Kepulan uap menjadi satu dengan udara dingin dan diterbangkan oleh angin yang berhembus. Kepulan uap itu terus muncul bersamaan dengan gadis yang tengah berlari sampai terengah-engah.
Gadis berponi itu semakin merapatkan jaketnya. Memang tidak turun salju tapi ia belum terbiasa dengan hawa dingin ini.
"Oh astaga semoga aku tidak terlambat!"
Yuna semakin mempercepat gerakan kakinya, berlari dari halte bus hingga ke sekolah dengan keadaan jalanan licin begini--- dia sangat bodoh.
"Hei, jangan lari seperti itu, nak!"
Yuna tidak menghiraukan peringatan dari ibu dengan syal merah berbulu yang melilit dilehernya itu. Peduli amat jika ia terpeleset karena itu tidak menakutkan. Yang penting adalah ia tidak terlambat karena akan ada pengarahan tentang acara kelulusan nanti.
Akhirnya ia tiba di depan pintu kelasnya. Ia berusaha mengontrol laju jantungnya yang tidak terkendali karena berlari tanpa henti tadi. Ia sedikit merapikan rambutnya.
Menggeser pintu coklat dengan jendela kecil disana. Ia bernapas lega karena tidak terlambat. Yuna melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.56 pagi.
"Wah nyaris sekali."
Sekolah hampir dimulai namun tidak ada tanda-tanda sahabatnya itu. Apa dia terlambat? Atau tidak masuk sekolah?
"Rasanya aku kesepian jika tidak ada si cerewet itu."
Yuna menumpukan dagunya ditangan kanannya dan memperhatian Jisoo ssaem yang tengah mengoceh.
"Tapi apa sih maksudnya? Pergi kemana? Aku penasaran."
Dan lagi ia merasa aneh dengan sikap Taehyung. Kadang cuek, romantis, bahkan manja padanya. Dan yang membuatnya sedih adalah sikapnya yang sedingin es. Ia sampai tidak mau menatap mata gadis itu, seperti takut menjadi batu. Hah! Dia pikir Yuna itu Medusa? Yang sekali tatap menjadi batu?
Gila aja!
Tidak seperti Taehyung yang biasanya. Ia khawatir padanya, dan anehnya jika ditanya ada apa dengannya, pria itu langsung cuek dan tidak ingin menjawab.
Yuna frustasi dan ingin mengamuk. Tapi ia pikir tidak ada untungnya karena lebih baik memikirkan solusi--- yang lebih waras dari pemikirannya kemarin.
"Ugh astaga. Kalau begitu bercerai dengan Taehyung jangan sakiti perasaannya. Kau itu jahat, kau sadar tidak?!"
Ucapan Kylie tiba-tiba saja muncul dipikirannya. Membuatnya kembali memijat pelipisnya karena otot-otot kepalanya tegang. Sudah 2 hari ia pusing dan tidak hilang juga.
Yuna menghembuskan napas beratnya. Sedikit menampar wajahnya karena harus fokus mendengarkan arahsn dan melupakan permasalahan itu sesaat.
"Bora-ya bisa beritahu aku pengumuman yang dijelaskan tadi? Aku sedang tidak fokus."
"Tumben? Baiklah, nanti pulang sekolah aku jelaskan padamu."
"Terimakasih." Balasnya lalu membawa tubuhnya menghadap depan. Ia menumpu wajahnya lagi lalu melirik ke lapangan basket.
Ia merasa kasihan dengan team basket karena tidak bisa bermain basket. Tentu saja karena lapangan dipenuhi salju. Mustahil mereka bermain.
"Aku rindu Minhyuk."
Pelajaran berakhir, semua anak-anak bersorak gembira dan entah kenapa ia merasa bodoh. Ke sekolah cepat-cepat untuk mendengarkan pengumuman tapi ia tak melakukan itu. Yuna sibuk melamun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nae Sarang ✔
Fanfiction[COMPLETED] Setelah perceraian orang tuaku. Aku dan ibuku kembali ke Korea. Aku menderita semenjak bertemu dengan seorang senior disekolah baruku. Kim Taehyung. Ia memperlakukanku seperti hewan, ia menjadikanku budaknya.