Chapter XI - Roisu

30.2K 3.5K 273
                                    

Sven merasakannya.

Seseorang, tidak. Beberapa orang sedang berusaha mengorek jalan menuju tempatnya. Di tengah kekalutannya, dia memerintahkan para pengikutnya untuk bersiaga. Sementara kakinya sudah berlari kencang menuju sebuah kamar besar. Pintu kusam itu terbuka kasar. nafas Sven yang terengah-engah mengisi kekosongan kamar hingga sesak.

"Ada yang akan bertamu ya, Sven?"

"Mama, kau harus pergi! Roisu sedang diserang dan aku tak yakin mampu menahan mereka. Akan ku urus mereka tetapi tidak dengan kau berada di area pertarungan. Itu terlalu berbahaya" Sven berucap dengan tergesa.

"Berbahaya? Tentu saja..." wanita tua di balik kelambu tersenyum. "Setelah ribuan tahun akhirnya Roisu-ku tercinta kedatangan tamu tak diundang. Sedang aku hanya wanita tua renta yang sudah lupa bagaimana rasanya bertarung. Jadi, kau akan membawaku pergi ke mana?"

"Maheer akan memimpin jalannya. Aku meminta Giga untuk membawamu kabur ke tempat suci Akra." Setelah berucap demikian, suara pintu besar yang terbuka dengan seruan bising berkumandang dari bawah. Sven panik, dia segera memanggil dua bawahan terpercayanya untuk membawa sang Mama pergi dari sini.

"Lady Dellione, mari naik ke punggung saya."

Membantu, Sven gemetaran memikirkan nasib Ibunya saat ini. Dia mengikat tubuh ringkih Dellione pada tubuh serigala Giga dan mereka segera pergi dari kamar itu. Berlari melewati gerbang belakang bersama puluhan kawanan Caëro sebagai pengawal. Menyeberangi jurang besar melalui jembatan di belakang Istana.

Sven melongok sedikit dari balik jendela besar di kamar Ibunya, dia tersentak. Sebagian besar kawanannya telah tewas sedang sebagian masih berusaha menghalangi jalan serigala emas dan teman-temannya yang lain untuk masuk. Netra peraknya memindai dan menyaksikan bagaimana mudahnya serigala terlatih itu mengayunkan cakar dan membunuh tiga sampai empat kawanannya sekaligus.

Kondisi mereka terdesak. Sven harus menarik mundur seluruh kawanannya yang masih bisa diselamatkan. Dia bisa saja menghabisi seluruh serigala emas itu dalam sekejap. Tetapi tidak dalam keadaannya yang lelah setelah mengeluarkan banyak energi untuk membawa kawanan Caëro dari Red Moon Pack.

Sejenak, bara kebencian menyala kuat ketika netranya tak sengaja bersinggungan dengan emas menyala yang ada di bawah. Sven, tak akan lupa itu. Bagaimana dulu dia selalu dipandang rendah oleh mata indah yang kini dibencinya setengah mati.

Dia mengenakan cepat jubahnya. Merubah diri menjadi serigala dan melolong sekeras-kerasnya. Memberi titah pada Anak buahnya untuk mundur. Lupakan tentang tawanan, nyawa saat ini sedang dipertaruhkan. Kawanan Caëro tak bisa terus menerus mengandalkan kekuatan pemimpin Rogue saja. Mereka berbondong-bondong berlari cepat kembali memasuki Istana. Menutup pintunya cepat dan berlari ke arah belakang.

Di satu sisi, Steven menyadari kekalahan telak lawannya kali ini. Dia menyeringai dengan sikap pecundang para serigala liar tersebut. Pintu tertutup rapat dan dalam hati, King gila itu tertawa terbahak. Dia segera menggebrak pintu sekuat tenaga hingga hancur. Para bawahannya yang ikut serta tak ada yang berani bertindak gegabah mengingat, penyakit kejiwaan Alpha mereka sedang kambuh.

Pintu kokoh yang hancur memberikan akses luas untuk memasuki Istana. Steven hanya mengikuti instingnya. Dia membaui aroma kelam yang diam-diam sudah menjadi favoritnya. Aroma itu mengantarkannya pada pintu besar lain di sisi berbeda Istana.

Pintunya tak terkunci jadi tak sulit membukanya. Steven tersenyum menyadari bau itu semakin dekat. Ditambah beberapa Rogue yang tertinggal terlihat ketakutan lari tunggang langgang. Mereka semua menuju semakin cepat ke arah jembatan. Steven mengejar, pemilik aroma ini pasti ada di barisan terdepan. Dia mengoyak tubuh Rogue yang berhasil diraihnya. Bau itu semakin mendekat dan King of Werewolf menyeringai. Dia mempercepat gerak empat kakinya.

YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang