03. friends

3.4K 520 46
                                    







Suga


Saat ini, gue sama anak-anak Bangtan sudah berada di bandara. Tadinya, gue sama yang lain mau nunggu sambil berdiri aja, tapi si Seokjin—cowok tercantik yang pernah gue temui—merengek minta nunggu sambil duduk. Dia barusan bilang dengan nada ngotot, "Kaki gue kan kecil! Nggak akan kuat berdiri lama-lama!" Padahal, jelas-jelas kaki gue yang paling kecil di antara anak-anak Bangtan.

Dasar tuh kutil aja, rempong. Emang sih, pada dasarnya Seokjin itu flower boy. Tapi, walaupun begitu, jujur, Seokjin itu baik hati, perhatian, kadang juga penyayang. Nggak heran kalau anak-anak Bangtan sehat semua. Itu semua karena si flower boy yang suka ngomel seenaknya kalau kami beli jajan sembarangan, udah kaya ibu dari grup Bangtan aja.

Gue awalnya sempat menolak rengekan Seokjin, dengan nada yang menurut gue lebih lembut dari nada ngototnya, "Yah, lo-nya aja yang lembek. Masa ginian doang nggak kuat,"

Dan dibalas oleh Namjoon yang kedengarannya lebih membela Seokjin, "Udah ah, jangan berantem. Malu tuh sama Taehyung dan Jungkook. Baiknya, kita duduk aja deh di kursi tunggu."

Alhasil, duduklah kami di kursi tunggu yang terletak di dekat pintu kedatangan untuk menunggu Jimin tiba.





"Bang, itu Jimin!" seru Taehyung, sambil mengarahkan telunjuknya ke arah seorang cowok yang sedang berlarian keluar dari pintu kedatangan.

Oh iya, itu memang Jimin. Anak itu terlihat sedang menggunakan kaus putih, celana jeans hitam, dipadu dengan outer flanel hitam-putih dan topi baseball hitam polos. Dia juga memakai sepasang sneakers putih polos. Dan seperti yang gue duga, bawaannya banyak sekali. Selain menggeret koper, dia juga menggendong tas ransel yang selalu dia bawa ke sekolah, dan menenteng sebuah kardus yang gue yakin berisi makanan oleh-oleh.

Entah menurut penglihatan gue atau gimana, saat ini Jimin benar-benar terlihat girang. Begitu melihat kehadiran kami berenam, anak itu spontan lari ke arah kami dengan penuh semangat.

Tapi.. ups. Nyatanya realita nggak berjalan semulus itu. Ea, nggak deng. Saking girangnya, Jimin sampai menabrak seseorang.

Eh, astaga, yang ditabrak Jimin itu seorang cewek! Cewek itu jatuh menghantam lantai, membuat kantong plastik berisi makanan ringan yang dibawanya ikut jatuh dan berhamburan.

"E-eh, itu Wendy jatuh! Buruan tolongin!" Hoseok berteriak.

Hah?

Apa gue nggak salah dengar?

Jimin nabrak Wendy?


Setelah itu, anak-anak Bangtan kecuali gue—yang cuma melongo karena masih nggak ngeh dengan apa yang terjadi—langsung berdiri dan lari menghampiri TKP.

Sadar gue nggak ikut nolongin, Namjoon berteriak dari kejauhan, "Suga! Tolongin, dong! Jangan mentang-mentang lo pernah dijodohin sama Wendy, lo jadi canggung dan nggak mau ikut turun tangan begini! Wendy kan juga temen satu ekskul kita!"

...sial. Gue nggak mau berkata kasar. Tapi Namjoon.. ah elah, itu mulut nggak bisa sedikit lebih dijaga?





Wendy


"Wen, lo nggak pa-pa?"

"Wendy, pelan-pelan aja berdirinya, sini gue bantuin,"

"Kak Wen, makanannya yang tadi jatuh udah gue beresin,"

Ya ampun, ini aku sendirian yang jatuh, kenapa satu grup Bangtan yang nolongin.. "Eh, makasih ya. Kalian nggak seharusnya repot-repot bantuin gue,"

"Kita kan satu tim, udah seharusnya saling membantu, Wen," Kak Hoseok tersenyum.

"Suga!" aku bisa mendengar suara teriakan Kak Namjoon yang sedikit berbau amarah. "Tolongin, dong! Jangan mentang-mentang lo pernah dijodohin sama Wendy, lo jadi canggung dan nggak mau ikut turun tangan begini! Wendy kan juga temen satu ekskul kita!"

Oke, Kak, tapi kurasa.. itu berlebihan.

Walaupun aku tidak dapat mendengarnya, tapi aku bisa memastikan kalau Kak Suga diam-diam berdecih. Ia berdiri, kemudian mengacak-acak rambutnya tak jelas dengan satu tangannya.

Dan anehnya, ia malah menghampiri Jimin.

"Woi, udah minta maaf belum lo?" tanyanya, dengan ganas langsung mencengkeram kaus yang dikenakan Jimin.

"Su-sudah, Bang, tapi–"

"Minta maaf lagi. Pokoknya, kali ini gue harus denger."

"Tapi, Bang–"

"Sekarang."


Tanpa berkata-kata lagi, Jimin langsung menghampiriku.

"Wendy, maaf ya. Sumpah, tadi itu gue nggak sengaja. Lo maafin gue kan, Wen? We're still friends, right?"

Wow, gila. Padahal, setahuku, Jimin bukanlah tipe cowok penurut. Pernah suatu hari, Kak Namjoon yang bahkan lebih tua darinya itu, menyuruhnya untuk sekedar mengambil handphone milik Kak Namjoon dari dalam tasnya. Tapi, tanpa pikir panjang, cowok itu langsung membantah terang-terangan, "Abang kan punya tangan, punya kaki. Ambil lah, sendiri." Mendengarnya saja sudah membuatku merasa kalau Jimin ini menyebalkan.

Tapi tidak kali ini. Aku baru tahu kalau Jimin akan langsung menurut jika yang menyuruhnya itu Kak Suga. Apa Kak Suga memang se-'menyeramkan' itu?

Aku tersenyum tipis. "Iya, nggak pa-pa. Gue maafin, kok. And sure, we're still friends, Jim."





a.n:
fyi, di sini Namjoon sama Hoseok gue buat jadi kakak kelasnya Wendy! :3


k u e t i r a m i s u

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang