♡Jungkook (Bonus)
Sialan. Gimana Bang Suga bisa tahu? Bukannya Yeri pernah bilang kalau dia sudah menyuruh anak-anak Velvet untuk tutup mulut?
Aku mendengus, gelisah. Ini sudah jam sebelas, yang berarti sebentar lagi Bang Suga akan menghampiriku. Tepat di kelas ini. Di mana banyak teman-temanku yang akan melihatku dihajar oleh Bang Suga. Ya Tuhan! Tolong aku!
Buku Biologi yang sudah terbuka di atas mejaku itu kuperhatikan. Rasanya, pelajaran-pelajaran ini sudah nggak bisa masuk ke otak lagi. Bahkan dari tadi pagi. Semua ini jelas karena aku hanya memikirkan masalah itu sepanjang pelajaran.
Iya, aku tahu aku salah. Aku tahu aku nggak seharusnya nyebar. Tapi, astaga—bukankah terlalu berlebihan? Aku ini bahkan lebih muda dua tahun dari Kak Suga!
Jantungku mulai berdetak nggak karuan. Peluh-peluh keringatku ikut bercucuran, padahal aku hanya diam di tempat saja dari tadi.
Jungkook, lupakan. Semuanya pasti akan baik-baik aja. Semuanya pasti–
"Baiklah, pelajaran hari ini selesai. Selamat istirahat."
Dan bel istirahat berbunyi.
Tamatlah riwayatku.
♡
"Permisi! Ada yang namanya Jungkook Jeon di sini?"
Oke.. Bang Suga sudah di luar. Dia sudah di depan pintu. Aku bisa lihat itu. Jungkook, kumohon, bertahanlah, ini nggak akan lama.
"Nyari Jungkook, Bang?" Bodoh, itu si Yugyeom. Kebetulan anak itu mau keluar kelas, jadi dia berpapasan dengan Bang Suga. Ah, andaikan anak itu tahu kalau kami sedang bermasalah. "Itu, dia duduk di belakang."
"Oalah, sip, thanks Yugyeom." Bang Suga terlihat tersenyum menyeringai. Sementara Yugyeom keluar, Bang Suga beralih masuk, menghampiriku, dan menggebrak mejaku begitu saja. Membuat seluruh pasang mata di kelas ini mengarah pada kami.
"Heh," panggilnya, sinis. "Gue cuma mau ngomong sama lo. Lo masih gue kasih hati, nggak gue seret ke tengah lapangan, nggak gue gebukin, nggak gue bawa pasukan gue. Lo harusnya berterima kasih, karena gue tahu kalo lo masih satu grup sama gue."
Aku hanya diam, jelas masih panik. Mengangguk adalah satu-satunya caraku menanggapi Bang Suga saat ini.
"Sekarang, lo kasih alasan yang sekiranya masuk akal dan bisa gue terima kenapa lo nyebar rahasia gue ke anak Velvet."
Aku meneguk liurku. Kugigit bibir bawahku kuat-kuat, bingung harus menjawab apa.
"Lo udah nggak ngaku semalem. Lo nggak jawab hari ini? Gue bakal bener-bener nggak akan negur lo lagi, Kook."
Aku menarik napas dalam-dalam. Kukeluarkan nyaliku seutuhnya, "Bang, gue nggak nyebar ke seluruh anak Velvet."
"Oh, gitu? Berarti lo nyebar ke satu orang aja?" Bang Suga tertawa kecil, suaranya licik. "Cih, pasti lo cerita ke pacar lo. Iya, kan?"
Jackpot. Tepat sekali.
Dengan berat, kuanggukkan kepalaku beberapa kali. "Maaf, Bang."
"Maaf, maaf," Bang Suga mengulang perkataanku, tapi lebih terdengar seperti meremehkan.
"Tapi gue udah bilang ke Yeri supaya dia nggak nyeb–"
"Bodo. Amat. Jungkook." Bang Suga menekankan suaranya di tiap kata yang baru saja dia ucapkan. "Gue nggak peduli mau Yeri gimana-gimana. Intinya, kalo bukan karena lo, anak Velvet nggak akan tahu. Gue cabut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma.
FanfictionSuga bilang, karma itu nggak nyata. Tapi karma menjawab, lo berikutnya. [BTS' Suga & Red Velvet's Wendy fanfiction] status; completed✔️ © kuetiramisu | 2018