spontan menoleh, masih dengan wajahnya yang sedatar aspal. "Kenapa, Kak Hyo?"

"Gimana? Suka nggak sama Wendy?"

"Hayoloh, Ga!" sorak teman-temannya yang semakin ricuh.

"Hmm.. nggak tahu," jawab cowok itu. Aku menyadari matanya sempat melirik ke arahku untuk beberapa detik. "Lihat aja nanti."





k u e t i r a m i s u

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang