04. thanks

3K 462 44
                                    








Wendy


"Wen, sana, ucap makasih sama Kak Suga," perintah Joy, tepat setelah anak-anak Bangtan kembali ke kursi tunggu yang sedari tadi mereka duduki. "Dari semua anak Bangtan, cuma Kak Suga yang belum lo ucapin makasih."

Mendengar perkataan Joy, dahiku spontan saja mengerut. "Untuk apa? Dia cuma nyuruh Jimin buat minta maaf lagi ke gue, kan?"

"Jangan kurang ajar, Wen. Sana ucap makasih,"

Aku memutar bola mataku. Lagi pula, siapa yang kurang ajar? Aku benar, kan? Kecuali, kalau Kak Suga ikut menolongku dan membereskan barang-barangku yang terjatuh, aku mungkin sudah mengucapkan makasih dari tadi.

Tapi, yah, daripada aku harus berdebat maut dengan Joy.. lebih baik kuturuti saja perintahnya.

Aku menghampiri Kak Suga. "Kak," panggilku. Cowok itu melepas sebelah earphone yang dikenakannya, lalu mendongak. "Hm?"

"Ehm.. makasih ya."

Cowok itu awalnya terlihat bingung. Namun, sesaat kemudian, ia tersenyum menyeringai.

"Buat apa?"






Suga


Gue sejujurnya nggak pernah kepikiran kalau Wendy bakal menghampiri gue, kemudian mengucapkan kata 'makasih' seperti barusan. Entah gue yang terlalu bego apa gimana, gue malah nanya, "Buat apa?" dan itu jelas membuat Wendy semakin canggung. Jangan heran, gini-gini gue bisa baca mimik wajah orang. Hebat, kan?

"Loh, kok jawabnya begitu sih, Ga?!" protes Seokjin, yang kebetulan duduk di samping gue. "Udah baik-baik Wendy ngucapin makasih, masa lo–"

"Iya, iya." sela gue, udah keburu males sama omelan si flower boy. "Sama-sama, Wen."

Tepat setelah gue ngomong begitu, Wendy tersenyum. Eh, sumpah, gue boleh bilang kalau dia lucu banget nggak, sih? Masalahnya, gue ini kan terkenal dengan sifat gue yang swag dan dingin. Masa iya gue langsung berdiri, terus cubit-cubit pipi Wendy saking gemesnya? Kan rasanya nggak mungkin. Gue siapa, dia siapa. Kita bukan siapa-siapa. Ea. Nggak, nggak, bercanda.

Sementara Wendy kembali ke temannya yang dari tadi nungguin dia, Seokjin tiba-tiba ngerangkul gue. "Lain kali, nggak boleh begitu. Apalagi sama cewek."

"Nggak usah ngurusin gue, deh," gue melepas rangkulannya. "Emang pada dasarnya sifat gue yang begitu, kan?"

"Suga, kita semua tahu betul gimana sifat lo. Tapi kalau suatu hari Wendy bakal bales lo dengan cara yang sama, lo mau?" ucap Hoseok seketika. Tumben-tumbennya dia ngomong masalah beginian. "Kita kan nggak tahu hati Wendy saat ini. Bisa aja dia sakit hati pas lo jawab begitu."

"Halah, orang tadi dia senyum-senyum aja, kok. Kedengerannya juga nggak mungkin kalau Wendy bakal bales gue."

"Udah, guys, udah," sahut Namjoon, sang penengah dalam berbagai masalah. "Mendingan sekarang kita anter Jimin pulang."






k u e t i r a m i s u

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang