32. break up pt.2

1.2K 189 33
                                    




Seulgi (Bonus)

Suga
Seul.

Seulgi
Kenapa, Kak?

Suga
Wendy udah bosen apa gimana, ya..
Suga
Dia kayanya udah nggak tertarik lagi buat chat sama gue.

O-oh. Apakah ini kesempatan?

Seulgi
Emangnya kenapa?

Suga
Kita akhir-akhir ini jarang banget chat, apalagi teleponan.
Suga
Terus, begitu teleponan, kita malah saling marah-marah.
Suga
Gue bingung, Seul.

Udah, putusin aja..

Seulgi
Gimana ya, Kak..
Seulgi
Gue juga bingung jadinya.

Suga
Gue ngerasa kalo Wendy itu nyembunyiin sesuatu gitu, lho.
Suga
Nggak tahu deh. Ini perasaan gue aja apa gimana.
Suga
Tapi kayanya sih, dia lebih milih Chanyeol.
Suga
Soalnya kemaren waktu teleponan, dia ngebela Chanyeol mulu.

Seulgi
Terus, kalo misalnya Wendy betul-betul lebih milih Chanyeol..
Seulgi
Apa yang bakal lo lakuin, Kak?

Suga
Nggak tahu, Seul.
Suga
Kalo udah begitu, gue juga nggak bisa maksa Wendy buat suka sama gue lagi kan?
Suga
Ya mau nggak mau..
Suga
Relain aja.

Oh, siap.

Suga
Gue capek, Seul.
Suga
Pengen istirahat bentar rasanya.

Seulgi
Ya udah.
Seulgi
Sekarang aja kalo gitu.



Suga

"LO MUTUSIN WENDY?!"

Gue refleks menjauhkan telinga gue dari layar handphone. Suaranya nyaring banget, sih. "Iya. Kenapa?"

"Ya nggak pa-pa sih.." ujarnya. "Tapi perasaan kalian nggak ada masalah apa-apa."

"Lo nggak tahu aja."

"Terus, Wendy bilang apa?"

"Ya dia kaget lah, jelas," jawab gue santai. "Kenapa, Kak? Aku salah apa? Gitu-gitu, deh. Terus gue jawabin aja, cari tahu sendiri."

"Nah," ucap Namjoon. "Emang dia salah apa?"

"Aish, banyak tanya lo," ujar gue. "Nggak salah apa-apa, sebenernya. Gue capek aja."

Namjoon diam sejenak.

"Lo nggak takut kena karma, Ga?" tukasnya tiba-tiba. "Soalnya lo mutusin Wendy tanpa alasan yang jelas, kan."

Ah, apa sih? Perasaan, dari dulu, tiap gue bermasalah dikit sama Wendy, pasti gue yang diancam bakal kena karma. "Nggak, lah. Gue nggak mungkin kena karma. Lagian, denger ya, Joon, karma itu nggak nyata."

"Terserah deh, Ga. Pokoknya gue udah ngingetin," kata Namjoon. "Tutup dulu ya teleponnya, gue mau jajan es kepal."

Namjoon memutuskan sambungan telepon. By the way.. iya, gue mutusin Wendy. Dan sesuai yang gue bilang, sebenernya nggak ada alasan pasti kenapa gue mutusin dia. Gue capek aja. Gue kan pernah bilang, kalo gue nggak suka dikhianatin. Gue suka sama Wendy udah lama, gue juga sayang banget sama Wendy. Tapi, apa Wendy sendiri sayang sama gue? Dia bahkan ngebela Chanyeol terus selama teleponan kemarin.

Gue nggak ngerti. Gue nggak ngerti sama perasaan gue sendiri. Katakanlah, gue ini bodoh, gitu aja kok langsung diputusin. Tapi, gue capek, bener-bener mau hilang sebentar dari dunia percintaan ini. Rasanya udah nggak sanggup ngelanjutinnya.

Gue menyalakan handphone. Di sana, banyak notif Line dari Wendy, yang isinya rata-rata permintaan maaf, kata-kata aku masih sayang sama Kakak, atau bahkan pertanyaan, aku salah apa?

Nggak, kamu nggak salah apa-apa, Wen. Tangan gue udah ikutan gatel buat bales chat-nya. Tapi gue harus nahan diri, karena nggak selamanya seseorang seperti Wendy itu pantes dipertahankan. Nggak selamanya.

Gue tahu Wendy itu baik. Baiiiik banget. Dia juga rendah hati, perhatian, murah senyum.. fisiknya? Oh, jangan tanya lagi. Wendy itu udah kaya cewek paling sempurna di mata gue. Tapi bagaimanapun, perlakuan dia yang ngebela Chanyeol kemarin masih membuat gue sakit hati.

Ah, lo lemah, Ga. Gitu aja sakit hati. Nggak peduli. Gue cuma pengen nggak berhubungan sama dia sebentar. Daripada gue masih pacaran, tapi isinya cuma saling marah-marah doang, kan sama aja. Percuma. Mending langsung gue putusin.

"Suga," panggil nyokap, tiba-tiba udah masuk aja ke kamar gue.

"E-eh, Bunda!" gue kaget, lah. "Kalo mau masuk itu ketuk pintu dulu, kek. Bikin kaget aja."

"Pintu kamarmu kebuka, kok. Ya udah, Bunda langsung masuk aja," jawab nyokap, banyak alasan. "Oh iya, bulan depan kita bakal balik ke Jakarta."

"Hah? Seriusan, Bun?"

Nyokap mengangguk, "Serius. Bulan depan kan udah bulan puasa, jadi kita bakal ke sana.. karena kita juga bakal lebaran di sana."

"Sip! Thanks, Bunda!" pekik gue girang.

"Sama-sama," nyokap beralih keluar dari kamar gue. "Jangan lupa makan, ya. Bunda udah bikinin ayam asam manis kesukaan kamu di bawah."

"Iya, iya, Bun."

Nyokap kemudian pergi. Astaga, gue seneng banget. Gimana nggak? Gue kan pernah bilang, kalo gue itu bosen banget tinggal di sini. Walaupun sekedar liburan, tapi yang penting, gue bisa ketemu temen-temen SMA gue lagi! Duh, jadi nggak sabar. Gue udah nggak sabar banget buat ketemu temen-temen gue, apalagi anak-anak Bangtan. Ya Tuhan, mereka gimana kabarnya, ya? Sumpah, jujur aja nih, lama-lama gue kangen mereka juga.

Suga
Seulgi!
Suga
Bulan depan gue ke Jakarta.
Suga
Nggak sabar banget gue.

Seulgi
Beneran, Kak?
Seulgi
Berarti ketemu Wendy lagi, dong?
Seulgi
;)

Suga
Oh iya, ya..







⚠️ author's note:
please jangan bawa cerita ini ke real life ya,
INI CUMA FIKSI. jangan karena kebawa cerita, kalian jd hate seulgi/suga beneran. kesel boleh, but stay in this fiction, jangan diumbar ke dunia nyata. BE A WISE READER EVERYONE.



k u e t i r a m i s u

Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang