23. fight?

1.3K 218 21
                                    







Wendy


Ceritanya begini. Setelah kami mendarat dengan selamat di bandara KL kemarin, kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah penginapan yang letaknya tak jauh dari tempat perlombaan. Untungnya, penginapan ini memiliki sebuah ruangan yang cukup luas sehingga dapat kami gunakan untuk latihan.

Iya, latihan. Sedikit latihan sebelum hari perlombaan. Selama dua hari, kami hanya menghabiskan waktu dengan latihan, makan, dan berkumpul. Kadang, saat istirahat, Kak Seokjin suka meramaikan suasana dengan lelucon yang dibuatnya. Kami juga kadang bermain permainan papan. Memang, semua itu terdengar membosankan. But again, I love doing things with my second family. I really do.

Sampai akhirnya.. hari perlombaan itu tiba. Sore tadi, kami sudah mengikuti kegiatan gladi bersih. Lalu, malam ini, kami akan mengikuti babak penyisihan! Semoga saja, kami dapat menampilkan yang terbaik dan bisa lanjut ke babak final.

"Wendy, semangat ya," kata Kak Hoseok sambil menepuk pelan bahuku.

"Eh? I-iya, Kak.. makasih ya. Kakak juga."

Setelah itu, tanpa kusadari, Kak Suga tiba-tiba muncul di antara kami. Kalau soal begini, cowok itu pasti sensitif. Ia menatap Kak Hoseok sinis, kemudian tanpa pikir panjang langsung mendorong tubuh Kak Hoseok. "Lo mau gue banting apa gimana, hah?"

"Apa, sih?" Kak Hoseok melawan. "Gue kan nyemangatin doang. Salah?"

"Salah, lah! Wendy kan cewek gue!"

"Tapi kan gue nyemangatin dia sebagai temen aja!"

"Hoseok, nggak usah jadi PHO!"

"Siapa juga yang jadi PHO! Orang gue cuma–"

"SUDAAAAAH," Kak Namjoon tiba-tiba datang dan melerai keduanya. "Bentar lagi kita bakal naik panggung. Jadi lo berdua lebih baik nggak usah cari masalah."

Kak Suga dan Kak Hoseok terdiam. Mata mereka masih saling menatap tak suka satu sama lain. Dan benar saja, tak lama setelahnya, apa yang baru dikatakan Kak Namjoon terjadi. Grup kami tiba-tiba dipanggil oleh sang pembawa acara untuk naik ke atas panggung.

"Okay, let's move on. Our next contestant is a dance group from Indonesia. And believe it or not, they're still high school students! Please welcome, BangtanVelvet!"





Suga


Penampilan selesai. Semuanya berbaris rapi untuk turun dari panggung. Percaya? Gue ngerasa gue udah ngerusak penampilan perdana kami tadi. Pasalnya, gue terlalu kesel sama Hoseok—jadi perasaannya kebawa sampai atas panggung. Gue pun jadi banyak bikin kesalahan; mulai dari lupa gerakan, telat satu beat, dan gue hampir lupa formasi. Gila, kan? Padahal, sebelumnya, selama latihan gue jarang banget ditegur sama Bang Kai. Baru kali ini gue bikin kesalahan separah tadi.

Ini semua jelas gara-gara Hoseok. Berani-beraninya dia ngedeketin Wendy, padahal dia sendiri tahu kalo Wendy itu pacar gue.

"Suga!" panggil Bang Kai, tepat saat kami baru turun dari panggung. Gue sudah bisa menebak apa yang bakal dia katakan, pasti gue bakal langsung diceramahin.

"Kamu kenapa? Sakit?"

Oh.. ternyata tebakan gue salah. Gue kira, Bang Kai bakal langsung marahin gue di tempat saat ini juga. "Nggak pa-pa, Bang."

"Yakin?"

"Iya, Bang. Tenang aja."





"Kalian kenapa, sih?" tanya Namjoon, seraya mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Dari tadi diem-dieman mulu, kaya anak SD aja."

Gue spontan mendecakkan lidah, "Tanya sendiri sama Hoseok."

"Gue mulu yang disalahin," Hoseok berkomentar. Saat ini, anak itu sedang duduk di atas karpet kamar—iya, di penginapan, gue, Namjoon, dan Hoseok satu kamar. Plus Seokjin juga sebenernya, tapi dia masih di luar.

"Kan emang lo yang salah!" bales gue sedikit membentak. Gue bahkan udah siap buat ngelempar handphone yang gue pegang.

"Woi, ribut," Seokjin tiba-tiba masuk ke dalam kamar, sambil membawa handuk dan perlengkapan mandi lainnya. "Daripada adu mulut, mending maskeran."

Cih, dasar flower boy. "Intinya, ini salah Hoseok. Semua kesalahan di panggung yang gue buat tadi, juga salah Hoseok."

"Ya udah, lah," sahut Namjoon, kemudian beralih membaringkan badannya. "Kalo lo berdua berantem cuma gara-gara cewek, lo berdua cupu. Gue mau tidur."

Dan dalam sekejap, keadaan menjadi hening. Gue pun kembali menatap layar handphone, begitu juga dengan Hoseok. Sementara Seokjin, ah.. anak itu sibuk dengan urusan kecantikannya.

Sampai akhirnya, Seokjin berusaha untuk mencairkan suasana. Dia memang paling nggak tahan kalo keadaan di sekitarnya nggak bersuara. "Ehm.. Bangtan, lo semua tahu nggak? Kita masuk final. Big thanks karena salah satu anggota grup sebelah nervous parah, jadi dia lebih banyak buat kesalahan daripada Suga. Dan untungnya kesalahan Suga juga nggak begitu kelihatan."

Namjoon yang sudah hampir tertidur itu tiba-tiba bangun kembali. "Sumpah?"

"Iya," jawab Seokjin. "Tadi Bang Kai bilang, kok. Makanya, jangan di kamar mulu."

Mendengar itu, bukannya bersyukur atau apa, Namjoon malah mengacak rambutnya asal. Wajahnya bahkan kelihatan gelisah. "Ck, Suga, Hoseok—pokoknya sebelum final, kalian harus sudah baikan," katanya. "Mending kalian maaf-maafan aja sekarang."

Gue melirik Hoseok sejenak. Sebenernya, gue mau-mau aja sih maafan sama dia. Tapi, yang bikin gue makin kesel, anak itu malah buang muka waktu gue ngelihat dia, seakan ogah banget buat maafan sama gue.

Jadilah gue berdecih setelahnya, kemudian berkata, "Untuk apa gue maafin orang yang bahkan sama sekali nggak sadar apa kesalahannya?"





k u e t i r a m i s u

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang