Kuanggukkan kepalaku samar sambil memberikan senyum balasan pada satpam yang bertugas diluar, membukakan pintu gerbang agar memberikan celah untuk mobil sportku masuk.
Dengan tidak sabarnya aku berjalan menuju kamar ibuku, kuharap beliau baik-baik saja. Aku terjebak badai di sekolah kemarin, sangat tidak mengenakkan apalagi ponselku mati.
Para pelayan yang sedang asik bersenda-gurau itu sepertinya tidak menyadari akan kehadiranku, aku penasaran akan apa yang mereka tertawakan.
"Ada apa ini?", celetukku saat mereka sedang tertawa yang tiba-tiba air wajahnya terlihat kaget karena aku.
"Tuan muda! Maaf kami tidak tahu kau datang!" ucap paman Ryou, si kepala pelayan dirumahku. Pria dengan lapangan basket dikepalanya dan perut buncit itu menunduk 45° padaku diikuti oleh pelayan wanita lainnya.
"Hahaha, jangan seperti itu. Aku tidak gila hormat dan aku ingin tahu apa yang kalian bicarakan" Ujarku santai sambil menepuk-nepuk bahu paman Ryou yang sudah mengurusku sejak kecil.
"Kami membicarakan tentang akting Jo Deong, pria itu sungguh hebat mengocok perutku saat menonton dramanya", ucapnya antusias sambil memukul perut buncitnya.
"Kau benar, kudengar drama itu laris manis dipasaran berkat Jo Deong bukan berkat pemeran utamanya. Bukankah itu jarang sekali?", ucapku tertawa pelan.
Semua yang mendengar ucapanku tertawa seakan menyetujuiku, drama itu bergenre komedi romance tapi bukan keromantisan pemeran utama yang melejit tapi melainkan Jo Deong si pelawak.
"Ekhm, maaf tuan tapi ibu menanti Anda sedari tadi."
Seketika tawa kami terhenti lalu menoleh ke sumber suara. Dia adalah Eunji, perawat yang menjaga ibuku. Wanita itu jalan mengekoriku sampai kamar ibu.
Karena terlalu asyik bercerita dengan para pelayan aku sampai lupa tujuan utamaku pulang ke rumah. Untuk menemui ibuku, keluarga satu-satunya yang aku miliki.
Eunji membukakan pintu coklat tua berukiran mawar itu, saat pintu terbuka aku dapat melihat wanita paruh baya yang tengah duduk di kursi goyang. Wanita itu sedang duduk sambil menerawang lurus kearah jendela.
"Eomma aku datang."
"Minhyuk anakku! Akhirnya kau pulang, eomma khawatir padamu", sapanya lalu berlari memelukku. Pelukan hangat yang mengusir hawa dingin yang menyentuh kulitku.
"Aku juga, badai kemarin sangat buruk. Apa eomma baik-baik saja?"
"Tentu, dan adikmu juga baik-baik saja. Kau mau melihatnya?"
Ah, jangan lagi kumohon.
Tak bisakah ibu melupakan semua itu? Tak bisakah ibu kembali normal? Aku rindu keluargaku yang utuh.Ibu berjalan menuju babybox yang bediri disamping ranjang tidurnya. Mau tidak mau aku harus mengikutinya dan kembali bersandiwara, sandiwara yang memilukan.
"Sstt--- Minhyun sedang tidur setengah jam lalu. Aku senang dia sangat sehat", ucapnya sambil mengelus bayi laki-laki hidup---- dimatanya.
Tapi dimataku, itu hanya boneka laki-laki yang dibedong dan tentu saja tidak bernyawa. Hatiku sungguh teriris melihat keadaan ibuku.
"Eomma..."
"Minhyuk!!"
Aku terloncat kaget saat ibu meneriaki namaku tiba-tiba, kuusap dadaku dan mengatur napas.
"Kenapa kau menyembunyikan dia, huh?", ucapnya melembut menyentuh tanganku.
"A-apa maksud, eomma?"
"Gadis itu... Hihihi--- Ryeo mengatakan padaku bahwa kau memiliki kekasih. Apa benar?"
Oh come on! Rasanya ingin mengamplas kepala licinnya itu hingga lebih mengkilap dan memantulkan cahaya yang lebih terang dari matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nae Sarang ✔
Fanfic[COMPLETED] Setelah perceraian orang tuaku. Aku dan ibuku kembali ke Korea. Aku menderita semenjak bertemu dengan seorang senior disekolah baruku. Kim Taehyung. Ia memperlakukanku seperti hewan, ia menjadikanku budaknya.