24. yay!

1.2K 199 11
                                    







Hoseok (Bonus)


"Jadi, kalian berdua berantem cuma gara-gara Wendy, gitu?"

Gue sama Suga kontan bungkam. Akhirnya, Bang Kai tahu juga soal masalah ini. Berani taruhan, pasti Namjoon yang ngasih tahu semuanya. Siapa lagi kalo bukan dia?

"Suga, Hoseok, jawab." Kak Hyoyeon malah ikut-ikutan. Gue sebenernya bukan nggak mau jawab, tapi gue malu sama anak Bangtan dan Velvet lainnya yang sedang berdiri di belakang gue sekarang. Apalagi, di situ ada Wendy. Kami memang sedang berkumpul di backstage—karena sebentar lagi kami akan mengikuti babak final.

Perlahan, gue angkat kepala gue, memberanikan diri untuk menatap dua pelatih yang sedang berdiri di hadapan gue. Wajah mereka saat ini bener-bener nggak kaya biasanya. Gue tahu Bang Kai pasti kecewa.

"I-iya, Bang.." gue mencoba jawab, walaupun dengan suara takut-takut. Tapi, gini-gini gue masih mending, karena gue berani buat ngaku. Daripada si itu tuh, yang katanya kesayangan Wendy, dari tadi cuma diem sambil nunduk aja.

Kak Hyoyeon menghela napas. Walaupun bukan pelatih Bangtan, Kak Hyo tetap termasuk orang penting dalam ekskul dance. Hal itu yang bikin gue makin nggak enak hati karena udah bikin dia kecewa.

"Huft.. kalian ini sudah bukan anak kecil lagi," ujarnya. "Harusnya masalah ginian doang bisa kalian atasi dengan baik."

"Iya, Kak. Maaf," lagi-lagi, gue. Kalo udah gini, kelihatan kan, siapa yang lebih cupu?

"Maaf-nya ke Suga, bukan ke Hyoyeon." Bang Kai menyela. Sumpah, suara Bang Kai kalo udah marah begini bikin gue makin gemeter aja.

Gue spontan berdecak dalam hati. Ngapain juga gue minta maaf sama orang yang songongnya nggak ketulungan? Bahkan semalem anak itu juga bilang kalo dia nggak mau maafan sama gue.

Tapi, yha, biar suasananya adem, gue minta maaf aja, deh. Nggak enak juga sama anak Bangtan dan Velvet yang lain.

"Ga," gue mengulurkan tangan untuk bersalaman. "Ehm.. maaf ya. Gue tahu gue salah."

Dan dengan wajah songongnya, nggak gue sangka, Suga menjabat tangan gue. "Iya, Seok. Maafin gue juga."

"BERPELUKAAAAN!" seru anak Bangtan dan Velvet yang lain tiba-tiba, diikuti tawa ngakak setelahnya.

"YEEE LO KIRA TELETUBBIES," bales gue dan Suga bersamaan.

Kami ikut tertawa. Walaupun gue udah maaf-maafan sama Suga, tapi percayalah, persaingan kita belum berakhir sampai sini, Ga.





Suga


"Ya udah, karena kalian berdua sudah maafan—dan sebentar lagi giliran kita—lebih baik sekarang kalian saling jabat tangan, saling merangkul, minta maaf kalo ada salah, dan kasih semangat buat teman kalian."

Gue mengangguk, menuruti apa kata Bang Kai. Awalnya, gue beralih menghampiri anak Bangtan (Hoseok juga), kemudian kami bertujuh saling merangkul, mengucapkan kata semangat satu sama lain.

Belum selesai sampai situ, gue juga menghampiri masing-masing anak Velvet. Berjabat tangan, menyemangati mereka, sampai akhirnya gue berdiri tepat di depan Wendy.

"Wen," gue mengulurkan tangan—maksudnya untuk berjabat tangan seperti gue dan anak Velvet lainnya tadi. "Semangat ya."

Bukannya menjabat tangan gue, Wendy malah menatap kedua mata gue dalem-dalem. Lah, anak ini kenapa? Tumben banget nggak mau gue–

Deg.

Tanpa berkata apapun, Wendy spontan memeluk gue. Persis seperti apa yang gue lakukan di ruang latihan waktu itu. Samar-samar, gue dapat mendengar anak itu berbisik, "Kak Suga, semangat ya. Tolong jangan tinggalin aku."

Tolong jangan tinggalin aku. Kenapa hati gue seketika sakit dengernya?

Gue pun membalas pelukan Wendy, "Wen, udah aku bilang, kan? Mau kita sejauh apa, aku tetap sayang sama kamu. Aku mungkin bakal pergi, tapi percaya sama aku, aku nggak bakal pergi dari hati kamu. Sudah, sudah, jangan nangis—ntar makeup-mu luntur di kostumku, lho."

Wendy tertawa kecil, pelan-pelan memukul bahuku. Kita pun saling melepaskan pelukan.

Dan saat gue menoleh—astaga, bahkan nggak cuma gue sama Wendy—semua pasangan di sini saling berpelukan! Jungkook dan Yeri, Jimin dan Seulgi. Sementara, kaum jomblo seperti Namjoon, Seokjin, Hoseok, Taehyung, Irene, dan Joy hanya sibuk meratapi nasib mereka, hahaha.

"Wen, salaman sama pelatih, yuk?" gue mengajak. Soalnya, dari tadi para pelatih cuma diem di tempat aja sambil melihat anak-anak buahnya. Nggak enak aja gitu rasanya kalo nggak salaman sama pelatih. Apalagi ini mau final.

"Yuk," bales Wendy. Kami pun menghampiri para pelatih, menyalami mereka, dan rupanya kami menyadarkan anak Bangtan dan Velvet lainnya. Jadilah mereka ikut-ikutan bersalaman dengan para pelatih.





Wendy


Beberapa saat setelah penampilan, panitia acara meminta beberapa perwakilan dari grup untuk naik ke atas panggung. Ini sudah saatnya untuk mengumumkan siapa juara-juara dari kompetisi ini. Dan aku harap BangtanVelvet salah satunya.

"Leaders," panggil Bang Kai. "Kalian yang jadi perwakilan, ya."

Para leader—Kak Namjoon dan Kak Irene—mengangguk mengerti. Setelah itu, mereka naik kembali ke atas panggung, sementara kami sisanya hanya menunggu dari backstage.

"Wendy, semoga kita menang, ya," sahut Kak Suga, tiba-tiba merangkulku.

"Iya, amin!" balasku cepat. Aku sudah tidak sabar untuk menunggu pengumuman ini.

"Berani taruhan, pasti juara satunya grup dari Malaysia sendiri," ujar Kak Suga.

"Bisa jadi, sih. Tapi siapa yang tahu kalo ki–"

"So today is the day!" suara pembawa acara yang menggelegar itu menyela ucapanku. "We're finally going to announce the winners of this competition,"

"Pengumumannya sudah dimulai!" seru Jimin.

Kak Suga merangkul tubuhku semakin kuat. Sang pembawa acara mengumumkan para pemenang dari juara ketiga, yang sayangnya itu bukan kami. Aku khawatir perjuangan kami yang sudah berlatih berbulan-bulan ini tidak membuahkan hasil sama sekali.

"..and the second place," ucap sang pembawa acara. Aku dan yang lainnya semakin gugup. "Congratulations to BangtanVelvet from Indonesia!"

Hening sejenak.

...

"KITA MENANG?!"





bingung mau kasih judul apa..


k u e t i r a m i s u

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang