15. chat

1.9K 322 35
                                    







Wendy


Aku tidak mengira hari ini akan datang juga. Kak Suga akhirnya berpaling padaku. Walaupun tidak sampai acara tembak-menembak, tapi siapa yang tidak senang jika orang yang disukainya tiba-tiba menawarkan diri untuk mengantarnya pulang? Munafik sekali jika iya.

Kak Suga mengantarku sampai depan rumah. Aku mengucapkan banyak terima kasih padanya, dan dia tersenyum manis menanggapiku sampai gigi-gigi rapinya terlihat. Manis, sangat manis.

"Ehm.. makasih ya, Kak. Sebenernya nggak perlu repot-repot begini.."

"Nggak pa-pa, Wen. Nggak ngerepotin kok. Lain kali, kalo lo nggak ada yang bisa jemput kaya tadi, jangan pernah sungkan buat ngasih tahu gue ya! Gue bersedia buat nganter lo pulang setiap saat." Ia kembali tersenyum. Cukup! Yang tadi itu bahkan sudah terlalu manis.

"Iya, Kak. Sekali lagi makasih banyak."

Entah sudah berapa kali aku mengucapkan terima kasih, dan sudah berapa kali pula ia menanggapiku dengan senyuman manis itu. Senyuman yang akan selalu kuingat.

"Ehm, ka-kalo gitu.. gue masuk dulu, ya? Hati-hati di jalan lho, Kak."

"Iya, Wen. Salam buat keluarga."

Kali ini giliranku tersenyum.





Malam itu, Kak Suga men-chat-ku. Aku juga tidak pernah mengira bahwa kejadian seperti ini akan datang. Padahal, terakhir kali kami bertemu (sebelum hari ini) aku sempat sakit hati padanya, karena ia sudah menolak kue buatan ibuku mentah-mentah. Masih ingat, kan?

Namun rasanya ia tidak peduli. Chat yang ia kirim itu berisikan pesan pendek, seakan tidak terjadi apa-apa pada kami sebelumnya. Ia hanya mengirimkan dua kata.

Suga
Malem, Wen.

Aku jelas menyapanya balik.

Wendy
Malem juga, Kak.

Setelah itu, Kak Suga hanya membaca pesanku sejenak. Mungkin sekitar dua sampai tiga menitan, sampai akhirnya ia membalas lagi.

Suga
Besok pulang sekolah latihan, ya?

Wendy
Iya. Besok kan hari Selasa.

Suga
Oh iya ya..
Suga
Ehm, Wendy.
Suga
Gue boleh tanya sesuatu?

Wendy
Tanya aja, Kak.
Wendy
Tadi juga Kakak nanya.

Suga
Bukan, yang mau gue tanyain ini lebih serius.
Suga
Nggak pa-pa, kan?

Wendy
It's okay.

Suga
Maaf lho kalo nyinggung.
Suga
Gue nggak bermaksud, kok.
Suga
Cuma pengen tahu.

Wendy
Iya, Kak Suga. Tanya aja, nggak pa-pa.

Suga
Ehm..
Suga
Lo terakhir ditembak orang kapan, Wen?

O-oke.. aku tidak menyangka pertanyaannya akan sejauh itu.

Wendy
Eh?!
Wendy
Udah lama, sih. Waktu masih SMP.

Suga
Lah, berarti waktu sama Chanyeol di kantin kemaren itu bukan ditembak, dong?

Hah, Chanyeol?

Oh, astaga. Kak Suga lihat?

Hahaha, padahal kakak kelasku yang satu ini terkenal sekali dengan sifat dingin dan cueknya. Kenapa saat dia chatting-an denganku kesannya jadi kikuk begini, ya? Lucu pula.

Wendy
Bukan, Kak. Chanyeol nggak nembak gue, hahaha.
Wendy
Kakak mikir apa, sih? :D

Suga
Oalah, kirain lo ditembak Chanyeol.
Suga
Gue kan..

Pesan itu menggantung. Sepertinya Kak Suga masih mengetik.

Suga
Gue kan nggak mau lo direbut orang, Wen.





Suga


"Gimana perjuangan lo, bos?"

"Ahaha, lancar, lancar," jawab gue pada Namjoon. "Semalem ada kemajuan, lah. Gue udah chatting-an sama dia, dan sebisa mungkin gue nggak peduli sama gengsi gue."

"Bagus kalo begitu," komentar Namjoon. Kami sama-sama masuk ke ruang latihan setelahnya.

Saat ini, ruang latihan masih sepi. Hanya ada kami berdua di dalam, mungkin karena anak-anak kelas lain belum keluar. Beruntung pelajaran terakhir di kelas kami tadi kosong.

"Jadi," Namjoon melanjutkan. "Lo kapan mau nembak dia?"

Gue spontan mengangkat bahu. "Kalo soal itu, gue masih nggak tahu. Yang jelas gue bakal deketin dia dulu, Joon."

Namjoon manggut-manggut. "Terus, Jungkook?"

"Hah?"

"Jungkook gimana?" tanya cowok itu. "Lo masih nggak teguran?"

"Masih," gue berpura-pura menatap layar handphone. "Anak-anak lain juga pada nggak teguran sama dia, setahu gue."

Namjoon kembali mengangguk, kemudian terdiam sejenak.

Hening.

"Lo tahu, Ga?"

"Apa?"

"Gara-gara masalahnya sama lo itu," Namjoon menjawab. "Jungkook mutusin Yeri."

"HAH?!"





gimana puasanya? :3


k u e t i r a m i s u

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang