11. caught

2.2K 310 16
                                    






Suga


Hari ini, lagi-lagi gue harus meninggalkan kasur kesayangan gue—yang mana seharusnya gue masih bermimpi, masih bermalas-malasan, masih berlindung di balik selimut—semua itu lenyap karena hari ini gue harus turun latihan. Iya, latihan dance. Kemarin, setelah gue pulang dari rumah si bantet, gue diinfoin sama Bang Kai kalo hari ini ada latihan. Jujur aja, gue males banget sebenernya. Nggak tahu gue ini masih mau berduaan sama kasur apa?

Tapi, ya.. gue mana bisa nolak. Namanya Bang Kai itu pelatih. Kalo dia junior gue mah, udah gue tolak dari awal. Lagian, ini semua juga udah jadi konsekuensi yang harus gue terima, karena gue udah fix ikut ekskul dance sejak awal masuk SMA. Jadi, mau nggak mau, gue harus turun.

Ekskul dilaksanakan di sekolah seperti biasa. Bedanya, karena hari ini hari Minggu, jadi seenggaknya gue nggak harus bangun pagi-pagi amat, lah. Soalnya, biasanya latihan itu diadakan sepulang sekolah, setiap hari Selasa dan Kamis. Entahlah, gue juga bingung kenapa hari ini kami disuruh latihan. Kalau kata senior-senior gue semasa gue masih kelas 10 dulu, kalau pelatih udah nambahin jam latihan, tandanya lomba udah semakin dekat. Iya, biasanya ekskul dance bakal diikutkan lomba tiap dua tahun sekali. Gue udah pernah ikut waktu masih kelas 10, dan untuk tahun ini, mungkin bakal jadi lomba terakhir gue. Jangan heran, gue kan mau lulus-lulusan.

Yah, tapi, tetep, gue males banget beranjak dari kasur.






"Sore, Bang Suga!" seseorang tiba-tiba nyapa gue sewaktu gue baru aja memarkirkan motor di parkiran sekolah. Widih, suaranya cowok nih. Tapi siapa ya? Kok rasa-rasanya gue pernah denger..

"Chanyeol?!"

Gue jujur kaget begitu tahu kalo yang barusan manggil gue itu si Chanyeol. Bukannya apa, tapi tumben-tumbennya Chanyeol nyapa gue. Padahal, cowok itu biasanya cuek bebek aja kalo ketemu sama gue di sekolah. Ada apa nih? Ada maunya, ya?

Chanyeol tersenyum tipis. "Latihan, Bang?"

"Hah? Iya," jawab gue biasa. "Lo?"

"Biasa, Bang. Ekskul bola juga latihan hari ini,"

"Oalah, gitu," gue manggut-manggut. "Anak dance yang udah dateng siapa aja?"

"Hmmm," gumam Chanyeol. "Tadi kayanya ada Kak Irene. Nggak tahu siapa lagi."

"Oalah, gitu," by the way ini kenapa gue ngomong hal yang sama dua kali, ya? "Ya udah, Chan, gue duluan."

"Iya, Bang."

Gue beralih masuk ke gedung sekolah, meninggalkan Chanyeol yang kelihatannya udah mau pulang tadi. Ekskul bola memang selalu dilaksanakan hari Minggu, tapi lebih siang. Dan sesuai yang gue duga, gue dateng kecepetan cuy! Ah elah, tahu gitu gue nggak buru-buru amat tadi, meluk guling sebentar juga bisa kali. Padahal nih ya, sekarang jelas-jelas sudah jam empat lewat sepuluh menit. Emang dasar anak-anak dance itu ngaretan, huh.

Setelah jalan agak jauh dari lobi, akhirnya gue masuk juga ke ruang latihan. Fyi, ruang latihan untuk dance di sekolah ini cukup besar. Eh, nggak deng, besar banget malah. Kamar gue aja kalah. Yah, kurang lebih sebesar aula-aula sekolah pada umumnya, tapi ini khusus; untuk latihan dance. Dinding ruangan ini juga sudah dilapisi oleh cermin, jadi rasanya nggak mungkin bakal dipakai untuk keperluan-keperluan penting. Ruang aula sendiri juga sudah ada, kok. Iya, sekolah gue berlebihan, emang. Tapi jangan salah, gue justru demen sekolah beginian.

Dan bener aja, waktu gue masuk ke ruang latihan, Irene—anak grup Velvet, temen seangkatan gue—udah duduk di pojokan, sibuk mantengin handphone-nya. Anak itu diem-diem rajin juga, ya.

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang