18. sorry

1.9K 323 72
                                    







Wendy


Kita percepat saja. Setelah seminggu berlalu, Yeri dan Jungkook akhirnya kembali berpacaran atas kemauan mereka sendiri. Maksudku, Kak Suga—yang awalnya kuperintahkan agar bagaimanapun caranya mereka harus balikan—rupanya tak sama sekali ada campur tangan.

Jangan tanyakan bagaimana kabarku dengan Kak Suga. Kami baik. Tapi sejak kejadian itu, kami tidak saling menegur. Aneh, bukan? Padahal, jelas-jelas aku tidak pernah ikut-ikut dalam masalah yang dibuatnya. Tapi ya sudahlah. Toh aku tidak mati jika tidak berbicara dengannya.

Kak Suga sempat meminta maaf padaku, waktu itu. Namun karena keadaannya aku masih merasa kesal, aku enggan memaafkannya. Sampai tibalah hari ini, di mana aku menyesal karena hal itu. Benar-benar menyesal.

"Wen, ehm, lo gimana sama Suga?" Kak Irene bertanya. Kami sedang duduk di sudut ruang latihan.

"Ya gitu, Kak. Nggak tahu.."

"Masih nggak teguran, ya?" celetuk Seulgi. Aku hanya menanggapinya dengan anggukan beberapa kali.

"Padahal setahu gue, Kak Suga sama anak-anak segrupnya udah pada baikan, lho," cetus Joy.

Aku menghela napas berat. "Gimana ya? Ini semua salah gue juga, sih. Padahal dia udah minta maaf.."

"Tahu, Wen?" Kak Irene seketika mendekat. "Waktu lo nggak mau maafin dia, dia semakin percaya kalo minta maaf nggak akan mengubah segalanya seperti semula. Soalnya Namjoon pernah bilang gitu ke dia, dan waktu itu dia nggak percaya."

Aku mendecakkan lidah, "Ah, tuh kan, Kak. Aku malah bikin orang jadi percaya yang nggak-nggak.."

"Ya kalau gitu langsung tegur aja, Kak. Terus bilang minta maaf," Yeri mengusulkan.

"Nah, bener tuh Yeri," ujar Seulgi. "Udah sana, minta maaf! Ntar kalo nggak dimaafin, kasih tahu gue, Wen."

"Iya, iya."

Anak-anak grup Bangtan sedang berkumpul di sudut ruangan lainnya. Aku melangkahkan kakiku gugup saat menghampiri mereka. Semoga saja aku tidak salah bicara.

"K-Kak?"

"Eh, Wendy?" sapa Kak Seokjin. "Mau ngomong sama Suga, ya?"

Aku mengangguk cepat.

Kak Suga yang juga berada di sana spontan berdiri lalu bertanya, "Kenapa?"

"Ehm, anu.." astaga, jarakku dengan Kak Suga kali ini dekat sekali! "M-maaf ya Kak. Gue waktu itu udah ngomong kasar, udah nyalahin Kakak habis-habisan, udah nggak mau ma–"

Deg. Dengan satu langkah, Kak Suga tiba-tiba saja memelukku. Iya, memeluk tubuhku. Aku spontan saja tidak dapat melanjutkan kata-kataku lagi, karena jantungku sudah berdetak tak karuan.

Seisi ruang latihan mengarahkan netranya ke arah kami. Astaga, aku malu. Belum lagi anak-anak grup kami yang mulai ricuh bersorak ria. Sayangnya, ia tak peduli. Berapa lama ia akan memelukku seperti ini?!

"Nggak perlu minta maaf, kok," ia berbisik di telingaku. "Justru gue yang salah. Gue minta maaf ya, Wen."

Setelah itu, perasaan-perasaan suka yang sudah hilang entah ke mana akhirnya kembali menyatukan dirinya.

Selamat tinggal, hati yang kosong.





Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang