Kabar ini sangat buruk. Jika tetap dibiarkan tanpa campur tangannya mungkin akan bertambah parah. Pagi tadi, di ketenangan pagi waktu sarapan, seorang Golden Warrior datang tergopoh-gopoh membawa berita buruk. Dia tak dapat membebani lebih jauh sang Suami yang sudah mulai kehilangan masa kejayaan. Ditambah kondisi tubuh yang melemah karena faktor umur, membuat Serra memutar otak untuk menemukan solusi.
Dia berusaha mencari jalan keluar. Tetapi semuanya buntu dan hanya mengarah pada satu jalan yang belum diambilnya. Mungkin ini memang pilihan terakhir tapi mau bagaimana lagi, kenyataan bahwa kedamaian dataran Borcest terguncang adalah ancaman terbesar bagi kaumnya.
Berjalan tergesa dengan gaun panjang bersama alas kaki tinggi. Dia harus menemui orang terakhir dari jalan keluar permasalahannya sekaligus satu-satunya yang mungkin mampu menuntaskan kecemasan ini.
Sebuah pintu besar yang dijaga dihentak kuat. Tak peduli dengan kemungkinan pintu emas berukir rumit itu hancur. Baru terbuka, hatinya langsung panas dengan kegiatan gila tak jauh darinya berdiri.
"STEVEN!"
Yang dipanggil tersentak. Begitu pula dengan kawan mainnya. Mereka saling pandang sebelum satu di antaranya menunduk dalam, menciut nyalinya menerima amukan dari mantan Luna.
"Kau," telunjuk Serra mengacung pada seorang gadis berambut merah ikal. "Keluar dari kamar ini sebelum aku membunuhmu."
Tak perlu pengulangan perintah agar wanita itu keluar setelah mengenakan secara asal pakaiannya yang tercecer. Mantan Luna menarik napas dalam menghadapi tingkah Putra tunggalnya yang kian hari kian keparat. Dia mengalihkan pandangan pada sosok yang dicarinya dengan tatapan penuh cela.
"Inikah kegiatanmu setelah menjadi Alpha? Bercinta dengan lebih dari separuh gadis di dataran Borcest?"
Steven melenguh pelan dengan cacian Ibunya. Dia sudah terbiasa akan hal itu dan mulai bosan. "Ibu, aku sudah membuat kemajuan pesat selama enam tahun karirku. Bisakah Ibu memberi sedikit apresiasi dengan tidak melulu mengeluhkan kekuranganku?"
Pukulan kencang mendarat di bahu kanan hingga bunyi berdebum keras disertainya nyeri sampai ke tengah tulang menyambut. Steven meringis atas aksi mantan wanita nomor satu di Golden Pack sekaligus dataran Borcest.
"Sinting! Kau menyebut itu sebagai suatu apresiasi?" dia sudah tua dan bukan waktunya lagi mengurus Anak nakal berwujud laki-laki dewasa. Tak bisakah Serra beristirahat di penghujung masa emasnya? "Steven, kau sudah memiliki mate. Tak bisakah kau menghargainya dengan tidak tidur bersama wanita lain? Dulu Ibu bisa memakluminya ketika Kimberly belum muncul. Tetapi sekarang keadaannya berbeda. Cobalah memahami."
Kali ini Alpha muda itu mulai jengah. "Dia tak keberatan Ibu. Dia bahkan melakukannya juga bersama pria lain."
"Apa!?"
Steven salah bicara.
Ini gawat.
"Kalian!?" Serra menarik napas dalam sambil mengetatkan rahang dan kepalan tangannya. Tak habis pikir dengan kelakuan Anak jaman sekarang. "Steven, Ibu punya satu pertanyaan."
Sang Putra yang mulai cengengesan menatap induknya polos. "Hm?"
"Apa kau dan Kimberly benar-benar sepasang Mate?"
Rahang Alpha terkatup rapat. Di depannya ini adalah Ibunya. Sosok yang paling mengerti dirinya dan pandai menggali pikiran seorang Steven. Terlalu sulit bagi pria itu menyembunyikan sesuatu dari Serra.
"Tentu saja. Memang Ibu pikir Mateku siapa? Wanita lugu yang lemah?"
Satu tarikan napas yang cenderung lega dilakukan mantan Luna. Dia menatap netra biru safir serupa milik Suaminya datar. Bukan pembicaraan ini yang seharusnya terjalin mengingat tujuan awal dirinya kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]
WerewolfKecewa dan patah hati menuntun seorang Yunani pada kegelapan. Di suatu malam perayaan, dia melihat sendiri Matenya bermain api bersama adik angkatnya. Semua orang menghakiminya, untuk suatu perbuatan yang tak pernah dilakukan. Dia disingkirkan dari...