10. trouble

2.2K 350 10
                                    








Wendy


Singkat saja, setelah Yeri berkata demikian, jantungku tiba-tiba berdetak kencang di luar dugaan. Memang, kedengarannya tidak masuk akal—tapi satu-satunya anak grup Velvet yang berpacaran dengan salah satu anak grup Bangtan hanyalah Yeri seorang. Siapa yang tahu kalau Jungkook memberitahunya?

Tapi, Wendy, lo nggak seharusnya baper.

"Ssh, jangan ngomong sembarangan gitu ah, Yer," tegur Kak Irene. Well, memang sudah seharusnya yang tua memberitahu yang muda, terlebih jika yang muda itu salah—tapi bagaimanapun, kata-kata yang dilontarkan Kak Irene barusan membuat jantungku berangsur-angsur kembali berdetak normal. Entahlah, bersyukur karena Kak Suga tidak benar-benar menyukaiku, atau mungkin malah patah hati karena Kak Suga tidak benar-benar menyukaiku?

Ah, apa. Apa yang kupikirkan. Kenal saja tidak.

"Iya, maaf Kak, ehehe," Yeri menggaruk kepalanya, yang aku yakin sebenarnya tidak gatal. "Tadi cuma.. salah baca."

Mendengar alasan polos adik kelasnya itu, Seulgi terkekeh, "Untung cuma salah baca," komentarnya. "Kalo beneran, bisa mati di tempat tuh Wendy."

Sadar namaku terpanggil, aku spontan menatap Seulgi dengan wajah-wajah tak suka. "Apa, sih.."

"Guys, ini oleh-olehnya!"

Akhirnya, sosok Joy yang sangat periang ini kembali muncul setelah beberapa saat hilang dengan alasan mengambil oleh-oleh. Rasanya, cewek ini menjadi penyelamatku di saat-saat yang tidak menyenangkan seperti ini. Dan pasti, setelah ini, apapun yang menyangkut Kak Suga tidak akan dibahas lagi.

"Jadi.." ujarnya, kemudian ikut duduk di antara kami. "Tadi kalian ngomongin apa aja?" Oke, mungkin dia bukan penyelamat.

"Tadi, Yeri bilang, Kak Suga suka sama Wendy!" cerocos Seulgi. Astaga, anak ini rupanya tidak bisa diam, ya?!

"Nggak, Kak," Yeri menimpali. "Gue salah baca aja tadi."

"Oh.." Joy mengangguk, seakan mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Tapi tak lama kemudian, cewek itu tiba-tiba saja mengernyit, seperti sadar ada yang mengganjal dari jawaban Yeri. "Hah? Salah baca?"

Dan dengan wajah polosnya, cewek yang merupakan adik kelasku itu hanya manggut-manggut menanggapi pertanyaan Joy.

"Hm, yakin salah baca?" Joy mengangkat sebelah alisnya. "Kok kedengerannya nggak masuk akal sih, Yer?"





"Aku pulang.." ucapku saat memasuki rumah, seraya membawa barang-barangku yang sudah kubawa sejak aku masih di bandara tadi. Huh, jujur saja, hari ini cukup melelahkan. Rasanya, aku terus dibuntuti oleh seorang Kak Suga. Bagaimana tidak? Ditabrak Jimin yang berakhir harus mengucapkan terima kasih padanya, bertemu dengan sosoknya lagi saat ingin makan di kedai pizza, sampai Yeri yang mengatakan bahwa ia ternyata menyukaiku tak kusangka membuat hari ini jadi lebih berat. Rasanya aku ingin langsung pergi tidur saja agar semua ingatan mengenai peristiwa-peristiwa itu lenyap—sementara.

"Wendy?" suara ayahku tiba-tiba terdengar dari arah ruang tengah. Benar saja, beliau sedang asik menonton pertandingan bola. "Gimana study tour-nya?"

"Hm? Seru, Yah," jawabku, sambil mengacungkan jempol. "Makasih ya udah ngizinin aku ikut."

Ayah tersenyum. "Iya, sama-sama. Kalo gitu, kamu istirahat aja dulu."

Aku mengangguk, kemudian kembali mengangkat barang-barangku untuk kubawa masuk ke dalam kamar. Lihat, kan? Ayahku ini baik—meskipun aku bukan anak kandungnya. Bagaimanapun juga, aku tidak akan bisa mengikuti kegiatan study tour jika bukan beliau yang menanggung semua biayanya. Maka dari itu, inilah yang seharusnya lebih pantas mendapat ucapan terima kasih, bukan yang hanya modal memarahi dan mengancam adik kelasnya saja agar ia mau meminta maaf padaku.

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang