Chapter XXIV - A Misterious Man

32.5K 3.2K 33
                                    

Ternyata udah 2k pembaca. Tapi kontras ya sama bintangnya. Pembaca yang masih ngumpet ayo naik ke permukaan

Happy reading

"Alpha, boleh saya masuk?"

Manik biru melotot karena hentakan kuat dari jantung yang berlebihan memompa darah. Efek dari jiwa yang hendak tertidur dibangunkan paksa oleh suara tiba-tiba. Steven meneguk saliva untuk membasahi kerongkongan sebelum berucap.

"Ya, tentu saja." Dia berusaha tersenyum meski badannya masih gemetar kaget. Bahkan tadi pertahanannya mengendur sebab hendak berehat. Wajar jika sekarang dia kelimpungan mengumpulkan nyawa yang tercecer. Setelah merasa kesadaran mulai pulih, Steven menarik mata untuk menatap siapa yang telah duduk manis di sampingnya. Seorang Pria, dan King of Were merasa familiar dengan suaranya. Setelahnya dia mengedip bingung. "Hugos? Tumben sekali kau ada di sini? Bukankah biasanya kau berlatih?"

Lelaki tiga puluhan itu tersenyum manis. "Ya. Tetapi hari ini entah kenapa aku ingin berkunjung kemari. Tidak apa-apa kan?"

"Tentu saja. Aku selalu senang ketika kau berkunjung. Kau lebih mudah diajak berdiskusi ketimbang dengan pria sialan itu." Mendadak, Steven merasakan seluruh memori menyebalkan yang telah Beta merangkap teman dekatnya lakukan. Seperti menasehatinya hal-hal tak penting, mengocehkan sesuatu hal tak jelas, atau saat Pria itu melaporkan kegiatan pribadinya bersama beberapa wanita pada Ibunya.

Wanita.

Benar juga. Masalah besar Steven saat ini adalah wanita. Bahkan persoalan Rogue pun tak mampu menandingi kerumitan makhluk Dewi satu ini. Membicarakannya dengan Joan hanya akan menambah masalah. Mungkin, Hugos memang orang yang tepat untuk masalah ini.

"Hugos, bolehkan aku bertanya?"

Laki-laki yang tadinya fokus memandangi langit biru menoleh pada wajah junjungannya. Dia segera menunduk. "Tentu, Your Highness. Anda dapat bertanya apapun yang saya ketahui."

"Ah, lebih tepatnya aku hanya ingin meminta pendapat saja." Raja Werewolf tampak menggigit bibir ragu sebelum mulai mengungkap. "Hugos, jika kau dihadapkan pada kondisi dimana keadaan ternyata meleset dari apa yang kau prediksikan, apa yang akan kau lakukan?"

Hugos tampak mengernyit sebentar. "Itu, tergantung dari persoalan apa yang saya hadapi."

"Tergantung dari persoalan yang dihadapi?"

"Ya," Pria bersurai putih panjang menyahut. "Jika memungkinkan, aku akan berusaha untuk mengembalikan keadaan seperti yang kuprediksikan. Tetapi jika tidak maka aku tak akan memaksa."

Mendengarnya, Alpha sedikit merengut tak suka. "Tidak akan memaksa?"

"Tentu saja. Alpha, apa anda tau bahwa beberapa hal di dunia ini jika dipaksakan maka akan semakin tak mungkin?"

"Apa maksudmu?"

"Maksudku," Hugos menelan ludah berat. Jelas ada gaung kekuatan yang dilandasi hasrat kemarahan menguar dari tubuh Alphanya. Tapi dia tak boleh gentar. "Terkadang, ruang dan jarak dibutuhkan untuk membuat keadaan berbalik memihak pada kita. Dalam hal ini, prediksi yang diharapkan."

Ruang dan jarak. Dua kata yang membungkam rapat bibir Alpha. Terbuka sedikit hanya untuk berucap dengan gemetar. "Apa maksudmu adalah, kebebasan?"

"Hm, ada dua cara yang digunakan manusia untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Cara keras dan mudah."

"Jadi aku harus lebih lunak, ya?" King of Werewolf mencicit.

"Begitulah kurang lebih. Cara keras tak bisa selalu membereskan masalah." Mata kelam Hugos menatap lurus ke jendela. Menuju sekumpulan burung yang menyentuh tanah-tanah basah taman Golden. "Tetapi Your Highness, memang masalah apa yang anda hadapi?"

YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang