33. ex

1.2K 195 18
                                    







Wendy


Aku sudah menjalani hidup yang baru selama dua minggu. Di mana saat aku pulang sekolah, tidak ada lagi seseorang yang selalu menge-chat-ku. Tidak ada lagi seseorang yang selalu menemani malamku. Seseorang yang selalu menjadi tempat sandaranku setiap aku punya masalah. Semua itu sudah sirna.

Iya, benar. Aku dan Kak Suga sudah tidak berhubungan apa-apa lagi sejak dua minggu yang lalu. Aku sendiri juga tidak tahu apa alasannya memutuskan hubungan kami. Dia bilang, dia hanya lelah dengan segalanya. Aku capek, Wendy. Itulah satu-satunya alasan yang ia gunakan untuk menjawab pertanyaanku.

Aku tidak bermaksud curiga, tapi, hei—aku tidak salah apa-apa, kan? Apa karena fotoku dan Chanyeol yang entah dari mana ia dapatkan itu? Oh, ayolah.. aku tahu Kak Suga tidak selemah itu. Di satu sisi, sebenarnya aku yakin bahwa ada hal lain yang membuat Kak Suga mengakhiri hubunganku dengannya. Hanya saja, aku tidak tahu apa.

Dan selama dua minggu, aku terus berusaha untuk minta maaf padanya, bertanya apa kita dapat mengulang semuanya dari awal lagi. Namun, ia seakan tak peduli. Pesanku sama sekali tak dibacanya.

Jujur, walau sudah dua minggu, aku masih tidak dapat melupakannya. Rasanya, ia selalu memenuhi ruang di pikiranku setiap waktu. Singkatnya, aku tidak bisa move on. Aku masih menyayanginya, dan demi apapun, aku benar-benar berharap dia akan kembali.

"Oke.. sepertinya, sejauh ini nggak ada anak cewek yang ikut ekskul dance, ya?" suara Kak Hyoyeon yang menggema membuyarkan lamunanku.

"Iya, Kak. Menurut laporan anak OSIS, hanya ada tujuh orang yang bergabung dalam ekskul dance di tahun ajaran baru ini," jawab Jimin, leader Bangtan yang baru. "Dan semuanya cowok, Kak."

Kak Hyoyeon manggut-manggut. "Terus, ada berapa anak yang berhenti, Jim?"

"Kalo untuk senior yang sudah lulus, totalnya ada lima, Kak. Bang Namjoon, Bang Hoseok, Bang Seokjin, Bang Suga, dan Kak Irene," jawab Jimin lagi. "Tapi, kalo yang berhenti karena kemauan, kita punya satu orang, Kak."

"Siapa dia?"

Jimin tak langsung menjawab. Ia tarik napasnya panjang, "Seulgi, Kak."

"Hah?!" aku spontan mengeluarkan suara yang sedikit keras. "Seulgi berhenti ikut ekskul dance?!"

"Iya," Jimin menoleh. "Kemarin dia bilang ke gue."

Astaga. Seulgi. Berhenti. Ikut. Ekskul. Dance. Aku tidak mengerti apa maunya, tapi jelas-jelas, anak itu yang mengajakku untuk mengikuti ekskul ini dulu. Sampai-sampai, aku sendiri sudah jatuh cinta dan merasa nyaman menjadi salah satu bagian dari ekskul ini.

"Wendy, Yeri," panggil Joy tiba-tiba—iya, untungnya Yeri juga masih setia. "Tenang aja, kita kan nggak ada lomba lagi tahun depan."

"Iya, Kak Joy," balas Yeri. "Kalo nggak, kita mungkin kekurangan orang."

"Oke, oke, perhatian ke sini dulu semuanya," Kak Hyoyeon bertepuk tangan. "Karena Bangtan dan Velvet sama-sama sisa tiga orang, jadi kalian nggak harus melanjutkan ekskul ini. Kalo kalian mau dateng, boleh, tapi kalo nggak, juga nggak pa-pa. Kami para pelatih bakal lebih fokus ke grup baru sekarang."

Kami mengangguk. Tujuh orang yang baru saja disebut Jimin tadi memang akan dibuat grup baru oleh Kak Hyoyeon dan Bang Kai. Mereka rata-rata anak kelas 10 yang baru, tapi beberapa dari mereka juga ada yang sudah kelas 11, tapi baru ikut ekskul. Begitu kurang lebihnya.

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang