19. ldr?!

1.8K 275 32
                                    







Suga


"Bang Suga jadian?! Wah, traktir-traktir, bisa nih!"

"Heh, emangnya lo dulu waktu jadian sama Yeri ada ngetraktir kita?"

Jungkook tertawa lepas. Akhirnya gue bisa lihat wajah ini lagi setelah beberapa hari nggak teguran.

Gue dan anak Bangtan sisanya masuk ke dalam ruang latihan. Di sana, sudah ada anak-anak Velvet dan para pelatih yang sedang menunggu kami. Gue pun langsung duduk di dekat anak Velvet (yha, maksudnya di dekat Wendy) dan anak-anak Bangtan yang lain mengikuti.

"Selamat sore semuanya," ucap Bang Kai.

"Sore," Velvet dan Bangtan menjawab serentak.

"Jadi.. untuk kompetisi dance internasional yang akan kalian ikuti tahun ini, ternyata akan diselenggarakan bulan depan. Jadi kami para pelatih sangat mengharapkan kehadiran kalian dalam latihan."

"Dan untuk keberangkatan," tambah Kak Hyoyeon yang berdiri di sampingnya. "Semua biaya akan ditanggung sekolah. Kalian nggak perlu khawatir, pokoknya tinggal persiapkan diri dan barang-barang kalian aja. Apa ada yang ingin bertanya?"

"Saya, Kak," Namjoon mengacungkan tangannya.

"Ya, Namjoon?"

"Minggu depan, anak-anak kelas 12 bakal mengikuti ujian, Kak. Apa kami harus tetap turun latihan?"

"Oh iya," sahut Bang Kai. "Ujiannya selesai hari apa?"

"Kamis, Kak."

"Nah, kalau begitu, untuk yang kelas 12, minggu ini kalian latihan cukup hari Selasa ini aja. Latihan-latihan berikutnya, kalian kami liburkan. Masuk kembali hari Minggu setelah ujian, ya. Kita kan sekarang ada tambahan latihan setiap hari Minggu."

"Yah.. dadah, Wen," gue berbisik pada, ehm—pacar gue. Iya, pacar! Hohoho. "Jangan kangen aku, ya."

"Dih, siapa juga yang bakal kangen Kakak," bisiknya balik. Astaga, gue gemes! Tapi gimanapun, situasinya lagi nggak mendukung.

"Kalo sudah nggak ada pertanyaan, kalian boleh pulang. Selamat sore!"

"Sore!"





Gue tiba di rumah agak lambat dari biasanya. Setelah pacaran, mengantar Wendy pulang seakan jadi rutinitas gue. Malah sebenernya, hari ini bokap kesayangannya itu bisa-bisa aja jemput dia, cuman dia-nya aja yang maunya sama gue. Hahahaha.

"Suga? Baru selesai latihan?"

Gue menoleh, sontak mengernyit mendengar suara nyokap gue. "Eh, Bunda? Kapan Bunda pulang?"

Nyokap gue tersenyum. "Tadi pagi, waktu kamu masih di sekolah. Ayo masuk, Bunda udah buatin kamu nasi goreng."





"Gimana latihannya, Ga?" bokap gue bertanya. Seperti yang pernah gue bilang, ortu gue memang akhir-akhir ini jarang di rumah. Gue sendiri nggak tahu mereka itu sebenernya ke mana.

"Ya gitu," ucap gue sambil mengunyah. "Btw, Ayah sama Bunda ke mana aja, sih? Masa sampe berminggu-minggu gitu aku ditinggal?"

"Soal itu," bokap gue angkat bicara. "Begini, Ga, ada sesuatu harus kamu tahu."

"Apa?"

"Ehm.. gimana ya ngomongnya?"

"Udah, Bunda aja yang kasih tahu," nyokap gue mengambil alih. "Begini, Ga, ayahmu.. dimutasi."

"Hah?!"

"Iya, Ayah dimutasi, ke Surabaya," beliau melanjutkan. "Jadi, rencananya kita bakal pindah ke sana bulan depan. Sekalian kamu lanjut kuliah di sana aja, ya."

"Tapi kan, Bun, bulan depan aku lomba!"

Nyokap gue terdiam. Beliau terlihat seperti membenarkan perkataan gue. Lagi pula, gue kan baru jadian sama Wendy!

"Ya udah, gini," bokap bersuara. "Gimana kalo Bunda di sini sampe Suga selesai lomba? Jadi Ayah pergi sendirian aja, terus nanti kalian nyusul."

"Nggak mau, Yah. Aku nggak mau pindah." Lebih tepatnya, gue nggak mau LDR-an sama Wendy.

"Kita semua nggak ada yang mau pindah, Suga," lanjut bokap. "Tapi ini harus. Sekarang gini—kamu mau tetap tinggal di sini, sendirian, tapi kamu nggak ikut lomba—apa kamu ikut lomba, tapi kamu bakal nyusul Ayah ke Surabaya?"

"Ayah apa-apaan, sih?"

"Terserah kamu mau yang mana, pokoknya Ayah sudah kasih kamu pilihan."

Sial.





Wendy


Percaya? Setelah seseorang yang sudah kamu idam-idamkan sejak lama akhirnya berpaling padamu, hari-hari jadi jauh lebih menyenangkan. Oke, aku terlalu puitis, lupakan saja.

Sekarang, setiap istirahat, Kak Suga selalu menjemputku di pintu kelas. Padahal, tahu sendiri, jarak antara kelas kami dapat dibilang cukup jauh. Herannya, dia tetap rela menjemputku untuk mengajak makan siang bersama setiap harinya.

"Wen," panggil Kak Suga, sedikit-sedikit menyeruput jus yang baru dipesannya. "Aku mau ngomong sesuatu. Ini penting. Masalahnya, aku nggak mau kamu sedih nanti, jadi lebih baik aku kasih tahu sekarang. Nggak pa-pa, ya?"

Ya ampun, lihatlah! Kalian ingat dengan Kak Suga yang terkenal dengan sifat dingin nan cueknya itu? Kenapa jadi berubah seperti ini?

Tapi.. itu tidak masalah. Aku menyukainya. Peace.

"Nggak pa-pa. Emang mau ngomongin apa?"

"Begini, Wen.." ucapnya, terpotong oleh helaan napas, kemudian melanjutkan, "Ayah aku dimutasi. Setelah lomba nanti, aku mungkin bakal pindah, dan.."

"..kita mungkin bakal LDR-an."





wattpadnya rada-rada error T^T


k u e t i r a m i s u

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang